Mencintai seseorang secara ugal ugalan adalah bakat seorang Anita Jeissica Seira. Tidak heran, jika dia menyukaimu orang aneh seperti Adeva Sanindyar.
Sudah bersama sejak sekolah dasar, Tetapi Anita baru menyadari adanya Adeva. Selama ini Anita han...
Seperti apa gaya kalian kalo salting? ngereog? pipi merah? or pengen hilang dari bumi?
Aku sih tantrum yaa soalnya geli di perit kayak ada kupu kupu nya gituu 😁
━━━━━━━━━━━━━━━
HAPPY READING!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tangan Anita masih gemetar, jantungnya masih berdegup kencang, pipinya memerah bagaikan kepiting rebus. Ralat, bagaikan lipstik merah emak.
Sejak kejadian satu jam lalu, anita masih seperti ini tidak ada obat untuknya samasekali.
Anita hampir mati karena salting!!! Infokan rumah sakit terdekat, selamatkan Anita!!!
"Silahkan kumpulkan tugasnya" Ucap Bu Miya, selaku guru matematika yang sedang mengajar.
Jelas jelas Anita tidak memperhatikan contoh mengerjakannya, itu lah kenapa sejak tadi dia mencari contekan tapi tidak ada yang memberinya sama sekali.
"Anita, Rein, sama Adeva mana tugas nya?" Tanya Bu Miya setelah memeriksa nama nama pada buku yang sudah di kumpulkan.
"Ini bu, baru beres" Ucap Rein dia langsung mengumpulkan nya di depan.
Kini seluruh kelas menatap Adeva dan Anita secara bergantian.
"Bu mereka pacaran bu makanya kompak!"
"Iya bu, bener gak ngerjain tugas aja bebarengan"
"Huuuu"
"Buciinnn"
Seluruh kelas menyoraki Anita dan Adeva yang kini bingung dengan situasi sekarang, mereka harus apa?
"Sudah sudah, itu privasi jangan di umbar.Diam semuanya! Anita, Adeva berdiri di luar kelas sampe jam pelajaran ibu selesai" Titah Bu miya dengan tegasnya.
Anita menghela nafas gusar, berbeda dengan Adeva yang terlihat membereskan barang barangnya ke tas kemudian menyimpannya di atas meja.
"mau kemana lo? yaelah di hukum doang sampe di beresin" Ucap Koko melihat barang Adeva yang sudah rapih di atas meja.
"Gue mau pulang nanti, lo anter ya. Firasat gue gak enak" Ucap Adeva dengan suara pelan kemudian berjalan ke luar kelas untuk melaksanakan hukuman.
"Tumben," Ucap Adeva dengan senyum tengilnya, ia berdiri di samping Anita
"Apa? Tumben apa?" Bingung Anita, tiba-tiba saja Adeva mengatakan sesuatu yang tidak ia mengerti
"Tumben lo gak ngerjain tugas" Ucap Adeva dengan suara pelan khas nya sendiri.
"Hah? Ehh! gue gini karena lo tuh! gue masih salto- ma-maksud gue lo nunggu contokan dari gue mulu, jadi gue gak ngerjain" Hampir saja Anita mengatakan kalau dia masih salah tingkah.
Lima menit berlalu keduanya sudah pegal berdiri dengan sebelah kaki, Adeva memutuskan untuk jongkok.
"Ta, bolos yu" Ajak Adeva, sambil mendongak menatap anita yang masih tekun menghadapi hukuman.
"Heh! gue mah anak teladan gak usah ngajak ngajak gitu, yaa pasti gue mau lah. Jangan nanya, kuyy ke kantin" Ucap Anita Ia langsung menarik tangan Adeva berdiri dan berjalan beriringan ke kantin.
Adeva tersenyum tipis, hampir saja Adeva kesal karena Anita merasa paling anak teladan, ujung-ujungnya ikut bolos juga.
"Lo suka nyanyi?" Tanya Adeva tiba tiba, karena mendengar Anita bersenandung tanpa menyanyi.
"Dikit, gue nyanyi kalo lagi happy aja. Kenapa? suara gue merdu ya? Oh atau lo mau gue nyanyiin?" Anita berjalan mundur di depan adeva, Anita menatap Adeva seolah menawarkan harga diskon.
"Suara lo kek orang itung padi," Adeva menggumam dan menahan tawanya sendiri membuat Anita bingung.
"Apa lo bilang? itung padi? gue? heh nyebelin lo" Gerutu Anita Ia langsung berjalan menghadap depan dan memunggungi Adeva.
Dug!
"Anjing! Aww sakit! Astagfirullah" Pekik Anita begitu ia menghadap depan tadi, ia tak melihat ada tiang, sehingga Anita terjedot tiang itu hingga dahinya memerah.
Adeva menahan tawanya melihat tingkah Anita "Mamposs, tunggu."
Adeva berjalan ke arah kantin dengan langkah besar dan meminta es batu pada Ibu Kantin.
Adeva kembali ke tempat Anita terjedot tiang, Adeva menekan es batu nya pada dahi Anita yang kemerahan.
"Aaa! dongo! sakitt!" Pekik Anita ketika Adeva menekan es batunya dengab kasar.
"Iya iya maap" Ucap Adeva dengan pelan, ia kini melakukannya dengan perlahan.
"Nih sama lo" Adeva menyodorkan es batu nya pada Anita, kemudian berjalan beriringan lagi dengan anita.
"Jalan tuh liat liat," Ucap Adeva dengan suara pelan, tapi masih terdengar oleh Anita.
Jangan tanya kini Anita kenapa diam. Anita sedang menahan panas di pipi nya yang ia rasakan tadi pagi kini muncul kembali.
Burung burung seperti menciut ciut di dalam perutnya, antara lapar dan salah tingkat semuanya tercampur.
Plak!
Anita menggeplak pundak Adeva dengan keras membuat sang empu menganga kaget.
"Ap-"
"Heh! Lo bisa gak sih jangan bikin gue gila? Hari ini lo bikin gue terbang tanpa sayap tau!! Lo kalo suka ya bilang, lo emang gak gombel kayak cowok lain tapi tingkah lo bikin gue jantungan, asma, diabetes, aaarghh!" Cerocos Anita, pipinya kini semakin memerah membuat Adeva menahan tawanya meskipun tidak mengerti apa yang anita katakan.
"Puas lo ketawa? apa yang lucu huh? gue marah nih, lo bikin gue salto mulu. Gue gak tau cara turun pas udah terbang!" Kesal Anita ia melayangkan tangannya hendak memukul Adeva lagi.
Adeva memundurkan langkahnya hingga pukulan Anita tidak kena. "Perasaan lo dari tadi masih berdiri pake kaki, terbangnya kapan?" Tanya Adeva dengan wajah tengilnya
"Aaarghhh! lo! lo yang bikin terbang! Awas yaa lo!" Setelah hendak memukul lagi, Kini Adeva sudah berlari membuat Anita mengejarnya.
"Sini lo!" Teriak Anita dia sedikit tertawa karena merasa lega sudah mengeluarkan unek uneknya pada Adeva.
Sedangkan Adeva terus berlari hingga mereka berdua sampai di lapangan. "Kejar kalo bisa" Ucap Adeva, dan mereka pun berlari memutar lapangan hingga keduanya kelelahan sendiri.
"Berapa puteran tadi?" Tanya Anita, Mereka berdua sudah berdamai dan kini sedang duduk di pinggir lapangan.
"Bagus ya kalian, Giliran di hukum di depan pintu malah lari lari di lapangan. Di kasih hati minta organ" Ucap Bu Miya dia bersedekap dada menatap tajam Anita dan Adeva.
"Hehehe, bosen bu berdiri terus. Jadi, sekalian olahraga deh. Iya nggak dev?" Anita menyenggol lengan Adeva yang hanya mengangguk saja.
"Yasudah, pelajaran ibu sudah selesai. Kalian kembali ke kelas" Ucap Bu Miya, Anita dan Adeva langsung menurut kembali ke kelas.
"Anak jaman sekarang, di hukum berdiri doang bilangnya bosen. Giliran di hukum lari bilangnya capek, ntar di hukum bersih bersih bilangnya bukan ob" Gerutu Bu Miya sambil menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan Anak Zaman sekarang.
﹌﹌﹌﹌﹌﹌
Andai kalian ada di posisi Anita, apa yang mau di lakuin??