32. The Distance is Getting Obvious

187 37 6
                                    

Pukul setengah satu siang. Saat dimana Claire menyelesaikan satu ramuan terakhirnya sebelum akhirnya ikut bergabung di meja makan. Seperti kemarin, ia tertinggal. Piring Snape juga Cassandra sudah habis tiga per empat, sementara miliknya masih penuh. Ya tidak apa-apa sih, yang penting masih diberi makan—yang layak.

"Tenang saja, Sev. Nanti kita coba lagi, okay?" ujar Cassandra yang tentu saja menarik atensi Claire. Ia agak mengernyit saat tangan Cassandra yang menggenggam milik Snape disambut hangat oleh pria itu hingga mengusap punggung tangannya menggunakan ibu jari.

"Kenapa?" tanya Claire kala ia memutuskan untuk masa bodoh dengan apa yang dilakukan dua insan di sekelilingnya ini.

Claire sudah sangat kewalahan untuk membuat banyak ramuan sendirian. Dia malas untuk menambah beban.

"Dua ramuan yang Severus buat—yang beberapa hari lalu aku kirimkan ke kementrian kesehatan ternyata tidak menemukan hasil yang baik. Saat dilakukan uji pre-klinis pada hewan, percobaannya gagal. Hewan tersebut mati, setelah satu hari sebelumnya memberikan tanda-tanda kesembuhan," sahut Cassandra dengan nada yang tidak bersemangat.

Claire hanya mengangguk kecil. "Semangat," katanya sambil mengepalkan tangannya—tanpa melepaskan sendok dan garpunya. Claire memberanikan diri untuk menatap Snape—meski hanya beberapa detik sebelum akhirnya ia melemparkan pandangan juga senyumnya pada Cassandra.

Wanita itu terkekeh, ia melepaskan tangannya yang sedari tadi beristirahat pada genggaman Snape, kemudian ia gunakan untuk mengusak rambut Claire. Hingga membuat sang empunya memejam karena rambutnya berjatuhan melewati mata.

"Thank you~" ucap Cassandra.

"For what?" tanya Claire sembari menyugar rambutnya.

"Your support, of course!"

"Aaah, anytime. Kita memang harus saling mendukung satu sama lain 'kan?" Cassandra mengangguk. Dan dengan begitu, Claire kembali melanjutkan acara makannya.

Saat sedang khidmat-khidmatnya merasai bumbu khas Timur Tengah yang menurut Claire masih sangat kurang itu, suara Cassandra yang memanggil namanya menyapu mata Claire untuk kembali terbuka. Ia hanya meresponnya dengan tatapan bertanya.

"Masih terasa nyeri? Bahu dan tulang selangkamu."

Dengar begitu, entah kenapa kepala Claire menyuruhnya untuk mengalih dari atensi Cassandra ke pria yang ternyata sudah memberinya tatapan sedari tadi.

"O-oh, yeah," jawabnya gagap setelah memutus kontak matanya dengan Snape. "I mean, not really! Not really that much," sambungnya dengan diakhiri simpul yang terlihat kaku.

"Serius?" Claire mengangguk sambil menyuap satu sendok lainnya. "Terus, obatmu sudah dikirim oleh Kai?" tanya Cassandra yang seakan tidak membiarkan Claire untuk menikmati hidangannya dengan khidmat.

"Belum," jawab Claire sekenanya.

"Kau mengirimkan surat dari tiga hari lalu, kan?"

"Iya."

"Kenapa masih belum direspon juga? Burung hantuku tidak mungkin salah tujuan. Apa mungkin Kai mengabaikan suratmu?"

Claire mengendik. "Mungkin dia sedang dalam tugas," sahutnya kemudian.

Anggukan paham mewarnai netra Claire akan Cassandra. Wanita itu lantas mengubah posisi duduknya menjadi menghadap Snape sepenuhnya—memunggungi Claire yang memilih untuk acuh tak acuh. Makanannya lebih penting, jujur saja.

"Kau tahu tidak, Sev? Kaisar itu keren sekali lho! Seperti... dia bukan kakak Claire," katanya yang diakhiri kikikan sembari melirik Claire yang hanya memberinya senyum kaku. "Wajahnya juga tampan, tubuhnya bagus—ada delapan kotak kalau aku tidak salah menghitung. 'Kan, Claire?"

Sequoia | Severus SnapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang