7. Uncertain

381 54 1
                                    

Seorang Lupin di sana terkekeh lirih. Benar dugaannya, mantan murid jeniusnya ini menganggap sesuatu yang dilakukan oleh pihak Hogwarts adalah sebuah teror.

"Iya," jawabnya dengan anggukan. "May i explain it? Or you'll reject it immediately?"

Tawa sumbang terdengar dari pihak Claire. "I already rejected it, Sir. Tapi kalian tidak menganggapnya serius, 'kan?" tanyanya yang menimbulkan segaris simetris sungkan.

Claire lantas menghela napas sembari menyugar rambutnya. "So, the last option i have is ... that. I need your explanation." Dan setelahnya, ia mempersilahkan Remus untuk masuk.

"Tea or coffee?" tanyanya tepat setelah mantan guru D.A.D.A. nya itu mendudukkan diri di sofa ruang tengah.

"Not--"

"Tea or coffee?" potongnya penuh penekanan. Mau bagaimapun juga, pria ini adalah tamunya. Dan kata sang ayah dulu, tamu adalah seseorang yang harus dijamu, tidak peduli siapa dia.

Senyum sungkan itu kembali terlihat. "Tea," ucapnya yang diangguki oleh sang pemilik apartemen mewah ini.

Remus berani bertaruh sekian juta galleon bahkan gold-galleon-- jika ia memilikinya-- dengan si kaya raya Sirius mengenai harga apartemen ini yang mungkin hampir menyentuh angka puluhan atau mungkin ratusan milyaran pound sterling. Terlihat dari arsitektur yang begitu megah dan elegan. Perpaduan antara gaya modern dan neoklasik yang cukup membuat mereka yang melihatnya terkagum.

"Here you go, Sir," katanya yang menyita habis atensi Remus dari interior yang mengelilinginya.

"Thank you, Miss."

"Yep." Claire ikut mendudukkan dirinya di samping Remus. "You may now begin your explanation, Sir. And i hope you can explain it properly."

Remus tetaplah Remus, seseorang yang akan selalu memberikan kekehan atau mungkin hanya senyum pada sesuatu apapun itu. Seperti sekarang. "Alright."

"Sebelumnya aku ingin meminta maaf atas namaku sendiri maupun atas nama Hogwarts yang sudah 'meneror' mu dengan surat-surat itu. Semua itu jelas ada alasannya. Dua bulan lalu, tepat seminggu sebelum kami mulai mengirimkanmu surat-surat itu, aku mendapat sedikit kesulitan. Hari itu adalah bulan purnama, dan karena kesalahan pribadiku yang lupa tidak meminum ramuan dari professor Snape ..."

Remus menjeda ucapannya, membuat Claire mengernyit dengan tatapan menunggu yang penuh akan rasa penasaran.

Satu menit...

Dua menit...

Lima menit selanjutnya, lidah Remus masih terasa kelu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Sir?" tegur Claire sembari melambaikan tangannya di depan wajah Remus yang memang terlihat tengah melamun.

"A-ah sorry, Miss." Claire mengangguk dengan sedikit air wajah aneh. Atensinya lantas beralih ke kepalan tangan Remus yang semakin menampakkan bagaimana gugupnya pria itu.

"You okay, Sir?" tanyanya khawatir.

Yang ditanya sontak menoleh dengan tatapan bertanya yang selanjutnya ia ubah menjadi tatapan hangat yang kosong. "Yea, i'm okay," jawabnya dengan senyuman.

Claire yang mendapat respon demikian hanya mengangguk dengan menyertai senyum simpul. Pria di sampingnya ini tidak tengah melakukan semacam pemeragaan nelangsa agar Claire terjerat untuk menerima panggilan itu. Remus Lupin ini-- dia benar-benar terlihat seperti seseorang yang tengah mengalami depresi berat akibat sesuatu yang susah untuk ia ungkapkan.

Sequoia | Severus SnapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang