AITA-48

478 63 9
                                    


"Sebagian besar ingatan pasien hilang."

Kata-kata itu masih terngiang-ngiang dengan nyaring ditelinga nya Dara.

Namun yang paling menyakitkan dari penjelasan dokter adalah.

"Kapan dan bagaimana anak saya berada disini dokter."

"Anak Nyonya berada disini tepat di hari yang sama dengan Nona Irene melahirkan Nyonya."

Dara tak pernah menyangka disaat keluarga mencari sang anak padahal sang anak berada dekat dengan mereka bahkan selama sebulan lamanya tak pernah dari semua mereka menyadari keberadaannya.

"Dan saat pasien datang pertama kali, kondisi begitu parah dengan luka hampir di seluruh tubuhnya. Luka tembak di punggungnya, wajah dan bagian badannya yang lain terluka seperti tabrakan dengan benda tajam dan keras, sangking terlukanya wajahnya tak berbentuk lagi dengan memar juga goresan-goresan panjang, karena itu kami membalut wajahnya selama ini, dan hari ini adalah hari dimana perban diwajahnya dilepaskan seluruh sebelum pasien tersadar dan mengamuk hingga Nyonya juga Nona Yeri memasuki kamar pasien."

Nafas Dara tercekat di tenggorokan dan dengan susah payah dia mengeluarkan suaranya saat menanyakan orang yang membawa anaknya.

"Si.. siapa yang membawa anakku kesini dokter?"

"Nona dibawa oleh sekelompok relawan Nyonya. Salah satu dari mereka menyadari bahwa Nona masih hidup mereka melunasi semua administrasi Nona."

Sang dokter pada awalnya masih bertanya-tanya dalam hatinya siapa sebenarnya Oreo yang dipanggil anak oleh pemilik rumah sakit tempat bekerja, namun melihat bagaimana setiap ekspresi sang Nyonya saat membicarakannya, dengan kasar dia bisa menebak bahwa pasien itu benar-benar anaknya walaupun dia tak pernah tau atau melihatnya sebelumnya.

Dan para relawan, sebagian besar kelompok mereka memang memiliki uang  atau donasi untuk orang-orang yang memang saat diperlukan, uang itu dikumpulkan baik itu dari acara sosial, amal yang diadakan juga sebagai besar donasi mereka dapat dari media sosial, baik itu dari akun yang mereka buat atau sumbangan dari beberapa orang yang mendonasikan bagi orang-orang yang membutuhkan di luarnya pada akun yang sudah terdaftar ataupun terpercaya, bukan sembarang akun atau akun seorang penipu. Dan orang yang mereka temukan hanya seorang diri tanpa tau siapa keluarganya, dengan senang hati mereka melunasi administrasinya juga uang untuk perawatannya yang tak sedikit memakan biaya.

Disaat dari masih terguncang hatinya dengan penjelasan dari sang dokter di depannya. Tiba-tiba sebuah tangan terulur di depannya.

"Dan ini adalah foto pasien saat pertama kali dibawa kesini." Setelah meletakkan foto diatas meja sang dokter menarik kembali tangannya.

Dengan perlahan tangan Dara bergerak mengambil foto di depannya sebelum air matanya dengan maraton keluar dari matanya dengan suara yang tercekat dan tangisan yang memilukan.

Bagaimana tidak dalam foto itu memperlihatkan wajah anaknya saat ditemukan, wajah yang memar dengan luka di seluruhnya karena ditemukan dari tempat yang kering darah diwajah anaknya juga mengering dengan warna merah yang terkupas dari wajahnya, memar yang sangat biru dengan ungu-unguan dengan jelas terlihat, baju sang anak yang robek dengan setiap robek terdapat goresan luka baik itu ringan ataupun dalam.

Karena tak ada lagi yang ingin dibicarakan Dara bangun dari duduk dan berjalan kearah pintu.

Ceklek

"Eomma."

Ruangan itu yang sunyi tiba-tiba terdengar seruan yang sedikit keras dengan semua mata menatap kearahnya. Kecuali Aldric, Irene juga bayinya yang sudah lebih dulu kembali ke masion.

Bayi sangat rentan terhadap penyakit, apalagi dirumah sakit yang begitu banyak bakteri walaupun tempat itu menjadi tempat berobat namun dalam bersama dapat menular virus jika tak berhati-hati.

Dara melihat semua ekspresi wajah semua orang didalamnya, Jiyoung sang suami, wajah yang penuh dengan kesedihan juga rasa penyesalan yang tercetak jelas di sana, juga beberapa anaknya yang memiliki ekspresi yang serupa, dan mereka berdiri jauh dari brangkas.

"Yak yak jangan loncat-loncat Ojeh, nanti jatuh." Jisoo dengan susah payah menahan pinggang Rose yang hendak kembali melompat dan Lisa yang menahan bahu sang kembaran dengan Joy yang memegang infus yang kembali dipasang setelah terakhir kali terlepas karena pemberontak sang adik.

"Eh sayang sayang jangan terlalu banyak bergerak." Dara dengan cepat melangkah kearah anaknya yang mengulurkan tangan kearahnya.

"Eomma." Rose berhasil masuk dalam dekapan ibunya.

Dara mengelus rambut pirang anaknya dengan lembut mengecup kepala sang anak.

"Kenapa Eomma tak disini saat Ojeh bangun." Rose memanyunkan bibirnya dengan mendongkrak melihat wajah ibunya.

Belum sempat Dara menjawabnya Rose kembali berkata, "Dan mengapa Eomma meninggalkan Ojeh dengan orang-orang asing itu Eomma."

Deg

Orang asing?

Memang benar, Rose menangis saat melihat mereka namun mereka tak tau bahwa dirinya menganggap mereka orang asing dan mungkin tangisan itu adalah tangis ketakutan karena Rose hanya memanggil ketiga saudara dari mereka semua.

Rose yang langsung duduk dipangkuan Jisoo begitu Jisoo duduk disamping kasurnya, memeluk erat tubuh Lisa begitu mendekat dan Joy yang kesusahan dengan jarum infusnya.

Dara melihat ekspresi suami juga anak-anaknya saat mendengar Rose mengatakan mereka orang asing. Dan dengan perlahan melepaskan dekapannya.

Dengan mengelus pipi sang anak, Dara sedikit demi sedikit menjelaskan siapa orang asing itu.

"Sayang, mereka bukan orang asing nak. Mereka semua yang berada dalam ruangan itu adalah keluarganya Ojeh."

Rose mengerutkan keningnya mendengar sang Eomma.

"Yang lelaki yang berdiri dari tengah-tengah itu adalah Appanya Ojeh." Lalu dari memulai dari sebelah kanan sang suami. " Di samping kanan Appa itu unnie Ojeh, Wendy unnie, Seulgi unnie dan yang paling ujung Jennie unnie. Dan di samping kiri Appa itu adiknya Ojeh, Yeri.

"Andwe, Ojeh tak punya adik, Ojeh adiknya." Melihat mata anaknya yang kembali memerah Dara hanya menganggukkan kepalanya daripada nangis kan susah.

"Ya ya ya Ojeh adiknya, juga Ojeh mempunyai unnie satu lagi yang bernama Irene unnie juga ipar Aldric oppa."

Kemudian Rose melihat orang asing yang diperkenalkan oleh ibunya. 
Appa, Wendy unnie, Seulgi unnie, Jennie unnie, Yeri, Irene unnie, Aldric oppa. Siapa itu? Mengapa mereka tak ada sama sekali dalam ingatannya, selain sang ibunya, Lisa, Jisoo unnie juga Joy unnie. Mengapa hanya mereka saja namun tak dengan mereka orang asing didepannya?

Siapa mereka sebenarnya? Mengapa wajah lelaki membuatnya takut saat tak sengaja bertatap.

"Eomma Ojeh ingin pulang."

Tak menghiraukannya pikiran lebih baik dia meminta pulang, dia bosan disini hanya numpang tidur disini, tak bisa bermain dan makanan pun hanya bubur.

Belum sempat Dara menjawab, Jisoo yang tersiksa menjadi kursi bagi sang adik mulai protes.

"Yak Ojeh, menyingkirkan sedikit kaki unnie benar-benar mati rasa." Dengan tangan yang mencoba mengangkat tubuh sang adik.

"Ani."

Dan jawaban singkat sang adik membuat siksaan berlangsung lebih lama sebelum Lisa dengan mudah mengangkat tubuh sang kembarannya dan meletakkannya di pangkuannya sebelum sang bayi besar menangis kembali.

Dara hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat tingkah bayi besarnya yang tak ingin duduk langsung, maunya duduk dipangkuan seseorang.







AITA.....

AITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang