26. It's 03.00 AM

314 52 14
                                    

Di luar masih gelap—sekitar pukul setengah tiga saat Claire memutuskan untuk membuka matanya. Kerongkongannya terasa sangat kering sebab semalam lupa tidak membasahinya setelah sikat gigi. Lalu saat ia berniat untuk beranjak, ada sesuatu yang menahannya. 

Tapi apa?

"Shit," umpatnya spontan kala netranya menangkap seonggok daging bernyawa yang tengah memeluknya begitu erat dengan meletakkan kepalanya di lengan Claire. Pantas saja ia tidak bisa merasakan lengan sebelah kanannya.

Di cahaya remang yang berasal dari lampu tidur di nakas kanan dan kiri, Claire bisa sedikit meihat bagaimana pulasnya Snape terlelap. Wajahnya tenang, tidak ada ekspresi datar, dingin, menyebalkan, atau mesum. Benar-benar asri, seperti air danau yang tidak terguncang.  

Saat itu—satu minggu lalu mungkin, saat mereka baru pertama kali seperti ini, Snape terlihat sedikit gelisah dalam tidurnya. Claire tahu itu dari nampaknya dua garis vertikal di antara dua alisnya.  

Bangunkan atau tidak? Tanyanya dalam benak. Pasalnya Snape memeluknya layaknya sebuah bantal, sangat erat. Beruntung Claire tidak kehabisan napas. 'Kan tidak lucu kalau besoknya dia terbangun dengan disambut para malaikat. 

Memutuskan untuk tetap geming, Claire perlahan memindahkan tangan Snape yang melingkan di bawah dadanya. Sial! Dasar laki-laki.

Baru satu percobaan, keberhasilan sudah menyertainya. Tak ingin membuang waktu karena matanya hanya memiliki daya 15 watt, Claire berjalan cepat keluar kamar. Kenapa pula dia tidak mengisi gelasnya semalam? Dan kenapa juga Claire meninggalkan tongkatnya di luar?

Ini semua jelas gara-gara Snape yang menariknya untuk cepat-cepat tidur. Dasar!

"Oh God!" Dia mengangkat tinggi-tinggi gelasnya usai menghabiskan lima ratus mililiter. 

Memilih untuk sekejap menerawang gelas kaca yang baru diletakannya itu, Claire jadi terpikirkan satu hal: Sejak kapan hubungannya dengan Snape bisa sedekat ini? Karena apa hubungan mereka bisa sedekat sekarang? Bagaimana Snape bisa berubah begitu drastinya seperti ini? Dan apa yang memengaruhi dirinya sampai menerima semua yang Snape lakukan? Maksudnya, Claire terkena pelet atau bagaimana? Kok dia bisa dengan mudahnya berada di bawah kendali Snape?

Ternyata bukan satu hal, tapi banyak hal—hingga membuat Claire menghela napas berat sembari menyugar rambutnya untuk kemudian menyangga kepalanya dengan dua tangan. 

Iya, dia sudah terlena karena semua sikap mendadak dan sifat aneh Snape. Seharusnya tidak seperti ini. Claire itu punya prinsip, dan dia harus menjalankan prinsip itu sebelum kehilangan semuanya. Tapi masalahnya, Claire tidak bisa melakukan apapun saat Snape menguasai keadaan. Dia akan berubah menjadi manusia bodoh yang kolot dengan dunia percintaan.

Memang sih Claire itu baru pernah berpacaran sekali itu. Dan dia tidak pernah lagi berhubungan serius dengan siapapun selama hampir dua tahun belakang. Namun hal itu tidak membuatnya lantas menjadi bodoh seperti ini, 'kan? 

"Claire?" Lalu saat otaknya masih memiliki banyak pertanyaan tanpa jawaban, suara husky itu menggema di telinganya. 

Ia segera mengangkat kepalanya dan tersenyum yang praktis membuatnya merutuk pada diri sendiri. 

"Kenapa? Kau haus?" tanya Snape sembari membelai rambutnya sebelum mengecupnya sekali.

"Sudah tidak," sahutnya di tengah-tengah umpatan batinnya. Claire sadar betul, ia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri di sini. Di posisi dimana Snape memperlakukannya begitu manis dan baik.

Anggukan nampak kentara dari bawah sini. Kemudian dengan tiba-tiba, Snape menunduk, mendekatkan kepalanya ke samping telinga Claire. "Aku lapar, hehe," bisiknya yang dengan ajaibnya meruntuhkan segala ego Claire yang sedari tadi menggaung saru.

Sequoia | Severus SnapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang