31. A Disastrous Charade

184 38 5
                                    

"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana chaosnya tempat ini karena ketidakakuran kalian," imbuh Cassandra yang lantas direspon kekehan kaku oleh Claire.

Tapi beberapa menit setelah mencoba melunakkan rasa tegangnya, Claire membalas kalimat terakhir Cassandra dengan cebikan sembari merotasi mata jengah. "Jelas kau tidak akan bisa membayangkan bagaimana kacaunya kondisi kami, Cassy. Aku saja hampir kehilangan akal sehatku," sahut Claire yang membuat Cassandra tergelak.

"Severus seburuk itu kah padamu?"

"Sangat! Sangat buruk!" Claire menoleh sekejap pada punggung yang masih diam mengamati bahan-bahan itu. Ia menyunggingkan senyumnya di satu sudut. "Alih-alih mengganggapku sebagai partner, dia malah memperlakukanku seperti kacung," lanjutnya.

"Oh iya?" tanya Cassandra antusias.

"Ehm." Anggukan yang tak kalah semangatnya pun nampak mewarnai penglihatan Cassandra.

Sang auror yang dijanjikan bakal naik pangkat kalau ahli ramuan yang ia awasi itu berhasil menciptakan penawar yang mujarab—akhirnya bangkit dari duduknya. Ia berjalan menghampiri Snape yang kini sudah beralih mengaliri kuali dengan air.

"Sev, Sev. Dewasa sedikit lah. Kasihan Claire, dia perempuan, masa iya kau tega menjadikannya kacung," ucap Cassandra sembari menepuk bahu sebelah kanan sang master ramuan—berakhir mengistirahatkan tangannya di sana.

"Tidak kok, dia saja yang merasa dijadikan kacung," sahut Snape dengan wajah masam. Benar-benar masam, bukan datar apalagi dingin.

"Benarkah, Claire?"

Claire yang semula enggan berbalik pun akhirnya tetap harus menghadap Cassandra. "Cassy, kau pernah dengar tidak seseorang berkata, 'kalau para pencuri mengaku, penjara pasti penuh'?" tanyanya balik.

Sandra di sana mengangguk, maka jentikan Claire terdengar awas setelahnya.

"Ya seperti itulah jawabanku," kata Claire.

"Sev—"

"Memang kapan aku pernah menyuruhmu?" penggal Snape yang berbalik sembari menatap intens Claire yang masih duduk. Sedang Cassandra yang tangannya jatuh ia birakan untuk menyangga tubuhnya di meja.

Drama gratis, kapan lagi? Begitu pikirannya berbicara.

"Kemarin—kemarin kau menyuruhku," sahut Claire dengan pandangan tidak fokus, ia sibuk mencari alasan ke sana kemari.

"Menjawab saja kau ragu. Sudahlah, jangan membuat drama, telingaku hampir tuli mendengar kebohonganmu yang menyudutkanku," ucap Snape dengan emosi yang begitu kentara.

Mendengar itu, Claire sontak berdiri dari duduknya. "You son of a bitch! Berani sekali kau lupa pernah menyuruhku untuk membuatkanmu makanan di jam tiga dini hari. Dan satu lagi, setiap hari, setiap sarapan dan makan siang, kau selalu menyuruhku membuatkanmu kopi, ya! Berani-beraninya berkata bahwa aku berbohong untuk menyudutkanmu," berangnya sambil menujuk wajah Snape yang seketika berubah waspada, menelan ludah saja susah.

"Tap—"

"Apa?!" potong Claire dengn dagu terangkat. Bermaksud menantang Snape untuk beradu mulut dengannya lagi, bahkan kini dua tangannya sudah berkacak di pinggang.

Snape yang tadinya merasa terpojokkan pun kembali bangkit. Wajah awasnya sudah ia buang untuk kemudian digantikan dengan gertakkan gerahan yang membuat rahangnya nampak tegas.

"Hanya itu, 'kan?" tanyanya kemudian.

"'Hanya' kau bilang? Kau pikir saat kau memaksaku membuat makanan, aku sudah tidur berapa jam? Lima jam? Enam? Atau satu hari penuh, huh?"

Sequoia | Severus SnapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang