AITA-47

527 61 9
                                    

Waktu yang seharusnya diperlukan 30 menit memakan lebih satu jam lamanya saat menunggu sang ibu dengan si bungsu untuk sampai ditempat tujuan.

Irene dibantu oleh Joy sudah selesai mengemasi barang-barang yang akan dibawa pulang bahkan sebagiannya sudah disimpan dalam mobilnya. Aldric yang menimang-nimang putrinya dalam gendongannya. Jisoo? Setelah memakan satu buah apel entah mengapa rasa ngantuk langsung menyerangnya dan jatuh tertidur di sofa dalam ruangan.

"Eomma dan Yeri terjebak macet sebelumnya tapi sekarang mereka sudah berada dipakiran." Beritahu Joy.

"Suruh saja untuk menunggu kita di parkiran daripada harus bolak-balik lagi nantinya." Irene yang memang sedang menyusui Ara Yun Kim putrinya dengan Joy yang memainkan jari-jari si bayi.

"Aku sudah mengatakannya tapi Eomma bila dia ingin menjemput cucunya sendiri." Joy mulai mencium-cium tangan si bayi.

"Jangan menganggunya Joyi."

Joy hanya menampilkan sederet gigi rapinya.

"Lebih baik kau membangun Jisoo, kita akan langsung pulang begitu Eomma mengatakan pulang."

Joy menuruti perkataan unnie tertuanya dan mulai membangunkan Jisoo.

Wajah Jisoo yang damai dalam lelapnya namun kelelahan langsung bisa dilihat dari raut wajah itu.

Dengan perlahan Joy membangunkan seseorang yang jarang tidur dalam sebulan ini.




.

.

.

"Kita langsung ke ruangan baby Ara Eomma?" Yeri dan Dara baru saja memasuki rumah sakit dan mereka masih berada di lantai satu, sedangkan ruangan yang dituju berada di lantai 3.

Dara berdehem dan mereka melangkah dengan Yeri yang memeluk lengan sang ibu.

Lorong yang awalnya tenang dengan orang yang masih berlalu-lalang tiba-tiba dalam salah satu kamar diantaranya terjadi kegaduhan dengan teriakan yang begitu keras dari dalam.

Dan itu menarik perhatian kedua ibu dan anak itu. Mereka yang awalnya masih membahas bagaimana imut dan cantiknya sang cucu dan keponakan. Mereka mengehentikan kakinya tetap di depan pintu kamar yang menjadi biangnya.

Suara teriakan dan berontakan terdengar begitu nyaring di telinga kedua, karena penasaran Yeri mengulurkan tangan sebelum pintu itu tiba-tiba terbuka memperlihatkan salah satu suster yang sudah bermandikan keringat.

Suster yang ingin mengambil suntikan untuk pasien yang mengamuk terhenti saat melihat Nyonya dan Nona pemilik rumah sakit tempat mereka berkerja.

"Ah, salam Nyonya, Nona." Suster itu sedikit membekukan tubuhnya didepan dua orang yang berdiri didepan pintu kamar.

"Apa yang terjadi?" Karena terlanjur penasaran Yeri ingin menuntaskannya daripada menganggunya nantinya.

"Salah satu pasien mengamuk Nona." Suster itu dengan sopan melayani Nona pemilik rumah sakit ini.

"Mengamuk? Kenapa?" Dan itu semakin membuat Yeri semakin membuat rasa penasaran lebih meningkat. Jarang dia tu melihat pasien mengamuk, jadi biarkan saja.

"Hari ini pelepasan perban dari wajahnya Nona namun tanpa diduga pasien tiba-tiba bangun dari komanya yang hampir sebulan."

"Apa yang terjadi? Mengapa dia sampai koma?" Yeri mengerutkan keningnya saat mendengar penyelasan suster didepan dan Dara memilih untuk diam dan menyimaknya saja.

"Agrhhh lepaskan, lepaskan. Jangan menyentuh ku." Teriakkan itu terdengar lagi dan lebih besar dari sebelumnya. Dan itu mengehentikan sang suster untuk menjelaskannya dan langsung pamit untuk mengambil sesuatu yang diperlukan.

AITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang