14. First Snow

318 51 10
                                    

Waktu terus berjalan, dan akhir pekan kembali hadir. Untuk yang kali ini, alih-alih pergi ke Great Lake dan kembali mengisi journeynya—Claire memilih untuk menapak ke Hogsmeade dan membeli beberapa manisan untuk sekedar menghibur dirinya. Sebab setelah hari dimana ia dan Snape bertengkar, reputasinya sebagai seorang yang dibenci oleh komunitas pecinta Snape kian melambung.

Kemarin saja emosi Claire hampir lepas karena kelakuan para siswi yang sengaja mengacau di kelasnya hingga berani mengeluarkan kata-kata kasar, padahal baru kelas empat. Hal itu jelas berhasil membuatnya mengurut pelipisnya begitu frustasi. Di samping Claire tidak bisa menghentikan semua perilaku biadab para muridnya, ia juga tidak bisa untuk sekedar memberi mereka pelajaran berarti. Sebab mau sekeras apapun ia berusaha, mereka tidak akan mengerti, kecuali jika orang yang memberi pelajaran itu idolanya sendiri.

Tapi sudi sekali Claire untuk meminta Snape agar lebih bisa mengontrol para penggemarnya—ia lebih memilih untuk berjalan keluar kastil, menuju Great Lake dan menumpahkan segala emosinya untuk para maniak Snape di sana, alih-alih memohon pada si penindas kelas kakap untuk membantunya.

"Weasley's Wizard Wheezes? Punya si kembar?" Kakinya berhenti melalang kala netranya tak sengaja menangkap toko dengan replika patung bergerak yang memiliki wajah mirip dengan karibnya dulu.

Lalu tanpa menimang lebih jauh, Claire melajukan langkahnya ke toko itu. Baru saja masuk, ia dikejutkan dengan betapa ramainya toko ini. Entah oleh para murid Hogwarts atau bahkan mereka yang belum memenuhi untuk masuk ke Hogwarts.

"OH NO NO DON'T! Don't stop, keep going, Camerron." Dan saat suara itu menyapa gendang telinganya begitu awas, Claire tertawa renyah. Di depan sana, radius beberapa meter darinya—terdapat si pemilik toko yang tengah mengusili pembeli mereka, atau mungkin Claire bisa menebaknya sebagai pelanggan setia?

Nampaknya telinga si kembar masih begitu jernih, sebab setelahnya mereka menghampiri kawan lama mereka.

"Look, Fred! Ada si bungsu kaya raya yang katanya tidak sudi lagi menginjakkan kaki di dunia sihir."

"Dan kenyataannya bocah itu sekarang datang ke toko kita. Apakah itu artinya dia bersedia menjadi investor, George?"

"Let's see," final Fred sebelum akhirnya menarik tangan Claire secara paksa dan menjabatnya begitu kuat. Bahkan Claire belum sempat membalasnya dengan kekuatan yang sama, jabatan tangan itu sudah lebih dulu dioper ke George. Hingga membuatnya tak kuasa mengontrol tawanya yang memang belum berhenti.

Usai dengan goyangan kuat di tangannya, Claire menghentikan tawanya. "You little brat!" ucapnya sembari menjitak kepala si kembar meskipun harus berjinjit.

Tentu saja pergerakannya itu membuat keduanya meringis. Kuat juga kekuatan si pendek ini. Begitu kira-kira pikir mereka dengan tatapan sinisnya.

"Aku tidak menyangka kalian benar-benar membuka toko lelucon," ujar Claire sembari mengajak netranya untuk berkeliling hingga lantai atas. "Kalian sudah berhasil membunuh berapa orang, huh?" tanyanya dengan senyum simpul yang menyiratkan ejekan.

Kembar Weasley itu tertawa ssembari bersitatap beberapa detik. "Sekitar lima puluh dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Masih terbilang sedikit lah, untuk populasi manusia-manusia kurang berguna seperti keluarga Malfoy," jawab George setelah berhasil menembus benak Fred untuk menemukan jawaban yang sama.

Dan pada kenyataannya, jawaban itu mampu membuat ketiganya tergelak. "Mereka masih mempercayai bahwa si tuyul nose-less masih hidup?" tanya Claire yang menghentikan gelak si kembar.

Keduanya menggeleng. "Mereka sudah menyerah dengan kepercayaan itu. Tapi Lucius malah pindah jalur, dengan mendukung si peppa pig menjadi menteri sihir, melakukan segala cara untuk menjatuhkan Kingsley meski pada akhirnya mereka tetap gagal," jawab Fred yang diangguki George.

Sequoia | Severus SnapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang