Bukan, bukan maksud Rose untuk menutupi atau memutuskan aksesnya pada siapapun, namun itulah Rose yang tak akan mengatakan Apa? Kenapa? ataupun Dimana? Tentang dirinya sendiri pada seseorang.
Lisa, mereka besar bersama-sama dan selalu lengket satu sama lain. Terkadang saat tugasnya, Lisa sendiri tak tau menahu apapun tentang kembarannya. Namun dia yakin kemanapun Rose nya pergi dia tetap akan pulang padanya. Kenyataan itulah yang membuat khawatiran menghilang disaat tak mendapatkan kabar apapun tentang Rose.
Lalu bagaimana keluarganya? Mereka yang baru saja bergabung tak mengetahui apapun tentang Rose sama sekali. Dan setelah 6 bulan Rose pergi yang katanya bertugas sama sekali tak memberikan kabarnya pada mereka. Takut? Jelas mereka takut, bagaimana jika Rose tak ingin kembali bersama mereka? Mereka tak dapat membayangkan. Walaupun tak terlibat perkataan apapun dengannya tapi Rose tetaplah anggota keluarga mereka.
"Apakah Rose sudah memberi kabarnya Lisa-ya?"
Karena hari ini hari libur, seluruh anggota keluarga berkumpul dimalam hari yang pastinya setelah makan malam. Itu adalah sebuah kebiasaan yang dilakukan untuk lebih terbuka dengan keluarga mereka sendiri.
Lisa duduk di sampingnya Jisoo yang bercanda dengan Yeri disampingnya.
"Belum Appa."
Jiyoung sudah berbaikan dengan seluruh keluarganya kecuali dengan Rose yang masih belum menunjukkan keberadaan setelah 6 bulan berlalu. Dan semua keluarganya memaafkan Jiyoung dan mereka akan membangunnya kembali, bahkan lebih baik dari dulu setelah kedua orang yang pergi belasan tahun kembali bersama mereka dengan bertambahnya anggota baru dan mungkin akan hadir malaikat kecil ditengah-tengah mereka mengingat kehamilan Irene yang sudah memasuki bulan ke 5.
Mereka semua mengharapkan jawaban yang berbeda untuk kali ini. Namun harapan tetaplah harapan mengingat bagaimana Rose sendiri yang sedikit diceritakan oleh Joy yang sudah bersama dengan keduanya selama setahun dan Lisa yang juga menjelaskan sedikit sifat Rose pada keluarga mereka.
"Tak apa-apa, mungkin dilain hari dia akan mengabarinya pada kita." Dara menerima dengan ikhlas sifat dan sikap Rose pada mereka.
"Hari semakin gelap, lebih baik kalian semua beristirahat." Jiyoung yang paling tua diantara mereka semua mengisyaratkan untuk semua beristirahat mengingat semua anak-anak mereka sangat kelelahan hari libur ini.
"Baik Appa." Semua bersuara dan yang pergi pertama kali adalah Irene yang dipapah oleh Aldric sang suami untuk menjaga kehamilannya. Keduanya masih tinggal dimasion Kim. Jiyoung dan Dara yang sulit melepaskan putri sulungnya dan adik-adik istri yang masih tak siap berpisah dengan unnie tertuanya apalagi dengan keadaan keluarga mertuanya yang sedikit berantakan. Namun walaupun keadaan seperti sekarang, dia sudah berdiskusi dengan sang istri dan sedang membangun sebuah rumah disamping masion mertuanya. Karena bangunan itu tak dibuat dengan terburu-buru mungkin sedikit banyak waktu dibutuhkan untuk membangun sebuah rumah.
Daniel dan Hera yang sudah semakin rentan dengan larutan malam, membuat keduanya jarang untuk berkumpul dengan keluarga anak sulungnya.
Disaat semua orang sudah beranjak yang meninggalkan Jiyoung sendirian di sofa tempat duduknya. Jisoo yang ingin menaiki tangga terhenti saat mendengar suara dengan nada yang selalu dia dengar saat dirinya kecil.
"Jangan bergadang, tidurlah lebih awal. Kau juga butuh istirahat princess." Suara itu, suara lembut itu kembali lagi menyapa telinga.
Mata Jisoo berkaca-kaca, dia tau selama ini Appa secara diam-diam memantau semua anak-anak. Walaupun pada awalnya dibenci dengan sang ayah yang bermain tangan dengannya, namun setelah mengetahui alasan dibalik semua itu dia menyesal pernah menyimpan kebencian pada sang pahlawan. Namun dia terlalu malu untuk memperbaiki hubungan mereka, fia ingin Appanya lah yang memulainya bukan dirinya, walaupun itu terdengar egois, tapi seorang anak yang sudah terluka batinnya itu hanyalah kalimat simple yang akan sedikit menyembuhkan batinnya.
Jisoo berbalik tubuhnya dan melihat Jiyoung yang memandangnya dengan tatapan teduh dan lembut persis sama dengan tatapan yang selalu memandang disaat dirinya kecil. Dia tak bisa menahannya lagi, Jisoo langsung bergegas kearah Jiyoung dan memeluknya.
Jisoo menangis didalam dekapan sang ayah, laki-laki yang menjadi cinta pertamanya anak perempuan.
"Maafkan Appa sayang." Jiyoung mencium pucuk kepala anaknya dan mengumamkan kata-kata maafnya.
Tak ada yang mengetahui, bagaimana dirinya yang menangis setelah memukul anaknya, tak ada yang tau bagaimana dirinya yang membakar ataupun melukai tangan sendiri setelah tangan itu jatuh pada tubuh anaknya yang memberi rasa sakit. Saat pertama kali sang anak membalas perlakuannya, dia merasa senang walaupun itu benar-benar menyakitkan untuk merasakan kekuatan sang anak.
Disaat keduanya berpelukan tak ada yang menyadarinya seseorang telah memasuki masion itu dan pintu kamar telah terkunci dari dalam.
Jiyoung melepaskan dekapannya dan menghapus airmata sang anak. Walaupun dia tak pernah mengatakan kebenaran ataupun alasan berperilaku sebelumnya, namun dia tau anaknya ini sudah mengetahui segalanya, maka dari itu dia berani menyapa kembali anak yang terpaksa dia sakiti.
"Jangan menangis dan maafkan Appa oeh. Semua akan baik-baik saja sekarang dan kita akan membangun keluarga kita kembali seperti sediakala. Dengan kedua adik kembarnya kesayanganmu, suami tercinta unnienmu dan mungkin keponakan lucumu. Kita akan menumpahkan kasih sayang yang melimpah dalam keluarga kita sekarang. Jadi jangan menangis." Jiyoung kembali mencium kening sang anak.
"Kembalilah ke kamar mu dan tidurlah jangan bergadang." Jisoo tak sanggup berkata-kata karena tangisannya, dia hanya menganggukkan kepalanya.
Namun kata-kata Jiyoung selanjutnya membuat airmata keluar kembali.
"Appa bangga padamu sayang, kau berhasil mendirikan perusahaan mu sendiri tanpa bantuan siapapun." Senyuman manis terbit dari bibir manusia random dalam keluarga itu.
Senyuman yang dulu selalu dia perlihatkan sebelum menyembunyikan dari semua orang dan sekarang senyuman itu kembali lagi.
Dan Jiyoung berharap juga dapat melihat senyuman manis dari seseorang?
Dengan langkah gembira Jisoo kembali ke kamar dengan bibir yang masih tersenyum.
Appanya?
Appanya kembali seperti dulu lagi.
Appa pahlawannya kembali lagi.
Dan semua masalah tentang Appa mungkin sudah terselesaikan hingga Appa dengan berani memperbaiki keluarganya kembali. Mungkin?
Selingkuh? Gosip darimana itu? Appa sangat mencintai Eommanya bahkan lera mengorbankan nyawa terhadap Eommanya.
Mempunyai anak lain dari wanita lain? Omong kosong macam apa itu? Dia yang selalu menghindar ataupun secara terang-terangan mengusir seseorang yang mempunyai niat menggodanya bagaimana mungkin dia bisa mempunyai anak dari wanita lain?
Main tangan? Dia sering melihat Appa yang menyiksa dirinya sendiri setelah bermain tangan dengan kedua adik kembarnya dan bahkan dia sering menangkap basah sang Appa yang diam-diam melihat si kembar. Diam-diam mengintip hanya untuk mendengarkan suara tawa dan senyum manis sang anak.
Memukulnya? Bagaimana itu disebut amarah? Di setiap tangan dilayangkan padanya mata Appa berkaca-kaca dan raut wajahnya yang menunjukkan rasa sakit setelah memukul anaknya sendiri.
Walaupun sempat menaruh kebencian pada sang ayah, namun setelah tau sebabnya dia menyesali rasa bencinya.
Malam itu begitu awal semua lampu kamar dimatikan oleh sang pemilik.
Saat pagi menyapa, karena hari ini adalah Senin hampir semua orang mempunyai jadwalnya sendiri atau aktivitasnya masing-masing. Setelah sarapan pagi bersama semua berpisah oleh kesibukannya sendiri dan kamar tertentu masih terkunci dari dalam dengan penghuninya yang masih bersembunyi dibalik selimut.
Dan mungkin orang itu ingin menghabiskan waktu seharian ini dengan tidur dan tidur.
Dan benar saja bahkan sampai malam hari kembali lagi kamar itu masih terkunci sampai paginya.
Masih nungguin kan?
Lamakan tak updatenya?
Sorry!
Haha.AITA.....
KAMU SEDANG MEMBACA
AITA
Short StoryGak tau mau buat cerita apa Jadi ini cerita ngalir gitu aja dah dan soal deskripsinya apa ya mungkin ini aja lah ya? Dua anak kembar yang lahir dari rahim yang sama mempunyai ibu yang sama, sama-sama perempuan, mempunyai keluarga yang sama, gitu aja...