LANJUT YOK!
HAPPY READING!
Masa pengenalan lingkungan sekolah atau di singkat MPLS kini sedang di laksanka di SMAN Basstronesia five. Anita serta calon murid lainnya adalah generasi pertama dari SMA ini.
SMA terdekat dan gratis ini mungkin sekarang baru menerima seratus siswa, Itu di karenakan masyarakat belum tahu dan mengenal SMA ini.
MPLS ini terlalu lama di laksanakan, lapangan pun terbilang kecil, Anita tidak bisa terus meroasting sekolahnya ini.
"Zora, gue sebel banget deh. Padahal waktu SD juga kita sering maen ke sini, gak tau kalo ini bakal di jadiin Bass five" Itulah sebutan baru murid murid untuk sekolahnya, Bass five.
Zora menangguk pelan "Tau gitu, kita ke Al-Gona'an aja ga sih? gapapa swasta juga padahal mahh" Gerutu Zora, bagaimana tidak separuh uangnya sudah masuk ke sekolah swasta, tapi Anita memaksanya masuk ke sekolah ini bersamanya.
"Gila, Ra, yang lebih gak nyangka kok 'dia' bisa masuk ke sini sih? ini kan sekolah negri? Gimana kalo dia di bully?" Cerocos Anita pada Zora yang mengernyit bingung, sejak kapan sahabatnya ini peduli pada orang yang tidak dia kenal? "sama gue" Lanjut Anita dengan senyuman lebar nan tengil tercetak di bibirnya.
Zora membuang muka nya sambil tertawa renyah "Dasar konyol! gue pikir lo suka sama dia sampe khawatir kek gitu"
"Lebih konyol kalo gue suka sama dia!" Anita ikut tertawa, dia tidak akan bisa membayangkan jika dia suka pada manusia bodoh seperti Adeva. Itu sangat konyol.
"Awas lo suka gue goreng lo" Gumam Zora pada Anita, feeling Zora mengatakan Anita berkata seperti itu untuk menghindari ejekan. Karena memang seperti itulah Anita.
"Goreng aja nih jadiin anita guling yang enak, tapi lo bakal keracunan secara gue pake Body Lotion buanyaakk banget" Ucap Anita mengada ngada, padahal Anita memakai body lotion sedikit saja sudah gatal.
"Paansih kalian berdua debatin orang kayak si Ade? udah udah kalian gak malu apa ribut sendiri?" Tegur Nafadila, dengan nama panggilan Nafa itu hendak mencubit Anita.
"Paan sih fa, iri aja lo. Lagian suara gue ga seberisik itu" Anita tampak menyebalkan di mata Nafa hingga Nafa ingin mencabik cabik wajah tengil Anita.
"Asu ah, terserah lo, fuck!" Setelah mengatakan itu, Nafa kembali membalikkan tubuhnya ke depan.
"Ra-"
"Taa, ada guru. Kita lanjut ngobrol nanti oke? kita gibahin si Nafasu ini" Sela Zora sambil menunjuk Nafa dengan dagunya.
Anita mengangguk menurut. Dia mungkin bisa diam jika ada guru, Tapi Anita tidak bisa diam untuk tidak membicarakan Adeva pada Zora.﹏﹏﹏﹏﹏
MPLS sudah berakhir sejak dua minggu lalu, dan kelas sudah di tepatkan.Zora dan Anita berbeda kelas membuat Anita selalu merasa kesepian, terlebih dia terus di tempeli Gledis.
Gledis terkenal di sekolah ini karena baunya yang menyengat, itu mungkin berasal dari pakaian Gledis yang jarang di cuci atau Gledis yang jarang mandi. Semua orang menjauhinya,begitu juga Anita.
Terkecuali Zora,dia begitu akrab dengan Gledis dan tidak keberatan dengan bau badan Gledis membuat Anita tidak nyaman berada di dekat mereka.
"Ra, bisa nggak gue minta lo..bikin jarak sama Gledis. Bukan..bukan karena gue gak enak sama itu..tapi gue.."
"Iya gue tau Ta, tapi kasian dia gak punya temen. Gimana kalo lo yang ada di posisi dia? Kasian kan, lo gak pernah ngerasain itu, jadi terima Gledis yaa" Zora mencoba meyakinkan Anita jika Gledis harus menjadi teman mereka adalah hal berat bagi Anita.
Anita masih murung, jika selama ini Anita dan Zora selalu menempel bagaikan diberi lem. Kali ini Anita menjaga jarak dengan Zora, itu di karenakan adanya Gledis.
Bukan hanya persoalan bau badan, tetapi Anita juga cemburu dengan adanya Gledis.
"Ta, gue sama Gledis mau ketemu Hasry lo jangan ikut ya.Ntar nyokap lo nyariin" Ucap Zora saat pulang sekolah pada Anita, Zora menepuk pundak Anita kemudian pergi bersama Gledis.
Anita menunduk dan murung sepanjang jalan, ia pikir mungkin Zora mengatakan itu karena memang tidak mau mengajaknya.
Anita merasakan seseorang menyenggol lengannya, Anita menoleh kesamping mendapati Adeva yang tersenyum lebar.
"Maaf, gue sengaja" Dasar tengil! pikir Anita saat melihat wajah tanpa dosa Adeva.
Mood Anita naik pesat "Lo? Adeva kan? Eh iyah, btw gue udah tau rahasia lo. Jadi, kenapa lo bisa lulus esempe coba? dan kenapa bisa lo masuk SMA ini?" pertanyaan bertubi-tubi dari Anita hanya di jawab Adeva dengan gelengan.
"Ga tau? huh, bohong. pasti lo nyogok kan? nyogok berapa lo?" Tanya Anita lagi dan lagi , Entah mengapa Anita sangat penasaran dengan hal itu hingga terus bertanya tanya.
Sekali lagi jawaban Adeva menggeleng di tambahi dengan bahu yang diangkat.
"Astagaaa lo-sshhh! nyebelin" Desis Anita dengan kesal, tapi setidaknya Anita tak se murung tadi.
"Zora? mana?" Tanya Adeva pada Anita, pasalnya Adeva sering melihat Anita dan zora bercanda tawa di sepanjang jalan dengan suara tawa yang keras. Kali ini,dia hanya melihat Anita sendirian. Dimana sodaranya?
"Dia sama Gledis, pacar lo. Dia mau kencan sama pacarnya cuman bawa Gledis, pacar lo" Anita kembali murung lagi, Sedangkan adeva mendelik tajam.
"Najis banget sama asin pindang itu" Gerutu Adeva mendelik pada Anita, bagaimana tidak? rumor Gledis bau badan sudah tersebar di sekolah, dan sudah sampai di telinga Adeva.
Anita tertawa kecil. "Asin pindang itu yang bikin gue jauh sama Zora" Gumamnya.
"Gue duluan" Ucap adeva tangannya yang jahil menarik kucir rambut, Anita menggeram marah dan hendak membalas tapi nyalinya menciut kala Adeva berlari menuju jembatan kecil yang melewati danau.
Adeva lari ke gang di sampingnya dan naik ke jembatan kecil yang sudah rusak melewati danau itu.
"Owalah, rupanya rumah dia di danau jobang" Gumamnya, nyalinya agak menciut saat mengingat orang mengatakan danau itu sangat dalam dan tidak pernah surut walau kemarau. Di tambah lagi melihat jembatan rusak yang sudah tak patut di injakkan.Anita berlari kecil ke arah jalan pulangnya, yang tentunya bertolak arah dengan gang Adeva yang tadi.
Bye byee.. see you next time!
anyway, mau ngomong apa sama Nita?👋

KAMU SEDANG MEMBACA
NIDE
Подростковая литератураMencintai seseorang secara ugal ugalan adalah bakat seorang Anita Jeissica Seira. Tidak heran, jika dia menyukaimu orang aneh seperti Adeva Sanindyar. Sudah bersama sejak sekolah dasar, Tetapi Anita baru menyadari adanya Adeva. Selama ini Anita han...