26. Pergi

43 2 0
                                    


Reyhan bergabung kemeja makan untuk makan malam bersama dengan kedua orang tuanya, dentingan sendok yang beradu dengan piring mengiringi suasana makan malam mereka, hanya beberapa suap Reyhan sudah mengakhiri acara makannya membuat Papa dan Mamanya refleks menoleh pada putranya itu.

"Sedikit sekali kamu makannya" ucap Farah menatap Reyhan.

"Udah kenyang Ma" sahutnya setelah menandaskan satu gelas air putih

"Ada yang mau Reyhan bicarakan sama Mama Papa" lanjutnya lagi

Anant menatap putranya bertanya "Katakan"

Anant meneguk minumannya dan kembali menoleh pada putranya.

Reyhan diam sejenak sebelum mulai bersuara "Reyhan mau berangkat ke Jerman lagi minggu depan" ujarnya membuat mata kedua pasutri itu terbelalak

"Bukannya kamu ngambil kuliah cuma dua tahun?" tanya Farah menatap lekat pada Reyhan

Memang Anant menekan Reyhan agar dapat menyelesaikan studinya selama dua tahun, karena Anant akan mengalihkan posisinya diperusahaan pada putranya itu, jadi mau tidak mau Reyhan harus mengejar target yang sudah Papanya tetapkan, lagipula ia tidak mau berlama-lama di negeri orang, meninggalkan keluarga bukanlah hal yang menyenangkan.

Menyelesaikan kuliah Strata 1 dengan waktu singkat memang bukan sesuatu yang mudah di dapatkan, butuh perjuangan yang sungguh-sungguh.

Skripsinya belum tuntas, menjadi alasan bagi Reyhan kenapa harus kembali ke negera Hitler itu.

"Skripsi Reyhan belum selesai Ma, masih bimbingan juga" jelasnya mengelak, walau faktanya skripsinya memang belum selesai, ia pulang ke Indonesia hanya karena pernikahan Nayla dan juga cutinya sudah habis bulan ini.

Farah dan Anant kompak mengangguk tanpa menaruh curiga pada putranya.

"Bilang ke adik kamu juga" titah Anant

Reyhan mengangguk sebagai balasan.

"Oh iya, kamu gak ada niatan buat nikah Rey?" tanya Farah tiba-tiba, seketika Reyhan menoleh dengan mata membulat.

"Kenapa Mama tiba-tiba nanya gitu?" bukannya menjawab Reyhan malah balik bertanya penasaran, pasalnya Mamanya itu tidak pernah menanyakan tentang pernikahan padanya.

Farah menggeleng sambil tersenyum  "Bukan, karena Mama disini sendiri setelah adik kamu menikah, dan jika kamu sudah punya istri Mama jadi gak kesepian lagi, kamu sama Papa kan orangnya sibuk" ungkap Farah jujur namun lebih kepada menyindir, memang setelah Nayla ikut Algha ia jadi sering kesepian tidak ada teman untuk sekedar di ajak mengobrol, suaminya itu selalu sibuk kerja dan hanya malam yang ada dirumah walaupun memang ada ART yang bekerja namun ia tetap merasa kesepian, jadi apa salahnya jika ia bertanya kapan Reyhan akan menikah.

Reyhan menghela nafas panjang mendengar penuturan Mamanya itu, beda halnya dengan Anant yang merasa bersalah karena selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan dan tidak mempunyai Quality time dengan sang istri.

"Iya Ma, tenang aja Reyhan udah punya calon kok" dengan santainya Reyhan berucap.

Farah dan Anant pun di buat tak percaya, setau mereka Reyhan sulit dekat dengan perempuan

"Benarkah?" tanya Anant memastikan

Reyhan  menganggukkan kepalanya pelan.

"Alhamdulillah Pa" ucap Farah menatap suaminya dengan mata berbinar.

"Yaudah, Reyhan keluar dulu ada urusan" pamitnya kemudian.

Kedua pasutri itu saling melempar senyuman "Kalau mau ketemu calon mantu silahkan" celetuk Farah terkekeh.

FeedbackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang