AITA-36

626 61 9
                                    


Rose hanya melihat sinis kearah Jiyoung, tanpa menjawab dia kembali berlalu menuju ke kamarnya di lantai atas dan mengabaikan semuanya. Bahkan Lisa saja terdiam melihat yang Rose lakukan pada ayah mereka. Namun dia tau Rose sebenarnya....

Jiyoung masih sangat terkejut bahkan kata-katanya menjadi terbata-bata, "Apa yang dia lakukan padaku."

Semua orang masih terkejut bahkan suami Irene yang pada awalnya berpikir mudah untuk meluluhkan hati Rose, namun setelah melihatnya sendiri dia menjadi ragu dan berjanji pada dirinya sendiri untuk berhati-hati dengan adik iparnya itu.

"Appa, Rose tidak suka acara makanannya diganggu apalagi terjadi perdebatan saat dirinya makan." Joy yang sudah sedikit lama dengan Rose bahkan tak mengetahui banyak hal tentang adiknya, namun untuk satu ini dipernah mengalaminya saat bertengkar dengan Lisa saat mereka sarapan pagi waktu itu dan berakhirlah piring yang berbenturan dengan lantai dan tidak berbicara sedikit pun pada mereka dalam waktu yang lama dan Joy sudah jera di acuhkan oleh adiknya itu.

"Ah em..." Jiyoung kehilangan kata-katanya.

Rose? Bukanlah seseorang yang mudah memaafkan orang yang melukainya, dia tak akan pernah memaafkan mereka sebelum merasakan apa yang telah mereka lakukan dan itu sangat berbeda dengan adik kembarnya. Lisa adalah orang yang mudah memaafkan seseorang yang melukainya dan mencoba mengabaikan kesalahan karena dia tau dia takkan pernah bisa melupakan sesuatu yang sangat menyakiti hatinya. Namun jika dihadapkan dengan keluarga, dia adalah orang yang masih membutuhkan kasih sayang orang tua dan saudaranya, maka dari itulah saat mereka meminta maaf dia dengan mudah memaafkan semuanya dan mencoba untuk mendekat dirinya.

Dulu saat Rose kecil memanggil ayahnya maka dia akan didorong dan dipukuli bahkan dikurung hanya karena kata ayah keluar dari mulutnya pada ayah kandungnya sendiri. Dan yang terakhir dia dapat dari ayahnya saat berbicara dengan Lisa dan asik dengan adiknya di ruang keluarga saat itu, Jiyoung yang baru pulang dan keadaan rumah kosong, Rose menyambutnya meninggalkan Lisa yang asik sendiri dengan mainannya, menyapa sang ayah dengan panggilan "Appa." Pelipisnya langsung berdarah dengan pot yang melayang kearah hingga mengeluarkan darah bahkan sudah sangat lama berlalu bekas itu masih terlihat jelas diantara pelipisnya. Dan dia hanya....

Apakah seorang anak masih harus tetap berbakti pada orang tuanya saat orang tuanya sendiri membuangnya dan tak menganggap sebagai seorang anaknya? Apakah dia harus tetap hormat pada seseorang yang meluncurkan kehormatan? Apakah setiap anak harus berbakti pada orang tua yang jelas-jelas tidak pernah menghargai anaknya sendiri bahkan menuduh anak kandung sebagai anak haram?

Kenapa hanya seorang anak yang harus berbakti? Karena dia lahirkan? Tapi bukankah mereka tidak memintanya untuk dilahirkan dan dibuang? Bahkan tak anak harga dirinya seorang anak pada orang tua?

Berbicara harga diri. Semua orang begitu menjaganya namun sayangnya dia tak pernah merasakan harga diri seorang anak. Dan sekarang dengan entengnya ayah yang dulu membuangnya menyuruh untuk menghormati dirinya sendiri. Waras kah pikirannya? Apakah urat malunya putus?

"Itu balasan mu Jiyoung atas apa yang kau lakukan dulu pada anakku dulu." Dulu Dara diam saat suami membuat kekerasan pada anaknya dan diam-diam dia akan menangsi karena kondisi anaknya, namun sekarang dia tak kan pernah melakukan kesalahan yang sama lagi. Dia seorang ibu, dan seorang ibu adalah pahlawan bagi setiap anaknya. Jika ayah adalah seorang pahlawan bagi anaknya maka ibu adalah ibunya pahlawan bagi pahlawannya sendiri.

Jiyoung hanya diam dan anak-anaknya yang sudah menyelesaikan sarapan pagi satu persatu berlalu, Irene dan suaminya yang ingin menghabiskan waktu berdua, Seulgi dan Wendy yang pergi berjumpa dengan kekasih masing-masing, Joy yang pergi dengan Yeri juga sepupunya untuk bermain kemana pun angin membawa mereka hari ini. Daniel dan Hera yang sudah lama pergi setelah Rose beranjak dari kursinya, Lisa dan Jisoo yang sudah merencanakan untuk bermain game sepanjang hari dan juga tentang sesuatu... Jennie yang sedang malas untuk keluar dan Dara yang akan melakukan olahraganya bersama dokter pribadinya sekarang juga dia yang ingin mengecek butiknya yang akan diwariskan oleh anaknya nanti.

Jiyoung? Entah kemana dia pergi hari ini, keluarga tidak ada yang menanyakannya lagi setelah kejadian seminggu yang lalu yang masih sangat membekas pada mereka semua bahkan Dara yang berpikir untuk mengajukan surat cerai namun di batalkan.


.

.

.

Disini berbeda daripada pada umumnya. Penjara tentara sangat tersiksa bagi yang bersalah dan begitu pula yang di rasakan oleh Kim Gyu Jim yang beru seminggu disini, dirinya yang dulu rapi sekarang sangat berantakan dengan rambut yang sudah melewati telinganya, janggut yang sudah lebat, tubuh sudah begitu kurus dengan baju yang sangat lusuh. Dia dipanggil karena ada orang yang menjenguk nya, dia bingung dengan dirinya sendiri siapa yang menjenguknya, anaknya? Ya anaknya yang paling dekat dengannya, tapi dia sudah tiada. Mantan istrinya? Dia sudah menikah lagi dengan seorang pembisnis lain dan dia tau tak bukan itu mantan istrinya. Saudaranya? Dia sangat lah sombong semasa kebebasan dan tak ada seorang pun yang menyukainya. Lalu siapa?

Begitu Gyu Jim keluar dia langsung melihat Jiyoung yang duduk menunggunya disama.

"Apa yang ingin kau katakan, aku tak punya waktu. Jika itu penting langsung intinya jika tidak aku pergi." Bahkan di saat seperti ini pun sikap sombongnya masih sulit dihilangkan.

"Ingat dirimu Gyu Jim, kau bukanlah seorang CEO seperti dulu lagi kau sekarang hanya seorang pidana." Jiyoung tersenyum sinis kearahnya.

Dan dari perkataan itu membuat keduanya tak dapat bertemu lagi selama Kim Gyu Jim masih disini. Dia yang kesal dengan Jiyoung langsung maju dan mukulnya, hingga tiba seorang tentara menahan dan mengatakan, "Tuan Kim ini yang pertama dan terakhir kau menjenguknya." Dan membawa Gyu Jim dan dia menerima hukuman karena memukul seseorang.

.

.

.

Sedangkan di masion besar itu, setelah semua orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing bahkan sudah memasuki waktu siang.

Jennie bosan jika hanya berada dikamar nya sendiri, dia sudah mengetuk pintu kamar Jisoo namun tak direspon oleh pemiliknya karena sibuk dengan game dan sesuatu.... Bersama dengan salah satu adik kembarnya. Dan berakhir lah kini dia berada di depan kamar adiknya yang sudah lama pergi dan dia sekarang kembali lagi bersama mereka.

"Hahhh, aku akan mencobanya lagi. Semoga Rosie mau memaafkan ku." Jarang sudah nama Chaeyoung di dengar di masion itu kecuali, nama barunya Rose.

Ceklek

Pintu kamar secara perlahan terbuka dan memperlihatkan seorang gadis yang masih tidur dengan nyenyak nya di atas kasur dengan bajunya yang terletak disampingnya. Dan kebiasaannya terjadi lagi saat dirinya sudah merasa menyatu dengan kamar ini, dia kembali mengganjal pakaian atasnya saat tidur.

Jennie dengan perlahan mendekat dan dia dengan jelas bisa melihat perut adiknya yang sedikit berotot mengingat adiknya ini seorang tentara.

Jennie duduk ditepi ranjang adiknya dan wajah sang adiknya yang langsung berhadapan dengannya, dia memengang wajah adiknya dan mengelus secara perlahan. Mata itu masih terpejam dengan wajah yang sangat tenang. Bahkan dirinya sendiri tak menyadari buku mata yang diam tiba-tiba bergerak saat dirinya mengedipkan mata hingga dia tak mengetahui sampai saat tangan orang tidur itu menariknya dan terjatuh diatas tubuh adiknya, namun yang anehnya bukan terbangun karena tertimpa sesuatu yang berat dia semakin memeluk sesuatu itu dengan erat dan membawa ke dalam dekapannya hingga wajah Jenn terkubur dalam ceruk lehernya dan dia masih dengan tenang menutup matanya mengabaikan keterkejutan kan seseorang yang dia tarik.






Udah kan?

Gak bisa sedikitpun untuk mengalau.




                                                          AITA.....

AITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang