sepuluh

14 3 0
                                    

Hujan tiba tiba sebelum mendung itu mengejutkan sama halnya dengan perasaan yang tiba tiba di sadari setelah tumbuh.

═════════

═════════

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gue-"

Belum sempat meberuskan bicaranya, Handphone Anita bersuara dan ketika Anita melihat nama orang yang menelponnya dia langsung panik.

"Nita! kamu ini kemana? Tante di tinggal sendiri di sekolah, ini nilai ujian tengah semester kamu kata gurunya udah standar tingkatin lagi okay, Tante ini masa sendiri sih"

"Maaf tan, Aku ada kerja kelompok jadi ngedadak banget lupa gak ngasih tau tuh"

"Oh yaudah tante langsung pulang ya"

"Iya, hati hati tante. Makasih ya"

"Iya sama sama, Eh kata mama kamu katanya setengah jam lagi harus udah di rumah kalo nggak rumah di kunci nanti kamu mau kemana?"

"Emang mama mau kemana?"

"Mama kamu katanya mau pergi, jadi cepetan pulang ambil kunci rumah"

"Iya tan, tapi bisa gak sama tante dulu kuncinya ini aku tanggung banget.makasih kalo mau"

"Iya sama sama, tapi gimana ya? Tante kan mau kebogor siang ini kamu lupa ya. Yaudah cepetan pulang ya"

"Iya tan"

tut.

Sambungan telpon pun dimatikan secara dua pihak Anita menatap Adeva dengan wajah lesunya.

"Yah..gue gak bisa belajar sepedah hari ini. Kapan ya kita bisa main lagi? gue gak bisa chat lo kan lo gak bisa bac- Eh! gue punya ide" Pekik Anita tiba tiba membuat Adeva terkejut.

"Lo ajarin gue naek sepedah kapan aja boleh, terus lo gue ajarin baca tiap hari. Gimana? deal?" Anita tidak meminta persetujuan, dia memaksa seperti sekarang Anita menarik tangan Adeva untuk menjabat tangannya.

Tak lama kemudian keduanya tersenyum manis, begitu juga dengan pipi Anita yang sudah memerah sedangkan Adeva dengan telinga yang panas.

Anita melepas jabat tangannya dan kembali naik ke sepedah Adeva, "Ayo, nyokap gue nungguin gue ntar marah marah"

Berbeda dengan tadi jalan yang mereka lalui hanya tanah dengan bebatuan rapih, tidak dengan sekarang Adeva membawa Anita entah melalui jalan mana yang membuat sepedahnya terus berliuk liuk serta tak berjalan mulus karena bebatuan yang berceceran membuat ketidak nyamanan saat mengendarai sepedahnya.

"De, tadi perasaan gak jalan sini?" Tanya Anita, merasa bokongnya tak enak saat batu batu di lalui ban sepedah.

"Gue ambil jalan pintas, gue lupa bawa lo" Ucap Adeva dengan suara kecil khasnya.

"Bahasa Indonesia nya gue gak tau, tapi kalo bahasa sundanya ini mah jalanna butut ihh bujur urang nyeri," Anita mengeluarkan bahasa Sunda yang diajari Ayahnya sewaktu masih sekolah dasar.

"Apa?" Tanya Adeva kebingungan, Anita hanya tertawa melihat wajah bingung adeva dari samping.

"Gue denger senin kita renang ya? Awhh.. perut gue sakit banget" Anita memegangi perutnya yang kini kesakitan

"jalannya jelek, bentar lagi sampe kok" Adeva agak mempercepat goesan pada sepedahnya membuat batu batu semakin terasa.

"Gila lo! makin sakit lah bokong gue!" Anita refleks melayangkan tangannya memukul pundak Adeva sedsngkan Adeva hanya tertawa kecil.

"Sampe gang ya?" Ucap Adeva, tanpa mereka sadari mereka sudah di depan jembatan lagi. Mereka melalui jembatan itu dengan sangat hati hati.

"iya makasih ya udah nganterin, anyway lo senin ikut renang?" Tanya Anita dan jawaban Adeva hanya mengangguk. "Ohh, gue juga deh tapi gak tau gimana nanti, lo tungguin gue ya depan gerbang"

Anita turun dari sepedah Adeva saat mereka sudah di depan Gang dimana keluar dari Desa Joba, Anita melambaikan tangannya pada Adeva sebelum benar benar keluar dari gang.

"Dahh" Anita berlari kecil menyebrangi jalan yang menuju kerumahnya.

Setelah bayangan Anita menghilang dari pandangan Adeva, ia menarik nafas panjang.

"Kapan lagi ya?" Gumam Adeva, entah kenapa sekarang telinganya memerah dan begitu panas. Adeva menyugar rambutnya ke belakang kemudian kembali menggoes sepedanya untuk pulang.

"Ciyeee si Adepa punya pacar"

"Depa, tadi pacar lo ya?"

"Si Depa diam diam merayap ya! gue pikir lo gak laku"

"Depa kiw kiw si Depa punya pacar!"

Lias, Xavi, Veer dan Fando menyoraki Adeva begitu Adeva lewat di hadapan mereka.

"Bukan pacar gue" Ucap Adeva dengan senyuman tipis yang tercetak namun tak di lihat siapapun.

"Bikin picir gii, hallahh lo tadi boncengan mesra banget" Cibir Veer, menendang ban sepedah Adeva terlewat kesal

"Iya lo, punya pacar gak ngasih tau kita" Desak Xavi sambil memolototi Adeva

"Diem bocil tau apa," Ucap Adeva tersenyum miring "Mending lo sama Er main sana" Lanjut Adeva, dia menunjuk anak perempuan seumuran Xavi sedang bermain sendirian di teras rumahnya.

Xavi membuang muka "Diem deh!" Kesalnya.

"Pantesan lo kita ajak main lo kagak mau melulu" Ucap Fando, dia menyimpan handphone nya di saku. Tidak baik jika sedang bermain bersama teman temannya tapi ia malah memainkan handphone.

"Ck, udah gue bilang, dia bukan pacar gue veer, do, as, vi..." Adeva menghela nafas panjang frustasi rasanya jika dia sudah menjelaskan tetap saia di elak.

"Cantik banget pacar lo, gue pikir lo anti pacaran" Ucap Lias menaik turunkan alisnya.

Sudahlah, Adeva menunduk pasrah dan memainkan rambutnya anteng saja, tidak peduli dengan teman temannya yang kini sibuk mengejeknya.

﹏﹏﹏ ིྀ

"Dari mana kamu?mama mau pergi malah gak ada, nih kuncinya mama mau pergi dulu" Anggraeni-Mama nya Anita, dia melempar kunci rumahnya dengan kasar.

"Mama mau kemana?" Tanya Anita, dia penasaran pasalnya kenapa mama nya ini sangat terburu-buru?

"Mau nyusulin Papa kamu, kemana sih dia? udah gak pulang sebulan? kemana coba, gak punya rasa kasian apa orang rumah pada nunggu gimana kalo mati kelaparan, Mama harap daripada Papa kamu gak pulang tanpa alesan mending mati di jalan" Ucap Anggraeni kemudian melangkah pergi keluar dari rumah.

Anita menunduk dalam "Iya ma, Papa tega sama kita ninggalin kita kayak gini. Pa..Papa dimana?" Gumam Anita tanpa sadar air matanya menetes dari pelupuk matanya.

Anita mengusap air matanya dengan kasar kemudian masuk kr kamarnya dan membaringkan tubuhnya, Entah kenapa dia jadi ingat senyuman manis adeva saat dia melamun membuatnya tertawa sendiri layaknya oranggila.

"Gak mungkin gue suka sama Adeva'kan?"

═══════════

Sama seperti cuaca yang tidak bisa di atur oleh manusia, perasaan pun begitu

NIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang