Negri Tanah (2) : Bencana

110 17 8
                                    

Levon meniup uap panas yang keluar dari cangkir dalam genggamannya lalu bibirnya bersentuhan dengan teh herbal yang sering diminumnya untuk menjaga kesehatan

"Aku pulang!"

Levon hampir menumpahkan tehnya yang masih penuh di cangkir akibat terkejut mendengar suara milik seseorang yang dia cintai itu bergema ke seluruh kuil. Levon menaruh kembali cangkir kesayangannya dan berdiri dengan wajah serius. Berbeda dengan adiknya yang kurus, badan dia lebih tinggi dan berisi karena dia sangat menjaga staminanya sebagai seorang pemimpin.

Levon belum berkata satu kata pun dan berjalan menghampiri adiknya yang membawa banyak sekali tamu ke kediaman mereka. Alisnya terangkat seperti bertanya siapa yang adiknya bawa.

"Oh hehehe pertama maafkan aku karena lagi lagi keluar tanpa ijin..."

"Nathan.."baru saja kakaknya mau protes tapi adiknya langsung memotong perkataannya

"..aku bertemu mereka ketika aku baru saja pergi sejauh 20 meter dari sini.. sepertinya kedatangan mereka sangat penting karena mereka ingin bertemu dengan kakak"

Jeremy dan teman temannya membungkukkan badannya sebagai tanda hormat. Levon hanya mengenal 1 dari antara mereka, dia langsung menghampiri orang itu dan mengulurkan tangannya.

"Maafkan saya belum menyiapkan apapun untuk menyambut kedatangan anda tuan muda james" levon bersalaman dengan james. Sesama penguasa negri mereka memang mengenal satu sama lain.

"Tidak apa apa lord levon. Saya memang tidak memberi kabar terlebih dahulu"

"Selamat datang kalian semua. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya levon

Nathan pun mengusulkan untuk melanjutkan percakapan mereka di ruang keluarga. Mereka semua duduk di sofa, di hadapan mereka banyak sekali makanan ringan yang memang untuk tamu datang. Nathan yang memulai pembicaraan dengan memperkenalkan mereka satu persatu, ketika levon tau siapa jeremy dia langsung terkejut dan tak bersuara.

"Sungguh?? Kamu anak yang dibicarakan semua orang itu??"

"Benar lord levon. Seperti berita yang tersebar luas pasti anda paham maksud kedatangan saya dan teman teman saya.."

"Hmm.. saya tau, tapi saya tidak bisa membantu banyak jeremy. Jika kamu mau belajar disini silakan saja, aku rasa nathan bisa membantu kamu" levon melirik nathan yang menatap langit langit seolah tidak mendengar perkataannya

"Tapi jika kamu ingin mengambil hati warga negri tanah... aku akan berkata jujur kalau itu sulit. Mereka tidak mudah percaya orang lain apalagi yang berbeda elemen dengan mereka"

"Benar! Orang disini tuh tidak mau berbaur!" nathan menyetujui perkataan kakaknya

"Oh itu sebabnya kamu sering keluar keluar yaaa pasti tidak betah" perkataan sebastian dibalas dengan wajah tak suka nathan

Dylan mencubit paha adiknya "Sopan sedikit! Kamu itu juga sering keluar keluar!" Bisik dylan

"Oh ya bagaimana kabar lord morgan dan lord weston?" Tanya levon

"Ayahku baik baik saja, dia suka berendam di bawah air terjun, yah bisa dibilang HOBI" jawab sebastian yang semakin ditatap tajam oleh dylan

"Ayahku juga baik baik saja" seru gale

"Bukankah negri api dan negri angin telah diserang?"

"Itu benar, kita semua sudah mengatasi semua itu kurasa..ini hanya awal permulaan saja.. penyerangan selanjutnya pasti akan terjadi"

Seperti biasa mereka semua di bukakan kamar. Yang biasanya mereka berbagi kamar sekarang mereka sendiri sendiri. Kuil di negri tanah memiliki banyak sekali kamar, kalau kata jeremy tempat ini seperti hotel dengan nuansa alam. James memutuskan untuk berbincang bincang dengan levon sedangkan yang lain pergi mengikuti nathan ke tempat favoritenya di negri tanah.
Tempat yang dimaksud tidaklah spesial karena hanya sebuah halaman yang sangat luas dengan sekeliling pepohonan yang tinggi. Hanya ada tanah kosong dan 2 bangku panjang disini.

ELEMENTWhere stories live. Discover now