10 Figuran

77.7K 4.6K 12
                                    

Azella memijit kepalanya, seharian ini otak kecilnya di paksa untuk bekerja lebih keras dari biasanya. Ia yang memang belum mengerti apa- apa tentang materi perkuliahan terpaksa mencari teman untuk bisa mengajarinya dari awal.

Namun tentu saja tak semudah itu, zaman sekarang tak ada yang gratis. Jika dulu Azella bahkan bisa menyewa orang lain untuk menggantikannya saat ulangan, membeli jawaban dengan mudah, namun sekarang Azella bukan lagi gadis kaya raya yang bisa mendapatkan segalanya.

Ia sekarang hanya seorang pelayan yang merasa di gaji saja belum. Ah, mengingat gajian Azella jadi tak sabar akhir bulan. Ia sedikit penasaran, berapa seorang Ethan menggaji pelayannya.

"Sudah ku katakan, jauhi Jhon! Kenapa kau masih mengganggunya? Bahkan sekarang Jhon mulai menerima bekal sialan mu itu"

"Oh ya? Baguslah kalau begitu, memang itu yang harus di lakukanya"

"Ingat Ana, ini peringatan terakhir dari ku.... Stop mencari perhatian dari Jhon, Jhon milik aku dan kau.... Hanyalah sampah yang tidak pantas sama sekali berada di sisi Jhon"

Azella menghela nafas kesal, lagi dan lagi ia di hadapkan dengan adegan yang ada di novel,  memang tujuanya ke kampus ini untuk mencari tau tentang tokoh-tokoh novel, tapi kenapa malah jadi seakan mengingatkan Azella pada kematiannya.

Ana nampak di dorong dengan kasar oleh tokoh antagonis yang seingat Azella bernama Jena. Si gadis kaya, sombong serta menyukai Jhon, suami dari Ana atau si protagonis pria.

Azella menggigit bibir bawahnya, Jena tak ada bedanya dengan Azella dulu. Jiwa pembully Azella meronta-ronta ingin bergabung, namun Azella juga takut ia menjadi sasaran bully-yan, ingat Azella bukan lagi gadis kaya yang memiliki segalanya... Sekarang ia hanya seorang pelayan, mana mungkin si Jena menerima Azella di circel nya.

"Apa? Mau mengadukanku pada Jhon? CK, awas saja jika kau melakukan itu, gadis miskin"

Kan, baru saja Azella memikirkan itu Jena sudah menegaskan dengan apa yang Azella fikirkan.

Azella Tek terima di tatap begitu, apalagi tak hanya Jena di sana ada dua gadis lainya yang di ketahui oleh Azella adalah dua pengikut Jena, namun Azella lupa namanya.

Mau membalas, tapi untuk saat ini Azella harus menahannya setengah mati, ia masih ingin berkuliah dengan di biayai Ethan, ia harus sukses jika ingin hidup enak. Jika dia melawan tentu Ethan nantinya akan marah, mungkin.

"Ayo, kita belanja"

Azella menatap kesal Jena dan kedua temanya, sungguh ia juga ingin shoping, mengelilingi mall Tampa memikirkan nasib kedepanya.

"Sial sial....oke... Sabar zel, kau harus menjadi baik jika  tak ingin mati lagi"

Azella memijit kepalanya, mengingat kematian Azella jadi ingat salah satu ucapan si pembunuh yang mengatakan ayahnya sendiri lah yang menginginkan kematianya.

Apakah seburuk itukah Azella dulunya?

"Terima kasih"

Azella menoleh pada asal suara, ia mendapati Ana sedang menatap ke arahnya, mengucapkan terima kasih dengan senyum tulusnya.

"Untuk?" Tanya Azella bingung.

"Terima kasih, jika saja tidak ada kau di sini, mungkin Jena akan berbuat lebih jauh"

Azella mengangguk "yah, sama-sama, tapi kau tak perlu berterima kasih, ini hanya kebetulan...permisi" Azella melangkah keluar dari gerbang universitas, ia celingak celinguk mencari taxi yang ia pesan beberapa menit yang lalu.

....

"Azella winter, gadis yatim piatu yang di pungut oleh keluarga winter, namun dua bulan belakangan ini gadis itu di nyatakan tewas di kamarnya yang di duga bunuh diri, seseorang melaporkan pada pihak polisi bahwa winter lah yang membunuh anak angkatnya setelah melecehkannya, buktinya sangat kuat dan polisi lansung menangkap winter, namun karna uang winter kembali bebas...."

Ethan menatap datar pada kaki tanganya itu "jika gadis itu tewas lalu siapa yang ada di rumahku,bodoh"  batin Ethan kesal.

"Dan saya sedang mencari tau siapa gadis yang berada di rumah tuan, kemungkinan gadis itu telah membawa kabur semua identitas Azella asli dan....."

"Saya butuh sebuah fakta Aron, bukan kata kemungkinan" ucap Ethan datar.

Aron yang mendengarnya terdiam, ia menunduk tak berani menatap wajah tampan nemaun menyeramkan milik Ethan.

"Baik tuan, malam ini....."

"Saya sudah memberimu waktu cukup lama Aron"

"Tapi tu...."

"Lima jam dari sekarang adalah waktu yang kau miliki" ucap Ethan datar, mengibaskan tanganya mengisyaratkan pada Aron untuk segera pergi dari ruangannya.

Selain muak melihat kinerja Aron yang menurun, Ethan juga sedang merasa aneh pada dirinya sendiri yang kenapa begitu penasaran akan sosok Azella. Gadis yang sebenarnya tak berguna berada di rumahnya.

Ethan memijit pelipisnya, pekerjaannya sudah membuat kepalanya sakit di tambah dengan informasi dari Aron yang mengatakan jika seorang Azella telah mati di kamarnya. Dan Azella siapa yang ada di rumahnya? Apakah gadis itu akan berbahaya? Namun melihat dari tingkah lakunya, Aron tak mendapati tanda-tanda bahaya dari Azella.

Ethan berdecak kesal, baru kali ini ia memikirkan orang lain sejauh ini. Tak mau membuang banyak waktu lagi, Ethan kembali membuka komputernya. Mengerjakan pekerjaanya yang tertunda.




.....


Azella menatap bi Maria yang sibuk memasak di dapur, ia hanya di tugaskan untuk memisahkan putih telur dan kuningnya seperti biasa, dan setelah selesai Azella hanya diam saja di tempatnya menatap setiap pergerakan bi Maria.

Pelayan yang lain termasuk mba Dira telah pulang 10 menit yang lalu, jadi di rumah ini hanya ada Azella dan bi Maria, serta dua orang satpam berjaga di depan.

Ethan, kemungkinan akan pulang pada jam 07 malam, sebentar lagi.

Azella menghela nafas panjang, jika saja ia adalah kekasih atau istri Ethan pasti Azella tak pusing-pusing memikirkan baju yang harus ia pakai besok.

Azella butuh shoping, walau bukan barang branded intinya Azella butuh baju baru untuk berkuliah. Baju- baju Azella kebanyakan kuno, ketinggalan zaman dan hanya beberapa yang menurut Azella layak pakai.

"Kenapa? Apakah kuliah membuatmu menjadi lebih pendiam,Azella?"

Lamunan Azella terhenti dengan kedatangan bi maria, wanita itu nampak segar bugar tersenyum manis sambil menata lauk-pauk yang baru selesai ia masak.

"Tidak" jawab Azella singkat.

Bi Maria mengalihkan pandanganya pada Azella sejenak, wanita itu tersenyum penuh arti.

"Lalu, kau ini kenapa?" Tanya bi Maria lagi, wanita itu kesana kemari, sibuk menata makan malam untuk Ethan.

"Aku ingin berbelanja pakaian untuk kuliah bi, pakaianku terlihat amat dekil untuk ku pakai...."

"Kau lupa di mana kau dapat pakaian itu Azella? Hah...itu pakaian bibi dan mba Dira, kau ke sini hanya membawa sebuah tas kecil, pakaian mu bahkan hanya dua pasang"

Azella sedikit kaget mendengarnya, ia tak menyangka pakaian yang ia pakai selama ini milik bi maria dan mba Dira. Azella menatap bi Maria bersalah, sungguh bukan niatnya untuk menghina pemberian bi Maria, hanya saja itu faktanya. Pakaian- pakaian itu lebih cocok untuknya di rumah saja.

"Jangan merasa bersalah, kau benar pakaian itu memang sudah ketinggalan zaman, dan bertahanlah sampai akhir bulan Azella, nanti setelah mendapatkan gaji mu bibi akan menemanimu membeli beberapa pakaian, berkuliah lah dengan baik, jangan membuat bibi dan tuan Ethan menyesal telah menguliahkan mu"

Azella menghela nafas pasrah, ia juga tak berniat mengecewakan bi Maria dan si Ethan.



















Vote comen gaes

Kita akan up setelah 60 vote yah








Figuran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang