Special(2)

481 6 0
                                    

Pukul 12 malam, orang orang pasti sedang tidur pulas. Tapi, tidak di dengan Kiano. Remaja itu sedari tadi terus mengeluh, saat Mamihnya tiba-tiba menyuruhnya untuk masak.

"Mih! Mamih kalau makan suruh Ara aja, kenapa harus Ano sih?Papih juga, udah tau istri lagi hamil tua, malah kerja keluar kota." gerutu Kiano.

"Kamu tuh ngga boleh gitu sama papih, Papih kerjakan buat kita. Lagian, adik kamu itu kan paling ngga suka kalau diganggu pas lagi tidur, kalau kamu kan sering nya begadang." kata Mamih.

Kiano mendengus tapi, tetap Ia lakukan. Apapun demi Mamih dan adikknya. Walaupun cuek-cuek gini, Kiano itu orang yang sangat penyayang terhadap keluarganya. Setelah selesai, Ia mulai menyajikan semuanya, dan mengerikan makanan itu pada Mamihnya.

"Nih mih"

Fanny tersenyum senang, dan mulai memakan masakan buatan anaknya. Sedangkan Kiano, yang mendenggelamkan kepalanya di meja. Jujur, matanya sudah mulai mengantuk.

"Bang... " panggil Fanny.

Tak ada jawaban dari Kiano, sepertinya anak itu sudah terlelap.

"Bang.... "

Tetap tak ada jawaban, dengan kesal Fanny melempar Kiano dengan sendok makan. Kiano terjengit kaget, hingga akhirnya dengan terpaksa bangun dari tidurnya.

"Apasih Mi, Ano ngantuk." ujar Kiano malas.

"Ano perut Mamih sakit." ucap Fanny sambil mengelus perut buncitnya.

"Mamih, tinggal ke wc terus pup deh. Kan gampang" ujar Kiano dengan polosnya.

Ingin rasanya Fanny memukul anaknya itu. Tapi, hal itu tak bisa Ia lakukan. Mengingat perutnya yang amat sakit.

"Kamu jangan banyak bercanda dong Ano, perut Mamih sakit banget, nih ayo kita ke rumah sakit." Fanny sudah tak kuat lagi, menahan rasa sakit ini.

Kiano tampak bengong, tapi detik berikutnya Ia membelalakan matanya. Saat melihat darah segar, mengalir dari kaki mamihnya.

"ANO KENAPA KAMU DIEM AJA SIH, AYO KE RUMAH SAKIT. KAMU MAU ADEK KAMU BROJOL DI SINI"

Kiano akhirnya tersadar, dan dengan cepat membantu Mamihnya untuk berjalan. Kiano bingung sendiri, Ia tak tahu harus melakukan apa. Ia mengutuk Papinya yang dinas di bulan di mana Mamihnya akan melahirkan. Setelah mondar-mandir tak ada guna, Ia memutuskan berlari ke lantai atas. Berniat membangunkan Kiara.

"Ra! Bangun, woy. Lo kayak kebo betina ya lama-lama." Kiara tak kunjung bangun, membuat amarah Kiano berada di ubun-ubun.

"ARA! BANGUN NGGA LO, ATAU GUE GEBUKIN ARDHAN LAGI! "

mendengar nama Ardhan disebut, Kiara dengan cepat membuka matanya. Dan melihat kakak kembarnya itu dengan jengah.

"Paan sih lo ah?"

"Ayo cepet cuci muka lo, kita ke Rs sekarag. "

"Ngapaian sih, lo mau caper sama dokter Raya dokter cantik itu? "

"Ini bukan waktunya bercanda ya Ara, cepet adek lo mau brojol." ujar Kiano dengan kesal.

Kiara membelalakan matanya,"Seriusan lo bang? Gila! Adek gue mau lahir cok" Kiara langsung berlari menuju toilet. Sedangkan Kiano, mengambil perlengkapan Bayi, lalu menghampiri Maminya lagi.

"Ano, kamu lama banget sih? Cepat Mamih udah ngga kuat nih"

"Maaf Mih, tadi Ano bangunin Ara mulu."

Kiara datang berlari menghampiri keduanya. Ia sempat terkejut saat melihat darah yang sangat banyak itu. Kiano menggendong Mamihnya dengan susah payan, jujur saja sang Mamin sangat berat. Ia membayangkan bagaimana di posisi Papihnya, saat dulu Sang mamih melahirkan Ia dan juga Kiara. Kiano memanggil supirnya, lalu duduk di kursi penumpang.

My Boss My Crush ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang