24. Perhatian

56 4 0
                                    


VOTE AND COMENT!!


Algha duduk disamping brankar istrinya, menggenggam satu tangannya sembari menunggunya membuka mata. gadisnya itu belum makan sama sekali sejak sadar kebetulan tadi suster membawakan makanan untuk Nayla.

Ketika ia menemui dokter tadi, ia mengatakan Trauma yang dialami Nayla tidak akan berlangsung lama, terlebih oang-orang terdekatnya bisa memberikan suasana Happy pada Nayla. Algha pun dapat bernafas lega mendengar hal tersebut.

akhir-akhir ini ia selalu menyempatkan diri untuk sholat di masjid dan bermunajad kepada sang Maha Kuasa, memanjatkan do'a-do'a terbaik untuk rumah tangganya.

Bicara perihal kedua orang tua Algha, mereka sudah dalam perjalanan pulang dari Singapura setelah Papi Algha menyelesaikan urusan bisnisnya. 

Algha sengaja tidak langsung memberitahukan mereka perihal kejadian yang menimpa istrinya, khawatir pekerjaan papinya itu akan ia tinggalkan sebelum tuntas.

Nayla membuka kelopak matanya pelan hal pertama yang ia lihat adalah suaminya yang duduk termenung dengan tatapan kosong disampingnya, tidak menyadari jika ia menggerak-gerakkan jemarinya agar pria itu sadar dari lamunannya.

Merasa tangannya digerakkan Algha menoleh, ternyata istrinya itu telah bangun. iapun segera membantunya untuk duduk lalu ia meraih mangkuk yang berisi bubur ala rumah sakit yang ada di atas nakas. sebelum Algha menyendok makanan tersebut Nayla menggeleng terlebih dulu pertanda enggan.

"Kamu belum makan" 

Algha menyodorkan sendok yang sudah berisi bubur itu. Nayla kembali menggeleng. Algha faham berada di posisi istrinya, makanan rumah sakit memanglah tidak enak, karena dimasak sesuai kebutuhan pasien. baiklah, mungkin sekarang ia harus berbaik hati menawarkan sesuatu pada istrinya ini. 

"Lalu mau apa?"

Nayla menautkan alisnya bertanya apa yang dimaksud suaminya.

"Kalau tidak mau makan ini, lalu mau makan apa hm?" ulangnya lebih jelas.

"Terserah"

Kata paling keramat kembali Algha dengar dari Nayla. Algha berpikir sejenak.

"Saya bantu makan?" katanya kemudian.

Awalnya Nayla tidak menanggapi, namun setelah ia memahami kosa kata yang Algha pakai akhirnya matanya membulat lebar. kemudian dengan kesal meraih mangkuk yang Algha pegang.

pria itu tergelak kecil, ampuh juga ancamannya.

"Butuh bantuan?" 

Algha kembali bersuara sembari menaik turunkan satu alisnya, membuat sang empu yang sedang menyuapi makanan kedalam mulutnya pun terhenti menatap sinis kearah pria disampingnya.

"Gak butuh" jawabnya ketus kemudian kembali melanjutkan makannya yang lumayan terpaksa.

Kali ini Algha tidak bisa menahan tawanya, gemas sekali melihat Nayla yang salah tingkah.

Seseorang membuka pintu lalu menghampiri kedua insan yang tengah tertawa salah satunya itu. "Ekhem" 

Algha sekaligus Nayla refleks menoleh ke asal suara.

"Kamu ini, istrinya sakit malah tertawa" ucap Rina sinis pada putranya itu. lalu beralih menatap menantunya yang masih memegang mangkuk berisi bubur ditangannya. Algha pun berhenti tertawa.

"Mami, Papi" Nayla bersuara setelahnya.

Rina mengangguk mendekat kearah menantunya, memeluk gadis itu rindu.

FeedbackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang