18. A Command

288 55 4
                                    

sorry for the typoo~~~

.

.

.

Sejalan dengan menguarnya penyakit menular yang mematikan, tiga minggu terakhir murid yang mengikuti kelas Claire dari tingkat satu sampai tingkat tujuh kian jarang. Sebenarnya bukan hanya kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, tapi nyaris semua kelas. Sebab sudah lebih dari 500 siswa dinyatakan terinfeksi. Dan kabar buruknya lagi, jumlah itu semakin bertambah setiap harinya.

Alhasil hari ini alih-alih melaksanakan aktivitas belajar-mengajar, para guru dipanggil untuk mengikuti rapat. Sedang para murid yang tidak terinfeksi dihimbau untuk tetap berada di asrama mereka masing-masing.

Baru sepuluh menit rapat dimulai, suara hela napas berat sudah terdengar di sana-sini. Bukan tanpa alasan, melainkan karena datangnya surat perintah dari kementrian sihir untuk tetap mencoba semaksimal mungkin merawat para murid yang terinfeksi, sebab tidak mungkin untuk membawa mereka keluar kastil apalagi ditransfer ke St. Mungo. Terlalu beresiko, juga karena di sana sudah melebihi kapasitas.

"Lalu untuk mereka yang tidak terinfeksi bagaimana, Sir?" tanya Vector yang mewakili semuanya.

Dumbledore menarik napas sejenak. "Mereka harus dipulangkan besok, Madam. Dan untuk itu, aku memutuskan untuk 'meliburkan' sekolah sampai batas waktu yang tidak ditentukan."

Tidak ada respon. Mereka yang mendengar penuturan Dumbleodre hanya mampu menurunkan bahunya.

"Dan seperti yang diperintahkan oleh kementrian, aku meminta kepada semuanya untuk turut membantu Madam Pomfrey dalam merawat para murid yang terinfeksi. Terkhusus pada bidang ramuan, Professor Snape tidak akan lagi bekerja sendiri. Aku perintahkan Professor Edevane untuk membantunya sebagai rekan. Lalu untuk Hagrid dan Madam Sprout, aku meminta kalian untuk terus mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh para pembuat ramuan," jedanya di tengah keseriusan yang ia buat.

"I beg for your empathy and your cooperation. Kita harus berhasil menyelamatkan nyawa anak-anak kita."



________



Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa kembalinya Claire ke dunia sihir akan diberi suguhan semengejutkan ini. Ia pikir semuanya baik-baik saja, jadi dulu ia memiliki tekad untuk segera menyelesaikan tugasnya dalam mengajar dan pulang ke dunia Muggle. Tapi sekarang, nyatanya kebulatan tekad itu seakan kaca yang dijatuhkan dari ketinggian 13000 mdpl. Hancur bak tak tersisa bentuknya.

Kini yang ada di pikirannya hanyalah: menemukan penawar untuk penyakit ini dan menyembuhkan anak-anak.

"Mereka bilang penawar yang kemarin sudah tidak berhasil, lalu sekarang kita akan membuat apa?" tanyanya pada manusia yang dulu pernah diberi julukan sebagai kelelawar Dungeons.

Sejak lima menit lalu, Claire sudah berada di sini. Di laboratorium ramuan. Hanya berdiri, sebab sang Master of Potion terlihat sedang begitu fokus pada ramuan yang ia buat. Sampai pada satu menit lalu, pria itu mengalih dari depan kuali.

Snape lantas meletakkan lap usai ia gunakan untuk membersihkan tangannya. Ramuannya sedang dimasak, jadi ia bisa untuk menjawab pertanyaan Claire sekarang.

"Penurun demam, melancarkan pernapasan, penawar sakit kepala, pereda mual dan muntah, penambah nafsu makan," ia menjeda lu mengangguk. 

"Memang benar, penawar yang kemarin kami buat sudah tidak lagi berguna, karena virus yang menjangkit semakin kuat. Tapi meski begitu, kita masih bisa untuk menjaga agar mereka tetap hidup dengan ramuan-ramuan dasar yang aku sebutkan tadi. Setidaknya sampai kita berhasil menemukan penawar yang sebenarnya," jawab Snape yang keseriusannya jarang Claire temui.

Sequoia | Severus SnapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang