boom
~~~
"Apa? Tadi kamu bilang apa?" Mark mengerutkan keningnya kala mendengar ucapan Jeno.
Dirinya sedang bertelepon dengan Jeno, kekasihnya itu meneleponnya tiba-tiba di pagi buta begini.
Terdengar helaan napas Jeno yang lelah. "Mark, lo nggak bisa terus-terusan ngiket Jaemin di kontrak beginian lagi, dia ada Haechan. Menurut gua ini udah waktunya," ujarnya di seberang sana.
"Kamu yakin...?" tanya Mark ragu.
"Buat apa gua nggak yakin? Gua yang bilang begini, kok," balas Jeno bingung.
"Maksudnya, kamu nggak apa-apa kalo begini, kan situ yang selalu mau sama Jaemin," jelas Mark.
Hening. Jeno terdiam di seberang sana, dirinya memikirkan sesuatu.
Ia tidak bisa tidur semalam karena terus memikirkan ini. Berakhir dengan ia yang menghubungi Mark pagi-pagi dan mengutarakan keputusannya.
"Nggak apa-apa... Gua udah mikirin ini lama-lama," final Jeno dengan nada yakin.
Membuat Mark yang mendengarnya tersenyum tipis, menyetujui keputusan Jeno kali ini.
~~~
Haechan dan Jaemin memasuki mansion keluarga Lee sembari bergandengan.
"Kenapa nggak langsung aja jalan-jalan?" tanya Jaemin. Pasalnya memang mereka berencana untuk jalan-jalan setelah lelah dengan pelajaran kuliah, tapi Haechan malah membawanya kemari.
"Ganti naik motor aja biar cepet. Kan, nanti malem mau balik ke sini lagi buat makan malem sama keluarga aku," jawab Haechan.
Mereka berdua berjalan ke arah ruang santai, tampak seorang pria sedang duduk di salah satu sofa.
"Kamu tunggu sini, sambil ngobrol sama Mark hyung. Aku ke atas dulu ganti baju." Setelah mengucapkan itu, Haechan langsung pergi ke arah tangga.
Mau tak mau Jaemin mengikuti ucapan sang kekasih, ia duduk di hadapan Mark yang sedang sibuk mengaduk secangkir kopi.
"Halo, dear," sapa Mark mengalihkan atensinya ke arah Jaemin.
Jaemin menunduk. "Halo, dad," balasnya kaku dengan suara sepelan mungkin.
"Kayaknya kita nggak bisa lama-lama ngobrol," ujar Mark tiba-tiba, seakan-akan ia sudah merencanakan untuk berbincang dengan oknum bermarga Na yang duduk di depannya.
Mark menyilangkan kedua tangannya di dada, matanya menatap Jaemin dengan tatapan yang tenang, seperti ia baru saja melepaskan sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Seketika Jaemin duduk dengan tegap, menandakan dirinya siap mendengar Mark akan membicarakan perihal apa.
"Na, apartement udah saya ganti nama kepemilikannya jadi nama kamu," ujar Mark.
Jaemin mengerutkan dahinya bingung. "Hah?"
"Biaya kuliah udah saya dan Jeno urus sampai nanti kamu lulus," lanjut Mark tidak menghiraukan respon pemuda di hadapannya.
Jaemin memilih bungkam, sepertinya ia tau arah pembicaraan Mark saat ini.
"Kalau semisal kamu mau coba kerja setelah lulus, saya dan Jeno ada kenalan yang bisa kamu hubungi."
Mark menghela napasnya.
Sebenarnya, semua yang ia ucapkan itu diurusnya sendiri. Jeno tidak tau perihal Mark yang melakukan semua ini hanya demi hidup Jaemin yang layak.
"Dan sekarang, kalau ada apa-apa, bilang ke Donghyuck, ya," ujar Mark tersenyum tipis.
Jaemin mengulum bibirnya mendengar setiap ucapan Mark. Ucapannya itu seakan-akan ia ingin meninggalkan Jaemin.
"Be happy with Donghyuck, okey? Look... i trust my lil brother, so you can trust your boyfriend too."
Mendengar itu membuat kepala Jaemin mengangguk secara reflek, ia sudah mempercayai Haechan sepenuhnya.
"Thank you, sir."
Ucapan itu keluar dari mulut Jaemin sebagai tanda terimakasih kepada Mark yang telah merawatnya dengan cukup baik.
Senyuman Mark berganti menjadi senyuman getir saat mendengar ucapan itu, pikirannya langsung terlempar ke beberapa tahun lalu saat pertama kali dirinya bertemu dengan pemuda manis di hadapannya.
Thank you, sir.
Tangan Mark meraih secangkir kopi dihadapannya, mencoba mengatur ekspresi wajahnya. "Call me hyung," ujarnya.
Jaemin mengangguk dengan ekspresi yang terlihat senang.
"Nana!" panggil seseorang dari arah tangga.
Haechan telah mengganti bajunya, yang awalnya mengenakan kemeja, kini ia mengenakan kaos dan celana jeans.
"Mark hyung, gua jalan-jalan bentar, ya. Nanti balik sebelum makan malem," ijin Haechan meraih tangan sang kekasih untuk beranjak dari duduknya.
Mark mengangguk. "Hati-hati, jangan lupa liat waktu," peringatnya.
"Iya, hyung." Bukan Haechan yang membalas, melainkan Jaemin. Ia beranjak dari duduknya dan merangkul lengan Haechan mengajaknya untuk segera pergi.
Haechan mengerutkan dahinya. Hyung?
Ia reflek menolehkan wajahnya kembali ke arah abangnya.
Mark berbalik menatapnya, ia tersenyum tipis dan mengedipkan satu matanya ke arah sang adik.
Haechan termenung. Sekarang pemuda manis di sebelahnya ini sepenuhnya berada di tangannya?
"Donghyuck! Ayo!" seru Jaemin sebal saat medapati sang kekasih malah melamun.
"Eh, iya-iya." Haechan tersadar.
Mereka berdua pun segera pergi meninggalkan mansion keluarga Lee.
Mark meraih ponselnya, ia akan mengabari Jeno tentang ini.
~~~
dah ah mles
SEKALI LAGI WARNING!
INGAT! SEMUA TENTANG CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN BAWA" CERITA INI KE DUNIA NYATA!JANGAN LUPA COMMENT AND VOTE NYA BUB!
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLE NIGHT | Jaemin harem
Fiksi PenggemarAwalnya Na Jaemin hanya anak manis yatim piatu dan ia bekerja sebagai sugar baby untuk seorang pengusaha sukses, Mark Lee. Sampai suatu hari, hubungannya dengan Mark diketahui oleh Jung Jeno, seorang penyanyi terkenal sekaligus kekasih asli Mark. Ja...