dua puluh enam

7 0 0
                                    

Cinta itu ada atau tidak ya?
terserahlah ada atau tidak, yang aku tahu orang yang cinta itu pasti bodoh meskipun lulusan S2 dengan nilai tinggi.

_Ucap orang yang besoknya jatuh cinta_

━━━━━━━━━
HAPPY READING!! 📖

Setelah jam istirahat, Anita tidak melihat bayangan Adeva maupun Koko lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah jam istirahat, Anita tidak melihat bayangan Adeva maupun Koko lagi. Biasanya dua manusia itu mebgitari sekolah karena bosan, tapi sekarang tidak ada penampakan dua orang itu.

"Si Farell nge bolos tau, tadi dia lari sama si koko sama si Adeva. Katanya Adek Farel sakit makanya mereka bolos"

"Halahh palingan karena nanti jamkos, jadi pada pulang"

"Iya, mereka kalo bolos gak tanggung tanggung pulang sekalian"

"Yaudah sih, jamkos juga kan nanti"

"Iya sih jamkos, tapi kan di kasih tugas"

"Si Farel kan ketua kelas, harusnya tanggung jawab"

"Si Koko juga hari ini kan piket, nyebelin banget pada bolos"

Seperti biasa, anita hanya akan menguping pembicaraan Widia, Yudya dan Ara dengan itu ia akan dapat informasi tentang kelasnya ini.

"Ohh berani bolos ya dia, ninggalin gue di jamkos sendirian hah?"  Batin Anita.

⚘⌑⌑⌑⚘

"Makasih Ko" Ucap Adeva karena Koko sudah mengantarnya sampai rumah dengan sukarela.

"Santai aja kali, gue juga kan bisa bolos hahahahah" Setelah mengatakan itu, Koko pun melangkah pergi untuk pulang.

Adeva juga masuk ke rumahnya yang sederhana, ia menyimpan tas nya di sofa dan melempar bokongnya lelah pada Sofa.

"Kok jam segini udah pulang? Bolos ya lu" Tanya Adik nya yang masih Sekolah dasar, namanya Ajil.

"Diem." Ucap Adeva ia melayangkan tatapan tajamnya pada Ajil

"Santai aja kali, gue juga gak akan ngadu sama nyokap" Ucap Ajil, ia mengambil tali layangan serta layangannya di meja depan Adeva.

"Gue main" Pamit Ajil kemudian keluar dari rumahnya untuk bermain.

Adeva menghela nafas gusar, "Sia sia gue balik. Bos-"

"Aaaaaaa...!" Teriakan Ajil membuat Adeva kaget sehingga langsung berlari keluar.

Ajil terjatuh dari tangga di depan rumahnya, membuat lutut, kepala dan sikunya mengeluarkan darah segar.

"Aasstaga.." Gumam Adeva, ia menggendong Ajil ke dalam rumah dan langsung menelpon kakaknya.

Adeva mengambil kotak p3k, dan mengobati lutut Ajil terlebih dahulu.

Ajil terus menangis karena panik melihat darah membuat Adeva tidak konsentrasi mengobatinya.

"Ada apa?" Tanya Druf, Kakak pertama Adeva. Druf langsung panik dan mengambil alih peralatan obat itu dan mengobati Ajil.

"Bego banget lu obatin lutut dulu, liat nih pala adek lo berdarah gini!" Bentak Druf membuat Adeva mematung.

"Cepetan ambil minum, Ajil panik bukannya di kasih nginum. Cepetan!" Titah Druf dengan kasar sambil mendorong bahu Adeva.

Adeva beranjak dari duduk bya dan mengambilkan segelas Air minum. Setelah itu, Adeva segera mengganti seragam yang masih membaluti tubuhnya dengan baju santai kaos oblong.

"Heh, Nyokap lo bilang jemput Mimi di depan TPU gih. Dia mau ke bank dulu, ada urusan katanya" Titah Druf ia masih fokus menempelkan plaster di luka luka Ajil.

Adeva langsung menurut ia mengangguk sebagai jawaban.

"Lo denger gue ngomong gak sih?! Budeg apa bisu lo? dari tadi gak ngomong ngomong!" Bentak Druf ia menoleh pada Adeva dan melayangkan tatapan galaknya.

"Iya, gue denger" Ucap Adeva dengan malas kemudian berjalan ke luar rumah untuk menjemput adik bungsunya.

Mimi Syaila, Anak bungsu dari Nina yang kini berumur 4 tahun.

Adeva menghela nafas gusar sambil berjalan lunglai "Andai tadi gue gak pulang duluan" Gumam Adeva dengan lesu.

Adeva sudah di depan TPU kini, ia sudah melihat Nina yang menurunkan Mimi dari gendongannya.

"Nih bawain mimi, nanti kasih susu jam 5 ya, kalo sebelum jam 5 udah lapar kasih aja Nestle. Ini uang jajan Mimi, kalau dia pengen jajan" Ucap Nina ia memberikan botol susu, dan selembar uang berwarna ungu pada Adeva yang kini menggendong Mimi.

Mimi langsung memeluk leher Adeva dan menenggelamkan wajahnya disana. "Jalul cama mimi dulu yaa" Bisik mimi dengan imutnya

Adeva hanya tersenyum kecil dan mengusap rambut Mimi yang di kucir dua.

﹏﹏⌑

Anita kini melamun di depan kantin sambil berfikir dan sesekali bergumam sendiri.

"Adeva? beneran suka gue gak sih? tadi gue nanya aja jawabannya kemungkinan dia suka sama gue"

"Tunggu, kalo dia suka sama gue kenapa?"

"Arghh pusing deh gue! kalo suka ya suka aja kenapa harus dipikirin sih, ribet" Kesal Anita pada dirinya sendiri.

Pasalnya Anita sudah ribut dengan pikirannya sendiri selama satu jam tanpa ada yang menemani atau sekedar menyahuti.

"Kayaknya gue suka sama Adeva" Gumam Anita, saat sadar dengan ucapannya dia membekap mulutnya sendiri.

"Ghuhe bhihang apha baruhshan?" Tanya Anita pada dirinya sendiri sambil membekap mulutnya sendiri

Pipi anita memerah lagi membuatnya kembali kesal, hari ini pipinya sudah dibuat panas beberapa kali hingga rasanya lebih baik gosong.

"Orang bilang, ketika lo lagi bingung terus lo bilang satu kalimat dan ngulangin kalimat itu dengan arti yang beda, berati kalimat pertamanya langsung dari hati" Monolog Anita. Salah,kata orang bukan begitu!

"Iya...gue.."

"Ta! dicariin juga malah ngomong sendiri lo. Cepetan piket, bentar lagi pada bubar lhoo" Teriak Gledis di meneriaki dari jarak jauh

"Iya iya, lo aja duluan gue mau pinjem sapu nih ke kelas lain" Teriak balik Anita kemudian beranjak dari duduknya.

"Hufftt, siapapun beliin gue obat pereda salting dong. Pipi gue panas" Gumamnya sambil mendongak menatap langit yang sudah mendung menandakan langit akan segera menurunkan hujan.

﹌﹌﹌﹌

Terkadang, anak tengah bingung harus apa ketika sang kakak dan adik harus diprioritaskan keduanya.

see you next time!

NIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang