33. The Healer

152 34 6
                                    

Karena kondisi tangan kanannya yang memburuk, Claire memutuskan untuk mengerjakan ramuan-ramuan dasar dengan bantuan sihir sepenuhnya. Dari mulai memotong, menghancurkan, memasukkan bahan-bahan sampai mengaduk kuali—ia lakukan dengan mantra dan tongkat sihir.

Tangan kanannya benar-benar dalam kondisi yang tidak baik. Tadi saja dia hampir melewatkan sarapan dan membiarkan perutnya kosong. Beruntung Cassandra dengan kebesaran hatinya mau menyuapinya. Sebenarnya bisa saja Claire menggunakan sihir untuk menggerakkan sendok, tapi hal itu akan terlihat kurang mengenakkan baginya.

"Menurutku Alastor Moody bukan senior yang buruk. Dia tegas, penuh tanggungjawab dan selalu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan sempurna. Memang sih, dia itu agak gila—tapi kalau dibandingkan dengan Arthur, jelas masih lebih bagus Moody."

Claire menduga kalau Cassandra mungkin saja akan menceritakan sejarah hidupnya jika sampai topik percakapannya sudah habis stok. Wanita itu sangat antusias untuk berbagi cerita pada Snape. Dan sepertinya si pria juga menerimanya dengan baik. Terlihat dari bagaimana ia terseyum. Meskipun jarang dari cerita yang dikeluarkan Cassandra dibalas dengan kata-kata.

Kalau boleh jujur, Claire masih lumayan terkejut dengan sosok Snape yang sekarang, ia jadi gampang tertawa dan tersenyum, bukan hanya pada dirinya tapi pada orang lain juga. Apa karena mereka sudah berteman lama Snape jadi lebih terbuka? Atau... benar kata Cassandra semalam? Kalau Snape mungkin saja sudah memiliki perasaan yang sama dengan wanita itu?

Ah, entahlah. Claire tidak ingin membebani kepalanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang jelas tidak bisa dijawab olehnya.

"Claire."

Yang dipanggil hanya tersenyum untuk menanggapi.

Cassandra yang semula hanya menoleh, kini berbalik menghadapnya. Bahkan wanita Ainsley itu sampai menghampiri mejanya.

"Kalau dipikir-pikir lagi, benar juga kata Severus kemarin, dear. Kenapa kau tidak mencoba meminum Skele-gro lagi?" tanya Cassandra dengan lembutnya.

Tapi meski lembut, lunturnya senyum Claire tidak bisa dibantah oleh netra Cassandra, mungkin juga oleh penglihatan pria di seberang sana.

"Kau tahu persis jawabannya, Cassandra," jawab Claire dengan sedikit menggebu. Emosinya yang tiba-tiba saja melonjak.

"Iya aku tahu. Tapi kalau rasa sakit yang kau derita terus menerus menyiksamu bahkan mungkin sampai kau mati—aku tidak tega, dear," jeda Cassandra sembari mencoba mengejar netra Claire yang menerawangnya begitu jauh.

"Bukankah merasai sakit selama kurang lebih sepuluh jam, lalu setelahnya kau akan mendapatkan kembali duniamu yang hilang itu—merupakan pilihan terbaik daripada harus terus merasakan sakit seumur hidup? Don't be ridiculous, Claire," jedanya untuk menambah kekehan. "Masa seorang keturunan Edevane yang terhormat tidak berani dengan rasa sakit yang tidak seberapa itu. Melawan penjahat bersenjata api saja kau bisa, bahkan dengan tangan kosong. Menahan sakitnya efek Skele-gro juga kau pasti mampu. C'mon, dear. Lagipula di dunia muggle jelas tidak ada penyembuh yang se-efektif ini. Mereka tidak bisa merekatkan tulang-tulang yang hancur," sambungnya.

Alih-alih luluh, Claire justru harus memejamkan matanya sambil mengatur napas agar kembali normal. Entah karena efek red day atau memang sepantasnya ia marah—Claire agak kesusahan menghalau emosinya.

"Mendapatkan kembali duniaku yang hilang? Omong kosong macam apa itu, Cassandra? And what did you say? Kurang lebih sepuluh jam? Yang ada aku mati menahan rasa sakit itu. Bukannya berlebihan, tapi meminum Skele-gro bukan hanya sekedar minum, lalu menahan sakit dan sembuh. Sir Snape tahu betul apa kegunaan ramuan tersebut. Menumbuhkan tulang tidak sesepele menumbuhkan kecambah dari kedelai. Kalaupun iya aku bisa menahan rasa sakitnya, aku tidak mungkin sampai sekarat waktu itu," sahut Claire yang ingin sekali ia patenkan di kepala Cassandra, juga Snape—mungkin. Agar mereka tidak terus-terusan mendesaknya.

Sequoia | Severus SnapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang