38. What Are We?

351 39 11
                                    

Usai kejadian pagi tadi, Cassandra tak nampak di mana-mana. Dia tidak kembali ke laboratorium, bahkan sampai malam pun Claire tidak menemukan Cassandra di asrama Slytherin. Wanita itu menghilang bak dibawa Voldemort ke dunia antah-berantah.

Jadilah sekarang Claire menghela napasnya berkali-kali sebab terpikirkan kondisi temannya itu. Membayangkan bagaimana sakitnya saja Claire tidak sanggup, apalagi mengalaminya. Dan rencana yang tadi pagi dicanangkan olehnya juga Snape agaknya tidak akan benar-benar ia realisasikan. Karena, manusia juga ada batasannya untuk sakit hati.

"Hhh..." Hembusan napas itu ia barengi dengan decakan.

"Ternyata kau ada di kamar ini?" 

Sontak Claire beringsut dari atas ranjang. Dengan mata melotot, ia berdiri di samping ranjang dengan tetap memegang erat selimutnya.

"Mau apa kau di sini?" tanya Claire dengan antisipasi penuh.

"Mencumbumu?"

"HEI?!"

Snape yang sengaja berjalan pelan itupun terkekeh. Ia berhenti tepat di samping ranjang, di seberang Claire. Seperti pagi tadi, tongkat Claire yang berada di atas nakas ia amankan setelah tadi sempat merapalkan mantra di pintu asrama. Lebih dari satu mantra sepertinya.

"Kenapa terkejut? Seperti orang asing saja," celetuk Snape sambil mendudukkan dirinya di sisi ranjang guna mempermudahnya melepas sepatunya.

"Memang," cicit Claire yang didengar Snape hingga meyulut kekehan dari pria itu.

Selesai dengan urusan alas kakinya, Snape merebahkan dirinya di tengah kasur. Ia merentangkan tangan kanannya ke samping, sementara yang satunya lagi ia gunakan sebagai bantalan kepala.

Snape lantas menepuk-tepuk tempat kosong di sebelahnya. "Come here," ucapnya dengan nada juga tatapan yang mampu begitu mudahnya membuat bulu kuduk Claire berdiri serentak dari ujung leher hingga ujung kaki. "Tidak perlu melotot seperti itu. Sini."

"Orang gila," gumam Claire. Ia mengambil langkah cepat untuk beranjak dari tempatnya berdiri menuju tempat lain yang setidaknya lebih aman dari godaan om-om tua keladi seperti pria itu.

Hampir sampai di ranjang seberang, jika saja dirinya tidak secara tiba-tiba melayang di udara. Hal itu bukan saja berhasil membuatnya menjerit, bahkan ia nyaris bertemu dengan Malaikat Maut yang sudah nampak di sudut ruangan memberinya salam perkenalan.

"SEVERUUUS! TURUNKAN AKU!" seru Claire yang masih melayang di udara. Tepat di atas pria itu.

"Of course," lirih Snape dengan sunggingan di sudut bibir yang tak bisa terelakkan.

Dengan perlahan, Snape menggerakkan tongkatnya dan menarik sihir yang meliputi seluruh tubuh Claire. Menempatkan Claire pada posisi yang tidak bisa lagi untuk melarikan diri. Snape memerangkapnya dengan dekap yang hangat.

"Sir—"

"Severus, Claire," potong Snape membenarkan.

"Terserah aku mau memanggilmu bagaimana," ujar Claire yang suaranya agak redam sebab eratnya pelukan Snape yang membuatnya benar-benar bersentuhan dengan dada bidang yang sayangnya masih terlapisi kaos.

"Oh, ya sudah. Up to you," sahut Snape dengan nada rendah yang terdengar tenang.

"Ya lepaskan aku!" Ia memberontak, mencoba untuk menggunakan kakinya sebagai tolakan agar ia bisa lepas, tapi seolah Dewi Fortuna sedang tidak berpihak padanya—kedua kakinya dengan cepat dikunci oleh Snape begitu kuat.

"SIR!" teriak Claire yang berhasil membuat kedua mata Snape kembali terbuka setelah beberapa menit terasa begitu nyaman untuk terpejam sembari membaui wangi rambut Claire. Pria itu sedikit mendesis saat telinganya terasa berdenging.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sequoia | Severus SnapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang