10. Chaotic

314 55 5
                                    

2.30, let me know if u get a little confused, or there's a typo that might make u go 'huh?'

.

.

.

Setelah malam itu, setiap kali keduanya bertemu, netra mereka tidak pernah terpatri lebih lama dari 0,654 detik. Seperti memang sekat yang awalnya ada di antara mereka, kini dengan sengaja keduanya jadikan lebih tinggi nan kokoh. Hingga akhirnya rumor tentang ketidak akuran antar kolega ini mencuat ke permukaan. 

Tentu para murid dengan senang hati memihak Claire, kecuali mereka yang merupakan anak asrama Snape (Itupun masih ada yang membelot, terutama murid laki-laki). Meskipun ya, tidak dipungkiri jika ada banyak murid perempuan dari tiga asrama lain yang memihak Snape.

"Jadi benar, Miss, rumormu dengan professor Snape? Kalian betulan bermusuhan? Maksudku, benar-benar bermusuhan?" tanya seorang anak kelas satu dengan nada penasarannya. Ini sudah pertanyaan ke-20 sepanjang hari ini. 

Lantas dengan senyum tipis yang begitu dipaksa, Claire menggeleng. Ia menghentikan langkahnya, dan menghadap ke beberapa murid yang nampaknya sengaja mengekorinya demi menuntaskan rasa penasaran mereka.

"Tidak ada dari para professor yang memiliki hubungan buruk antara satu sama lain, apalagi sampai bermusuhan," katanya yang malah mengundang dengusan kecewa dari para anak laki-laki yang kebanyakan memakai jubah berlogo Gryffindor.

"Kenapa tidak benar-benar bermusuhan saja sih, Miss?" ujarnya bertanya dari seorang Hufflepuff yang berdiri di samping Claire.

"Iya, Miss. Kalau benar-benar bermusuhan 'kan pasti seru. Lagipula, kami berada di belakangmu kok. Kau memiliki banyak pendukung, Miss."

Kekehan gemas terlontar dari mulut Claire begitu saja. "Anak-anak--"

"Cih! Apa yang bisa dibanggakan dari seorang penyihir yang lebih memilih kehidupan Muggle? Hei, otak polong! Dia bahkan mengabaikan aturan berpakaian untuk para professor. Bagaimana bisa kalian malah mendukungnya alih-alih professor Snape yang jelas-jelas sangat pantas untuk dijadikan panutan bagi para penyihir kecil seperti kita, idiot!" penggal seorang anak perempuan asal Gryffindor yang kelihatannya sudah berada di kelas 3.

Hal itu jelas membuat Claire membeliak dengan mulut terbuka yang cepat-cepat ia tutup. Gila, anak yang umumnya berusia tiga belas tahun bisa berbicara seperti itu? Wah!-- begitu pikir Claire skeptis.

Lalu, adegan setelahnya sangat-sangat tidak Claire duga. Sebuah tamparan keras dari seorang anak laki-laki dengan jubah Slytherin pada si perempuan yang tadi memenggal ucapannya-- berhasil luput dari atensi Claire.

"Hei!!" seru semua orang termasuk Claire-- jelas. Ia langsung menengahi keduanya dan melindungi sang anak perempuan, takut-takut kalau si laki-laki masih emosi padanya.

"Kau tidak boleh seperti itu, Mister Barnes! Sama sekali tidak diperbolehkan bagi seorang laki-laki untuk menggunakan tangannya pada seorang perempuan hanya karena ia sedang emosi!" Iya, Claire mengatakan hal yang demikian ini dengan nada lumayan tinggi.

Kekehan sarkas lantas terdengar dari anak kelas tiga yang diketahui memiliki nama Barnes itu. "Kau lihat 'kan, Mudblood?! Orang yang kau hina-hina tadi melindungimu sekarang! Dia membelamu, bodoh! Dasar idiot keparat! Tidak tahu diri kau! Tidakkah kau bercermin tadi pagi?! Kenapa belum sadar juga? Darahmu bahkan berkali lipat lebih kotor dari orang yang kau hina. Kau tidak sesuci dia, Sialan!"

Ini gila! Ini gila! Claire jelas tidak bisa menghadapi ini sendirian, apalagi saat teman-teman sang anak perempuan mulai membalas ucapan Barnes. Dan teman-teman Barnes pun tidak tinggal diam. Koridor yang awalnya ramai tamah kini sudah carut marut tidak terkendali.

Sequoia | Severus SnapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang