AITA-03

1.4K 98 0
                                    


Dia yang mempertahankan egonya tidak mempercayai semua perkataan keluarganya hingga pada malam harinya dia dengan diam-diam memasuki kamar yang tak pernah ia masuki setelah kehadiran pemiliknya didunia.

Pertama kali dia masuk, dia melihat kamar yang luas dengan dua tempat tidur yang terpisah dan satu ruangan paling pojok yang paling menonjolkan dengan kamera dan alat lukis yang sengaja di gantungkan di pintu.

Matanya mengitari semua sudut kamar hingga matanya menemukan dua sisir yang terletak didepan cermin yang memperlihatkan dimasing-masingnya terdapat beberapa rambut lembut disana.

Ia mengambilnya untuk membuktikan pemikirannya selama ini, ia ingin membuktikan bahwa apa yang dikatakan kepada dirinya hanyalah kebohongan.

.

.

.

3 hari berlalu atas pencarian keluarganya lakukan ia abaikan dan flashdisk yang masih terletak di ruang kerja tanpa disentuh sedikit.

Hari ini hari pembuktian dari hasil dari tes yang dia lakukan bahkan dia melakukan tes yang sama pada beberapa rumah sakit selain rumah sakit keluarganya untuk membuktikan hasilnya.

Dengan perlahan dia membuka berkas di depan dan memperlihatkan 99,9% kecocokan. Ia membuka semua berkas yang berbeda di depannya dengan terburu-buru namun hasilnya tetap sama.

Jiyoung mengusap wajahnya dengan kasar dan matanya mencari sesuatu yang selama ini ia hindari masih terlihat di meja seperti terakhir kali dia meletakkannya.

Disinilah dia berada setelah kepulangan dari perusahaannya dia langsung memasuki ruang kerjanya setelah bawahannya mengatakan hasil yang dilakukan kemarin sudah keluar.

Di depan komputer dengan tangan bergetar dan wajah yang dipenuhi keringat melihat kearah layar di depannya yang memperlihatkan bagaimana istrinya dengan paksa dibius bersama dengan seorang laki-laki yang sangat ia kenal. Bagaimana keduanya dikurung dalam suatu kamar setelah busana keduanya dilepas setelah keduanya pingsan. Bagaimana saat memperlihatkan dia yang memukul laki-laki yang terpaksa sadar akan pukulannya yang membabi buta dan bagaimana ia membawa istrinya yang masih tak sadarkan diri di gendongannya dengan selimut.

Dan vidoe satu lagi yang memperlihatkan bagaimana pelaku dari kejadian itu yang dihukum mati oleh mertuanya sendiri. Benar katanya Appanya bahwa ia buta akan kebenaran. Dia yang mengabaikan darah dagingnya sendiri.

Yang lebih buruk bahkan dia yang menyuruh istrinya dan seluruh anak untuk mengabaikan dan mengacuhkan saudaranya sendiri.

Dia yang tidak menerima kebenaran dan dia tidak memperoleh istrinya sendiri untuk melihat buktinya hingga istrinya hanyut dalam peran yang disuruh olehnya sendiri, bahkan saudaranya sendiri karena perlakuannya hingga membenci saudaranya tanpa sebab.

Ia menyesal sekarang dan hidupnya hancur karena ego dan keras kepalanya sendiri.

Ia mengambil handphone dimeja dengan terburu-buru dan mendiang salah satu nomor

"Jack, cepat temukan anakku." Belum sempat orang diseberang menjawab tapi sambungannya telah diputuskan.

"Argh"

Bruk

Brag

Jiyoung menjatuhkan semua yang berada dimeja kerjanya.

"Bodoh bodoh kau Jiyoung bodoh argh."

Dia berlari keluar dimana tempat keluarganya berada.

"Eomma dimana anakku?" Seluruh mata memandang Jiyoung yang sudah acak-acakan dengan penampilannya.

"Kau lihat sendiri anakmu berada di belakangmu Jiyoung" panatua Kim dengan kasar menebak bahwa anaknya itu sudah melihat flashdisk yang dia kasih beberapa hari lalu.

"Chaeyoung dan Lisa?"

"Carilah Appa dan saudaramu sudah mencarinya tapi tak menemukannya."

"Dan untuk apa kau menanyakan? Apakah kau akhirnya mengakui mereka anakmu?" Nyonya besar memandang remeh kearah Jiyoung.

"A-aku tau Eomma pasti membantu mereka kan?"

"Untuk apa aku membantu mereka Jiyoung jika itu akan membuat mereka menderita, apa kau lupa dengan ancamanmu itu?" Jiyoung menggeleng dengan kuat tidak ibunya pasti membantu dengan diam-diam bukan.

"Jiyoung kau Appa yang buruk apakah tak cukup bagimu mengabaikannya bahkan kau mengancam akan menceraikan ku jika memperlakukan mereka seperti unnie-unnienya." Dara menarik kerah suaminya dan meneriakinya.

"Appa mungkin kau pahlawan bagi kami tapi kau penjahat untuk adik kembar kami." Jennie berdiri dari duduk meninggalkan ruangan itu di ikuti oleh saudara lainnya.

Anak-anaknya memandang dengan pandangan kecewa pada pahlawannya selama ini.

"Temui kau menemui anakku jangan pernah berbicara denganku." Dara pergi meninggalkan orangtua dan anak yang terduduk di lantai sekarang.

"Eomma aku mohon, katakan dimana mereka berada." Jiyoung bahkan memengang kedua kaki ibunya.

Nyonya besar bisa melihat penyesalan dari mata anaknya namun itu semua percuma, anaknya memiliki pergi dan dia sendiri kapan mereka akan kembali atau seperti perkataan ayahnya yang menyuruh untuk tidak memperlihatkan wajahnya dihadapan keluarganya.

"Mereka pergi ke luar negeri namun Eomma tau tau negara mana" panatua Kim dan Jiyoung terkejut mendengarnya.

"Dan itu kebenarannya." Ibunya bangkit dari duduk menuju kamar meninggal panatua Kim dan Jiyoung yang menghubungi siapapun yang mereka bisa di luar sana untuk menemukan cucu dan anaknya.

Mereka sudah menemukan satu jejak walaupun itu tak membantu sama sekali, tapi mengetahui bahwa mereka barada di negara lain mudah untuk mereka mengakses mengingat mereka pengusaha yang hampir cabangnya berada di negara manapun.




                                                          AITA.....

AITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang