20~Keputusan Jaemin

9K 352 17
                                    


ciluk














baaa



~~~




Mark mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Dirinya kini sedang berada di ruang tengah mansion Jung. Ia sedang mencari keberadaan Jeno.

"Mark, kamu nyari Jeno atau Jaehyun?" tanya Doyoung saat menyadari kehadiran calon menantunya.

"Siang, mommy. Aku nyari Jeno." Jawab Mark. Sudah tiga minggu lebih Jeno menghindari Mark semenjak kejadian hukuman tersebut.

Doyoung mengerutkan keningnya. "Jeno lagi di agensi, kok. Kamu nggak tau, sayang?" tanya Doyoung.

Mark menggeleng. Jeno juga memutuskan komunikasi dengannya.

"Ponsel aku mati, mom," kekeh Mark berbohong.

Doyoung mengangguk.

"Aku istirahat di kamar Jeno aja, sambil nunggu dia pulang, deh, mom. Boleh?" tanya Mark meminta izin.

"Boleh, sayang."

Mark langsung melangkahkan kakinya ke arah lantai dua.

Saat ingin mengetuk pintu kamar Jeno, ternyata pintunya tidak terkunci. Membuat Mark kebingungan. Apakah tidak ada seseorang?

Mark memutuskan untuk langsung masuk dan segera mengunci pintunya.

Ia merebahkan dirinya di atas ranjang. "Gua terlalu berlebihan waktu itu, ya." Mark menghela napasnya mengingat kejadian tersebut. 

Tak lama kemudian, pintu kamar mandi di kamar mewah tersebut terbuka. Membuat atensi Mark teralihkan.

Ternyata yang keluar dari sana adalah Jaemin, ia menggunakan bathrobe.

"Daddy?!" pekik Jaemin terkejut dengan keberadaan Mark.

Mark hanya tersenyum singkat dan memainkan ponsel miliknya.

"Daddy ngapain ke sini? Ada urusan?" tanya Jaemin sambil berjalan ke arah lemari pakaian.

"Mau ketemu Jeno tadinya, tapi anaknya nggak ada ternyata," jawab Mark tetap fokus pada ponselnya. "Kamu nggak kuliah?" tanya Mark mengingat Jaemin yang seharusnya hari ini memiliki kelas.

Jaemin mengangguk, "Nana kuliah, kok, ini baru mau berangkat. Tadi dapet kabar kelasnya diundur."

Jaemin memang sudah berkuliah. Dan seperti obrolannya dengan Mark beberapa waktu lalu, ia diterima di universitas milik keluarga Lee, di fakultas kedokteran. Bukan masuk lewat jalur orang dalam, tapi ia memang berusaha dengan usahanya sendiri.

Kemudian Jaemin membuka pintu lemari, segera memilih baju yang akan ia kenakan. Setelah mendapatkan pakaian yang diinginkan, tanpa rasa canggung, Jaemin membuka bathrobe yang dikenakannya tadi.

Mark melirik sekilas saat Jaemin sedang memakai pakaiannya satu persatu.

Ada rasa ini menerkam. Tapi segera sadar bahwa Jaemin harus hadir dalam kelas.

Setelah selesai mengganti pakainnya, Jaemin berjalan menghampiri Mark yang masih fokus pada ponsel.

"Dad," panggil Jaemin pelan.

Mark yang menyadari kehadiran Jaemin pun segera mengubah posisinya menjadi duduk. "Yes, dear?"

"Nana mau ngomong sesuatu..." ujar Jaemin lirih.

Mark mengangkat satu alisnya, menyuruh Jaemin segera melanjutkan ucapannya.

"Nana mau tinggal sendiri," lanjut Jaemin.

"Maksudnya?" Mark bingung.

"Nana mau tinggal pisah sama Daddy Jen. Nana nggak mau ngambil resiko dengan tinggal bareng artis, apalagi sekarang Nana udah kenal banyak sama orang yang emang kenal sama daddy dan daddy Jen," jelas Jaemin. "Kontrak kita juga udah mau habis," lanjutnya.

Mark tersenyum. "Akhirnya kamu ada keputusan begitu, ya. Sebenernya daddy juga mikir gitu dari dulu, tapi Jeno itu orangnya keras kepala banget. Kalo kamu yang minta pasti dia juga bakal ngerti, kok," ujar Mark lega.

Jaemin tersenyum senang dan mengangguk, ia lalu memeluk Mark dengan erat.

Sang dominan pun mengecup singkat pucuk kepala Jaemin.

"Sana, kuliah. Urusan begitu mah gampang nanti," titah Mark melepas pelukan Jaemin.

"Kamu dijemput siapa nanti?" tanya Mark, siapa tau ia bisa menjemput Jaemin nanti.

"Nana nggak bareng sopir, nanti mau jalan-jalan sama temen sebentar," jawab Jaemin.

"Siapa?"

Awalnya Jaemin agak ragu untuk menjawan pertanyaan tersebut, tapi sepertinya Mark sudah harus tau saat ini dirinya sedang dekat dengan siapa.

"Donghyuck," ujar Jaemin.

"Ya udah, hati-hati." Mark hanya mengatakan itu.

Jaemin mengangguk, ia segera berpamitan dan bersiap untuk pergi.

Ketika ia akan membuka pintu kamar, ia malah berhenti. "Daddy nggak tau, ya? Daddy Jen, kan, lagi persiapan mau ke Australia, mau ngadain konser di sana." Jaemin reflek menoleh ke arah Mark yang tengah menatapnya. Ia pikir seharusnya Mark sudah tau.

"AUSTRALIA?!"

Semau itu dia menghindar dari gua.




~~~




Sore hari, Jaemin telah menyelesaikan kelasnya.

Dirinya kini akan menuju tempat parkir, menghampiri seseoarang yang sudah menunggunya.

"Hyuck!" panggil Jaemin saat menemukan oknum yang dicarinya.

Heachan segera mengalihkan pandangannya ke Jaemin sambil tersenyum.

"Na, lama banget lo gila. Mau lumutan gua!" canda Haechan.

"Lebay lo!" balas Jaemin terkekeh.

Haechan segera memberikan salah satu helm kepada Jaemin.

"Naik motor, ya," ujar Haechan menyalakan motor sport miliknya.

Jaemin mengangguk sambil memakai helm.

Tapi sebelum naik di jok belakan Haechan, ia memegang lengan laki-laki berkulit tan tersebut. Membuat sang empu menoleh.

"Hyuck,"

"Tolong buat gua jatuh cinta sama lo, lagi."

Haechan membulatkan matanya terkejut.

Apa kata dia tadi? Lagi???




~~~




awokawok dah yaa capek nih


TRIPLE NIGHT | Jaemin harem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang