AITA-14

896 69 2
                                    

Maafkan Eomma sayang.

Langkah kakinya Rose dan Lisa langsung terhenti mendengar lirihnya suara sang ibu.

Keduanya melihat punggung yang bergetar dengan kepala menunduk. Apa orang itu menangis? Haruskah keduanya menghiburnya?

Lisa yang memang perasaan lebih lembut diantara keduanya langsung mendekat.

"Ahjumma, apakah kau baik-baik?"

Merasa seseorang bertanya padanya, Dara langsung mengangkat wajahnya hingga kini mata keduanya bertatap. Entah mengapa melihat mata gadis didepan membuat perasaan Dara sedikit menghangat.

Rose langsung mengenali wanita tersebut. Dia adalah orang yang status ibunya. Mengapa dia bisa mengetahuinya? Masih ingat saat Hera Grandmanya tertidur? Ya begitu sampai di kediaman Kim Rose lah yang mengangkat sang Grandma ke dalam masion nya, awalnya 2 pengawal mencegatnya begitu melihat orang yang berada di gendongannya adalah Nyonya besar mereka keduanya langsung membuka pintu utama dan langsung menunjukan kamar Nyonya besarnya, Rose yang tidak ingat membuat keributan dimalam hari menanyakan kamar tamu untuk sang Grandma. Setelah semua urusan sekiranya beres dia ingin meninggalkan masion tersebut namun saat dia keluar dari kamar tamu Rose terkejut seperkian detik sebelum wajah datarnya kembali saat berpapasan dengan Dara. Malam itu keduanya hanya saling menatap sebelum suara Rose menyadarkan Dara, "saya hanya mengantarkan ibu mertua mu Nyonya." Dara yang ingin tidak sempat karena Rose langsung pergi tanpa melihat kebelakang sekalipun.

"Ahjumma."

Melihat wanita didepan yang mematung saat melihat wajahnya, Lisa langsung memanggilnya kembali.

Dara belum beraksi dengan semua usaha Lisa yang mencoba menyadarkannya ke alam nyata.

"Ahjumma." Akhirnya orang tersebut langsung tersadar saat Lisa sedikit menggoyang bahunya.

"Ah, kenapa anak muda?" Mengapa wajah gadis didepan sangat nyaman hingga membuatnya tanpa sadar melamun.

Melihat wanita tersebut melamun kembali Lisa langsung mengengam tangan wanita berkepala empat yang dibalas dengan erat oleh orang di depannya sekarang.

Kenapa genggamannya begitu hangat dan nyaman? Dan kenapa dia seolah-olah melihat kembali mata yang dirindukannya.

"Apakah kau baik-baik saja?" Lisa langsung duduk di sampingnya, sedangkan Rose masih berdiri di belakang keduanya dengan Dara yang tidak menyadari kehadirannya.

"Eomma, ah maksudnya a-aku baik-baik saja." Entah mengapa dengan gadis disampingnya dan juga genggam tangannya seperti dia merasakan bahwa  anaknya kembali lagi kepadanya.

Lisa sedikit ragu dengan jawaban orang yang kini semakin erat menggenggam tangannya seolah-olah dia takut jika tangan itu lepas darinya.

"Biarkan kami mengantarkan mu pulang Ahjumma." Lisa bisa melihat dengan jelas wajah yang dipenuhi kelelahan dan dia yakin wanita ini tak cukup tidur.

"Kami?" Dia hanya melihat gadis ini seorang lalu apa yang dimaksudnya kami? Apakah dia juga diantar jemput oleh supir seperti dirinya saat ini atau dia pergi dengan teman-teman? Lalu dimana mereka? Dara melihat keliling dan matanya langsung menangkap Rose yang berdiri sedikit jauh dari mereka. Kenapa dia tidak asing dengan wajah gadis pirang tersebut?

"Aku dan saudaraku."

"Saudaramu?"

"Ya, dia kakak kembarku. Jadi, biarkan kami mengantarmu."

Kini bulan sudah menampakkan dirinya yang bersinar di atas sana ditemani dengan beribu bintang yang bertaburan. Tidak mungkin dia bisa membiarkan seseorang apalagi itu adalah seorang wanita yang sudah berkepala empat dengan keadaan suasana hatinya yang buruk untuk terus berada di taman saat dinginnya malam menerpa tubuh mereka.

AITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang