sembilan

18 7 0
                                    

Don't judge a book by its cover, itu nyata

═══════════

Semua siswa(i) datang ke sekolah dengan orang tua masing-masing, atau ada juga yang membawa keluarga nya seperti paman/bibi dan nenek/kakek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua siswa(i) datang ke sekolah dengan orang tua masing-masing, atau ada juga yang membawa keluarga nya seperti paman/bibi dan nenek/kakek.

Seperti Anita yang di bawakan oleh Adik ke 2 dari ibunya—Tante nya yang bernama Ratih. Begitu pula Adeva, dia tidak membawa ibunya, atau tantenya atau keluarganya, dia membawa tetangganya yang terkenal dengan nama Osih.

Adeva datang menggunakan sepedah yang menurut Anita itu bagus dan menarik, sedari tadi Anita memperhatikan Adeva memainkan sepedah dengan handal sampai beberapa kali hampir terjungkal ke belakang.

Anita terkekeh saat Adeva hampir menabrak pohon pembatas di ujung lapang.

"Dev! gue pengen nyoba dong!" Teriak Anita menghampiri Adeva yang meringis ngilu saat dia menghentikan sepedahnya mendadak sehingga jok sepedahnya menusuk bagian sensitif nya.

"Ehh lo kenapa? ngelu ya? yaelah gitu doang, awas gue pengen nyoba" Anita mendorong Adeva dari sepedahnya sedangkan kakinya terburu buru meraih goesan sehingga Adeva, Anita serta sepedahnya jatuh bersama sama.

Bruk!

"A-awhhhss! ihh gilaa ini mah! Paansihh! awww sakit bangett tangan gue! aaa.. kaki guee nyelap de!" Pekik Anita disertai ringisan histeris dari Anita, kaki Anita hanya terjepit diantara goesan sepedah sedangkan lutut Adeva sudah banyak goresan yang mengeluarkan darah.

Adeva menggeleng pelan, masalahnya yang tertindih sepedah adalah dia sendiri dan diatas sepedahnya adalah Anita bagaimana dia bisa menolong Anita?

"Lo nya awas dulu dong, buar gue bangun dulu!" Kesal Adeva karena Anita malah menitikkan air matanya melihat kakinya yang terjepit.

Adeva sempat menahan tawanya, karena ekspresi Anita sangat lucu. Tak lama Koko pun datang berlari menghampiri dua sejoli yang terjatuh bersama sepedah.

"Astaga! lo berdua!" Teriak Koko dia berlari menghampiri Anita yang kakinya terjepit diantara goesan sepedah.

"Ya ampun, ini niatnya romantis apa gimana sih? kok bisa gini? haduhh" Koko hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua sejoli ini

"Bacot lo! tolongin gue, kaki gue kayaknya kepalitek atau apa sih kekilir arghh gue gak bisa mikir! cepetan bantuin gue dulu!" Celoteh Anita sambil mengusap air matanya

"Iya, lo awas dulu bego. Noh, lutut sama kaki di Adeva noh udah berdarah masih mending lo cuman kekilir doang" Omel Koko sambil mengurus kaki Anita yang terjepit kini sudah keluar dan menggeser Anita untuk menjauh dari Sepedahnya.

"De, lo gapapa?" Tanya Koko setelah mengangkat sepedahnya kemudian memegang kaki Adeva.

Adeva menggeleng sambil tersenyum tipis "Lo gapapa?" Tanya Adeva lagi pada Anita, pasalnya dia kasihan melihat Anita menangis tapi dia tidak bisa apa apa karena tertindih Anita.

Anita menggeleng pelan sebagai jawaban, sedangkan koko berdecak sebal "Nyamuk nih gue ceritanya. Gak ada makasih makasih ya lo berdua" Koko menggeplak pelan kaki Adeva membuat Anita tersenyum kecil melihat ekspresi kesakitan Adeva.

Anita terkekeh "Kasian,makanya jadian sama Gledis"

"Dih, najis. Ehh, berati bener ya lo berdua pacaran? yaudah gue gak ganggu kalian deh, byee my Daddy udah jemvut" Koko melangkah pergi meninggalkan Anita dan Adeva yang kini bertukar tatap.

"Gue gak bisa naek sepedah, ajarin gue dong. Gue pengen bisa naek sepedah biar gue bisa belajar motor juga, kan sama sama roda dua" Ucap Anita dengan panjang lebar membuat Adeva terkekeh kecil.

Adeva mengangguk kecil "Buat lo, roda tiga aja dulu" Ucapnya sambil tertawa kecil.

Anita cemberut dan mendelik kesal, "Gue bisa kok naek sepeda cuman yaa gitu gue lupa lagi jadi gue pengen belajar aja lagi gitu maksud gue"

"Iya iya, ayo ikut gue" Ucapnya dengan santai, Adeva mengabaikan luka goresan tadi, seperti memang tak terasa apa apa baginya dan sekarang dia sudah kembali menaiki sepedahnya.

"Gue gimana? lari nyusulin lo?" Tanya Anita dengan wajah yang cemberut.

"Mau bonceng depan atau belakang?" Tanya Adeva sudah menggoes sepedahnya, Anita menatap Adeva dengan binaran di matanya. "Belakang!" Seru Anita langsung duduk di boncengan sepedah itu.

Mereka berboncengan sepanjang jalan tentu saja Adeva selalu mendengarkan ocehan panjang Anita dan sesekali menanggapi, Iya Anita sepanjang jalan malu.

bukan karena menggunakan sebuah sepedah, tapi karena nanti rumor tentangnya semakin besar.

Sampailah keduanya di depan jembatan di atas danau. Danau yang warga sekitar dan masyarakat namai Danau Joba.

"Mau kemana? setau gue kan disana cuman ada desa kecil? dan lo tinggal disana. apa kita mau ke rumah lo?" Tanya Anita sudah turun dari sepedah Adeva.

"Di seberang sana, ada desa kecil, tapi disana juga ada lapangan dan di ujung desa nya ada tempat sejuk. Mau?" Tanya Adeva, Anita menatap kagum sang Adeva baru kali ini dia mendengar penuturan panjang lebar dari Adeva yang terkesan jarang bicara.

"Mau mau, gue udah lama gak healing. Tapi gue takut lewatin jembatannya,gue denger dari bocah esempe ada cowok jatuh anjir dari jembatan ini" Ucap Anita dengan nada ibu ibu tukang gosip. Adeva tertawa kecil mengingat cowok itu adalah dirinya sendiri.

﹏﹏﹏⌑

"Orang orang sini pada gak asing ya di mata gue, kayak sering banget gue temuin deh tapi gue gak tau siapa nama namanya" Ucap Anita masih berboncengan di sepedah Adeva, mereka saling memunggungi dan Adeva melajukan sepedanya berkeliling desa kecilnya.

"Pantes, Mereka orang gak mampu yang suka nyamar jadi orang kaya," Ucap Adeva sesuau kenyataan apa yang dia tau "Lagian, mereka gak akan berani keluar desa kalau bukan untuk sekolah dan nyamar" lanjut Adeva

Anita manggut manggut "Gapapa selagi gak merugikan orang lain sih, Gue juga setengah nya gitu ortu gue susah susah nyari duit eh malah gue pake sekolah, gak guna banget"

"Seenggaknya lo OSIS" Ucap Adeva mengedikkan bahunya.

"Ko-"

"Sampe" Ucap Adeva menyela Anita yang hendak bersuara, Adeva menghentikan sepedahnya begitupun dengan Anita yang turun dari sepedahnya.

"Ohh ini lapangan nya? lapangan kok banyak bunga sih? gak rela kalo gue jatuh nanti bunganya rusak" Ucap Anita melihat setiap pinggiran lapang berbunga dengan subur.

"Yang lo tau cuma Desa kecil di balik Danau Joba, lo gak tau keindahan dan ke asrian Desa Joba"

════════════

Ada gajah di balik batu itu juga nyata

NIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang