Jam istirahat pun tiba, Anita terlalu bosan untuk terus duduk di bangku dan terus memainkan handphone atau terkadang mengobrol topik tidak jelas bersama Adeva.
Anita beranjak dari duduknya, kemudian keluar kelas tanpa pamit. Adeva menatap kepergian Anita begitu saja membuatnya heran.
"Kemana?" Tanya Adeva dengan agak berteriak, agar terdengar oleh Anita.
Anita menyembulkan kepalanya ke dalam kelas lewat jendela, "Gue mau jalan jalan bentar, ngehirup oksigen. Mau ikut gak? kalo nggak yaudah.Bye!" Ucap Anita kemudian melanjutkan langkahnya.
Adeva menghela nafas gusar,tangannya bergerak untuk menutup wajahnya dengan buku, tubuhnya sangat lemas hingga tak kuat untuk duduk tegak dan menaikkan kakinya ke meja.
Langkah kaki terdengar memasuki kelas.
"Lhoo, sepi. Eh, ada lo? Adeva kan?" Suara agak berat itu menyapa Adeva dan itu sangat mengganggu membuat Adeva membenahi posisinya lagi."Yaa" Jawab Adeva dengan malas
"Eh dev, gue kenal lo tapi lo gak kenal gue kan? Gue Tafian. Di kelas ini ada wifi, sayangnya gak nyampe ke kelas gue. So, gue ikut duduk sama lo ya" Pria ramah bernama Tafian itu langsung duduk di sebelah Adeva
"Lo gak keluar kelas buat ke kantin gitu?" Tanya Tafian sambil fokus pada handphone nya, seperti biasa jawaban Adeva hanya menggeleng
"Yaudah, lo punya game ini gak? Mabar kuy, pake wifi nih," Ucap Tafian sambil menunjukan game yang di mainkannya.
Adeva menggeleng pelan "Gue gak punya," Ucap Adeva singkat "Hp atau game itu" Lanjutnya membuat Tafian berekspresi kaget.
"Kalo gitu, ikut gue ke warnet deket sekolah yok! gue ajarin lo. Mumpung jam istirahat masih panjang nih" Ajak Tafian sudah berdiri dari duduknya
Adeva diam sebentar kemudian mengangguk pelan dan beranjak dari duduknya.
Saat di ambang pintu, Adeva dan Anita berpapasan. Anita mengerutkan dahinya melihat Tafian berada di samping Adeva.
"Kemana lo?" Tanya Anita dengan dahi yang masih berkerut
"Ohh ini kan lo Anita? Oh dev, ini ya yang katanya pacar lo?" Celoteh Tafian tapi Adeva maupun Anita mengabaikannya
"Adadeh, mau ikut?" Tanya Adeva dengan senyuman tipis membuat Anita berdigik.
"Gak makasih, btw, cepet sini lagi sekarang gak ada jamkos kalo lo telat dua menit aja pelajaran bahasa Indonesia, mampus lo di hukum jemur tiga jam" Celoteh Anita dengan bawelnya.
Tafian berdecak sebal "Ck, santai aja kal-"
"Santai santai! yang di hukum kan bukan elo" Kesal Anita menghentakkan kaki dan berjalan menuju mejanya.
Tafian terkekeh kecil melihat tingkah Anita "Pacar lo" Tafia menyenggol Adeva yang kini menahan senyuman.
⚘⌑⌑⌑⚘
"Mana sih si deva, lima menit lagi bel masuk kan bunyi" Gumam Anita, sambil memainkan handphonenya dengan serius.
dua menit berlalu, akhirnya Adeva datang sendiri padahal tadi waktu berangkat dia pergi bersama dengan Tafian.
"lo kok sendiri? Anak kelas sebelah itu mana?" Tanya Anita pada Adeva, raut wajah Adeva terlihat bahagia membuat Anita penasaran apa yang Adeva perbuat.
"Lo udah ngapain? gue curiga lo-"
"Kepo" Adeva tersenyum jahil menyela ucapan Anita.
Anita melotot kesal tapi tidak berniat marah karena suasana kelas saat ini sudah ramai, akan ribut jika dia marah pada Adeva. Mereka pasti akan menyoraki Anita lagi.
Bel masuk pun berbunyi menandakan jam pelajaran akan kembali di mulai setelah istirahat berlangsung.
"Siang anak-anak, apa kalian sudah mengerjakan tugas minggu kemarin?" Tanya Pak Mulyana begitu masuk langsung membuat suasana tak enak.
"Belum pak!" Jawab serempak satu kelas
"Pak!" Panggil Faran sambil mengangkat tangannya "Gak ada tugas pak, bapak udah halu apa sih?"
"Astaga! iya gak ada tugas ya, maaf maaf bapak khilaf" Ucapan Pak Mulyana berhasil membuat seluruh penghuni kesal
"Oke kalau begitu, tugas yang akan bapak kasih hari ini saja ya. Tentang penutupan Bab 3, jadi buatlah kelompok masing masing 4 orang" Ucap Pak Mulyana membuat sekelas ribut
"Tapi, bapak yang menentukan" Lanjut pak mulyana membuat kelas semakin ribut.
"Yahh bapak kenapa harus bapak?"
"Iyaa! kita bisa kok pak milih kelompok sendiri!"
"Gak pak,bapak aja ya yang bikin kelompok"
"Huuuuuuu"
"Heh! Tidak boleh protes! Baiklah, kelompok satu Andre Andrasdaf, Adeva Sanindyar, Anita Jeisicca Seira, dan Ayuna Yudya. Silahkan tentukan ketua kelompok untuk memilih tugas yang akan di kerjakan" Ucap Pak Mulyana, Anita, Andre, Adeva dan Yudya pun berkumpul di meja yang sama.
Meja Adeva menjadi meja yang ramai karena Yudya yang terus mengomel karena tidak suka satu kelompok dengan yang sekarang kelompoknya, Yaa, Anita, Adeva dan Andre dia tidak suka itu.
"Nyebelin banget gue sekelompok sama ini umat umat kaya mereka. Padahal gue pengennya sama yang pinter, atau kalo enggak punya posisi gitu di struktur organisasi kelas" Gerutu Yudya dengan suara yang sengaja di keraskan.
"Tuh mulut monyong gak bisa diem apa? berisik banget.Oh iya, Gue punya posisi disini, gue sekarang ketua kelompok ini" Ketus Anita mendelik pada Yudya
"Biasa aja kali, gak usah sampe body syaiming," Yudya balas mendelik pada Anita."Iyalah elo ketua kelompoknya yakali si adeva yang planga plongo"Lanjut Yudya
"Parah lo" Adeva Hanya tertawa kecut, Yudya menghina nya langsung di depan mata.
"Udahlah, Ta, Sobekin selembar tuh di bagi tugas. Lo kedepan ambil tugas apa yang harus kita kerjain. Sono cepetan!" Desak Andre mendorong sedikit kursi Anita
"Sabar dong, Pak Mulyana nya juga belum beres ngasih kelompok sama yang lain"Gerutu Anita tapi ia menurut untuk mengambil selembar kertasnya terlebih dahulu.
" Oke, Ketua kelompok silahkan maju"Instruksi Pak Mulyana, di meja guru sudah terdapat beberapa kertas yang berisi tugas yang harus di kerjakan.
Anita selaku ketua kelompok maju ke depan dan berhadapan dengan ketua kelompok lain. Kelas ini memiliki 25 murid, jadi pak mulyana membagi kelompok menjadi 6 kelompok.
(kenapa nggak 4 kelompok aja gitu ya? terkadang ada dua jalan yang sulit dan ribet, dan pak mulyana mengambil jalan RIBET)
Anita memilih salah satu kertas di meja, dan dia membukanya kemudian menghela nafas dengan kasar.
﹏﹏﹏﹏♢
see youu 💓

KAMU SEDANG MEMBACA
NIDE
Teen FictionMencintai seseorang secara ugal ugalan adalah bakat seorang Anita Jeissica Seira. Tidak heran, jika dia menyukaimu orang aneh seperti Adeva Sanindyar. Sudah bersama sejak sekolah dasar, Tetapi Anita baru menyadari adanya Adeva. Selama ini Anita han...