AITA-37

601 57 15
                                    


"Selesai." Lisa merenggang ototnya. Akhirnya mereka menyelesaikan apa yang mereka kerjakan dari tadi. Main game? Bahkan keduanya tidak berada didepan komputer gaming.

Mereka sama sekali tak terganggu saat mengerjakannya bahkan tak mengetahui saat Jennie mengetuk kamar Jisoo, karena keduanya berada dalam ruangan khusus dalam kamar Jisoo yang dilengkapi dengan kedap suara.

Didalam ruangan itu banyak terdapat alat teknologi yang jarang digunakan oleh orang-orang pada umumnya.

"Aku lapar unnie." Karena sudah memasuki jam makan siang membuat Lisa lapar dan dia memengang perutnya dengan mata yang menatap Jisoo yang bersandar di kursi dan memejamkan matanya.

Lisa yang memperhatikannya wajah unnienya dari dekat terkejut saat Jisoo membuka matanya dan langsung berdiri. " Cah ayok kita cari makan diluar saja dan ajaklah Rose dan aku akan mengajak Jennie bersama kita."

Jisoo merangkul tubuh Lisa walaupun kelihatan dia bergantung pada bahu Lisa dan keluar dari ruangan itu.

Kamar Lisa melewati kamarnya Rose, karena mengingat perkataan Jisoo dia dengan perlahan mendorong pintu kamar itu dan langsung disuguhi oleh dua orang yang tidur sambil berpelukan.

Lisa tersenyum dan dengan perlahan menutup kembali kamar Rose sebelum berlalu ke kamarnya sendiri untuk bersiap-siap.

Tak lama Lisa sudah selesai bersiap-siap begitu pun dengan Jisoo yang sedang berada dalam kamar Jennie namun tak menemukan pemiliknya, dia sudah mencoba mencari dan memanggilnya namun gak ada sahutan.

Jisoo langsung keluar dari kamarnya Jennie dan berjalan kearah kamar Rose, mereka juga akan mengajaknya, namun saat membuka pintu kamarnya dia menemukan orang yang dicari tidur dalam pelukan orang yang ingin dia samparin. Sama seperti Lisa dia tersenyum melihat pemandangan keduanya yang sangat manis tidur dengan saling berpelukan.

"Semoga hati mu memaafkan mereka Rose. Mereka benar-benar menyesal kecuali si Jiyoung itu. Dan aku mengerti dengan sikap mu dengan mereka."

Lisa mengembulkan kepalanya dari bahu Jisoo yang membuatnya kaget.

"Yak Lisa kau seperti setan." Tak ingin menganggu tidur keduanya Jisoo menekan suara saat dia melihat kesal kearah adiknya yang membuat dirinya hampir berteriak.

"Mian unnie, aku hanya melihat kearah mereka namun kau menghalangi jalannya." Lisa langsung memperlihatkan deretan giginya.

Jisoo menutup pintu secara perlahan dan berlalu dengan Lisa yang akan makan siang di luar dan akan membungkus kepada kedua orang di dalam kamar tadi.

Tanpa disadari setelah kepergian keduanya, mata salah satu diantara mereka sudah terbuka saat Jisoo yang menekan suaranya kepada Lisa yang pada awalnya sedikit berteriak dan dia terjaga.

Jennie adalah orang yang terjaga itu. Dia ingat saat Rose menarik badannya hingga terjatuh diatas tubuhnya dan dengan erat memeluknya. Dia sempat meronta namun tak mendapatkan respon, tenaganya yang sudah berkurang membuatnya lelah dan dengan perlahan matanya terpejam begitu pun pelukan ditubuhnya yang semakin mengendur. Dan tanpa sadar dia tertidur dengan keadaan yang saling memeluk dengan wajahnya yang berada dalam ceruk lehernya Rose. Aroma yang keluar dari sana membuat pikirannya sangat tenang dan semakin dalam dia menguburkan kepalanya.

Tangan Jennie terangkat dan dengan perlahan mengelus wajah Rose yang damai dalam tidurnya.

Mulai dari dahi, alis, kedua mata, hidungnya dan entah pikiran darimana Jennie memasukkan salah satu jari di lubang hidung Rose dan mengeluarkannya sebelum sang empu meninggal hanya karena jari-jarinya dan saat sampai di bibir adiknya.

"Arghh."

Jennie berteriak karena kaget juga sakit sih, bagaimana tidak tangan yang berada dibibir Rose digigit secara tiba-tiba dan itu sedikit keras namun dia kan orangnya kagetan.

AITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang