AITA-04

1.3K 98 0
                                    

3 tahun sudah semua pencarian yang dilakukan berakhir sia-sia, jangan untuk mengetahui dimana mereka berada bahkan mereka tidak tau apakah keduanya masih hidup.

Bahkan Grandma yang dulu mencoba ikhlas melepas cucunya untuk pendidikan kini mulai panik, 3 tahun berlalu belum ada satupun kabar yang diberikan cucunya.

Saudaranya yang dulunya acuh kini juga merasakan penyesalan, dimana saudara mereka berada sekarang? Mereka juga ingin mengenal mereka setelah 10 tahun mengabaikannya.

Jiyoung yang menyibukkan diri dengan mencari kedua anaknya itu hingga jatuh sakit karena mengabaikan kesehatannya sendiri mengakibatkan Dara mengikrarkan perkataan sendiri untuk berbicara dengannya sebelum anak-anaknya ketemu melihat bagaimana suaminya itu bersungguh-sungguh dan penyesalan yang terlihat jelas dimata suaminya.

Kini semuanya sedang berada di ruang keluarga juga dengan panatua Kim dan istrinya yang biasanya dihari libur mereka akan menyibukkan diri dengan segala kesibukan untuk mengalihkan rasa penyesalan terhadap kedua anggota keluarganya yang lain, namun kini entah mengapa mereka berkumpul di ruang itu bahkan keluarga kedua adiknya ikut hadir.

Drrt drrt drrt

Semua mengalihkan pandangan pada sang Grandma yang mengangkat telponnya.

"Halo, dengan siapa?" Grandma menyerengit melihat nomor asing di handphonenya.

"Gimana kabar Grandma."

Grandma membeku mendengar suara lembut di seberang sana hingga tidak sadar bahwa airmata kini jatuh.
Semua menatap heran dan khawatir kearahnya.

"Eomma apa yang terjadi?" Jiyoung mendekati ibunya.

Grandma mengangkat tangannya menyuruh untuk tidak mengeluarkan suara.

"Kenapa baru sekarang kalian mengabari Grandma hah." Mereka menyerengit sebenarnya siapa yang menelpon ibu dan Grandma nya hingga membuatnya terlihat bahagia diwajahnya.

"Maaf Grandma, kami baru sempat mengabari mu."

"Apakah kalian sangat sibuk? Hingga melupakan Grandma mu sendiri." Nada seolah-olah marah terhadap orang diseberang sana.

"Kau bener Grandma, bahkan Lisa sendiri untuk bertemu dengan."

"Sok sibuk sekali dia."

"Heh, bahkan kau sendiri sama ya."

"Tapi lebih parah dirimu Chaeng, adikmu sendiri bahkan kau hiraukan."

"Grandma tau, bahkan ini harus Lisa paksa untuk menghubungimu."

"Lalu kenapa kau tidak menghubunginya sendiri."

"Hey Chaeng."

"Apa?"

Grandma tersenyum mendengar perdebatan kedua cucunya itu.

"Sudah hey, kenapa kalian ribut? Apakah kalian tidak merindukan Grandma hm?"

"Kami merindukanmu Grandma, ani ani Chaeng tidak merindukanmu."

"Benarkah Chaeng, kau tidak merindukan Grandma mu ini?" Nadanya pura-pura sedih.

Semua yang berada diruang tersebut membeku mendengar nama yang disebutkan oleh ibu dan Grandma mereka.

"E-eommanim, benerkah itu anakku." Dara menangis dan nyonya besar menganggukkan kepalanya dan mengeraskan panggilan tersebut hingga bisa di dengar dan ruang itu.

"Ani Grandma, jangan mempercayainya dia membohongimu."

"Benarkah? Lalu kenapa baru sekarang kau menghubungi Grandma hm anak nakal?"

AITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang