18 Figuran

69.5K 4.8K 808
                                    

Hari libur mungkin adalah hari menyenangkan bagi setiap orang, begitu juga bagi Azella. Namun sayangnya hari ini belum menikmati hari liburnya.

Pagi-pagi, setelah bangun dari tidur tampa mencuci wajahnya dan merapikan rambutnya yang acak-acakan ia lansung menuju halaman belakang. Dan setelah menyelesaikan pekerjaanya Azella harus mengerjakan tugas kuliah ya yang menumpuk.

Azella membaringkan tubuhnya di ranjang kecilnya, mencoba merenggangkan pinggangnya yang terasa pegal.

Matanya menatap langit- langit kamar, fikiranya berkelana memikirkan akan apa yang terjadi padanya kedepan.

Nampaknya alur novel ini sudah berubah, maka apakah takdirnya juga berubah?

Di novel, Ethan akan mengecek keadaan Ana  sendiri memberikan perhatian yang tak pernah ia berikan pada orang lain.  Namun.... Pagi tadi tak ada adegan begitu, Azella bahkan melihat sendiri dengan mata kepalanya Ana di antar mang Agus kembali ke rumahnya, dan Ethan sama sekali tak pernah mengecek keadaan gadis itu, Azella tau dari Dira.

"Huh.... Orang normal pasti akan  lari dari kematianya, tapi kenapa aku masih bertahan? Bahkan berkuliah menggunakan uang Ethan..." Ucapnya, mengeluarkan isi fikiranya yang sedari dulu mengganggu.

"aku belum membaca semua isi buku diary itu...."

Azella yang merasa lelah mengerjakan tugasnya memilih untuk membaca diary milik Azella yang asli. Selama ini dia cukup sibuk dan tak berfikir untuk membaca buku dengan sampul hitam itu.

Azella mengambil buku tersebut, membukanya hingga halaman yang sekiranya belum ia baca.

'Dunia selalu berpihak padanya.... Aku benci dia, namun aku juga menyayanginya ...... Walau dia meninggalkan ku sendiri, menghadapi betapa kejamnya dunia padaku... Dia nampak bahagia dan aku?..... Haruskah juga ikut berbahagia dengan hanya melihatnya bahagia?....'

'bolehkah aku membunuhnya? Mengantarkan pada kebahagiaan yang kekal, dengan begitu  dia akan selalu tersenyum dan aku mungkin juga akan tersenyum di sini'

'aku benar- benar akan membunuhnya, membawanya keneraka.... Tak ada rasa sayang atau apapun itu, lagi. Aku membencinya....'

Azella membulatkan matanya, sungguh isi diary ini tak jauh dari kata ingin membunu. Membunuh siapa? Kenapa Azella yang asli nampak membenci orang yang akan ia bunuh itu?

"Sial, dia mengerikan...sudahlah, membaca diary ini tak membuatku mendapatkan info yang menarik, malah membuat beban fikiran ku bertambah"

Azella meletakkan kembali diary tersebut, ia mulai lapar sekarang. Azella melangkah keluar, namun matanya tak sengaja menangkap sosok Ethan yang sedang duduk di tepian kolam renang Tampa mengenakan atasan.

Sungguh, iman Azella semakin hari semakin di uji oleh majikanya itu.

Azella tak boleh jadi pelayan yang tak tau diri, menggoda majikan sendiri, tapi jika majikanya yang menyukainya... Itu bisa di fikirkan.

Azella menggelengkan kepala, menyadari fikiranya mulai berkelana. Ia melanjutkan langkahnya menuju dapur, mencoba mencari kue kering buatan bi Maria. Namun saat berada di dapur ternyata ada bi Maria di sana, nampak sibuk membuat sesuatu.

"Buat apa bi?" Tanya Azella kepo.

"Jus wortel untuk tuan Ethan, nanti kau antarkan ke padanya di kolam yah" perintah bi Maria.

Azella hanya berdehem, lanjut mencari kue kering bi Maria.

"Nih, cepat kau antarkan" ucap bi Maria, memberika sebuah nampan berisi juss dan beberapa cemilan.

"Baru saja duduk bi" ucap Azella mengeluh, ia berdiri dari duduknya membawa nampan tersebut ke pada Ethan yang masih duduk melamun di tepian kolam.

"Tuan Ethan kenapa? Sedang putus cinta? Wajahmu menyedihkan sekali....eh" Azella segera menutup mulutnya, sadar dengan dia yang semakin berani.

Ethan menoleh pada gadis itu, ia menatap penampilan Azella dari atas hingga bawah.  Tak bisa di katakan seperti seorang pelayan, gadis itu masih memakai piyama dengan lengan panjang serta celana di atas lutut di siang hari.

"Jangan menatap ku begitu tuan, aku ngeri" ucap Azella, jujur saja tatapan Ethan amat menggoda walau pria itu menatapnya datar dan lagi ingatlah, pria itu sedang tak mengenakan baju dan hanya mengenakan celana pendek.

Kotak- kotak kecil sangat terlihat jelas dari tempat Azella berdiri, bahkan dada lebar yang nampaknya sangat nyaman untuk di peluk.

"Apa itu pelakir?" Tanya Ethan dengan suara beratnya.

Azella yang hendak beranjak segera membalikkan tubuhnya, ia menatap Ethan bingung.

"Tuan melamun hanya untuk memikirkan itu?" Tanya Azella  tak menyangka.

Ethan tersenyum tipis, jika di tanya jawabanya tentu tidak. Masih banyak hal lain yang harus ia fikirkan. Tapi kata pelakir tiba- tiba muncul kembali di otaknya saat kedatangan gadis aneh itu.

Azella sendiri  mencoba menahan diri untuk tak melonjak kegirangan.
"Aaaa aku melihat tuan Ethan tersenyum" batinnya berteriak bangga. Walau senyum Ethan tipis bahkan sangat tipis Azella dapat melihat ketampanan ethan ketika tersenyum.

"Emm, pelakir itu adalah..... Julukan dariku untuk lelaki yang merebut istri orang tuan....seperti pebinor, kenapa tuan menanyakan itu? Apakah tuan memang berniat jadi pelakir?" Tanya Azella kepo, ia bahkan duduk d kursi santai berada tak terlalu jauh dari kolam.

"Bagaimana jika aku tertarik padamu?"

Azella mengerinyit heran, ia menggaruk kepalanya kebingungan.

"Ya.... Kita nikah.... hahaha tuan Ethan bercanda di siang hari ya, mana mungkin tuan tertarik dengan aku yang seorang pelayan" ucap Azella tertawa garing, jantungnya sedang berdetak lebih cepat dari biasanya sekarang.

"Kau menggemaskan, boleh aku mencincangmu?" Ucap Ethan santai dengan wajah datarnya.

Azella menghentikan tawanya, manatap Ethan horor.
"Tidak, terima kasih tawarannya tuan,  sepertinya bi Maria sedang mencariku.... Permisi"

Azella segera berlari memasuki rumah dengan cukup kencang, ia memasuki kamarnya lalu menguncinya rapat- rapat.

Sedangkan itu, Ethan tertawa lepas tawa yang terdengar menyeramkan di telinga Dira yang tak sengaja mendengarnya. Kemungkinan besar, jika tak di rasuki iblis  Ethan baru saja mendapatkan mainan baru.

Ethan tak tau apa yang terjadi padanya, ia amat senang melihat wajah ketakutan gadis itu.

.....

"Apa- apaan, jika tuan Ethan begitu aku bisa mati lebih cepat, bahkan tampa mengikuti alur novelnya.... Sepertinya aku harus menghindari tuan Ethan mulai dari sekarang, pria itu mengerikan"

Azella benar- benar merasa takut pada Ethan sekarang, jika begini ia tak berani lagi berbicara santai pada Ethan, Azella akan menghindari pria itu, atau....

" apa aku adukan saja pada bi Maria? Aku yakin pria itu tak berani melawan bi Maria...."

Azella berfikir lagi, ia membaringkan kembali tubuhnya menatap langit- langit dengan fikiran kembali memikirkan rencananya kedepanya.

"Jika aku menghindari tuan Ethan, lalu apa rencana ku selanjutnya? Apa aku harus mendekati Ana pada tuan Ethan? Lalu nanti tuan Ethan memang akan menjadi pebinor dong" Azella menggelengkan kepalanya, sepertinya rencana itu kurang tepat.

"Atau aku merebut Jhon dari Ana, dia lumayan tampan... Tapi nantinya aku yang menjadi pelakor dong"

"Ah mengesalkan sekali, intinya di hari aku mati aku akan pergi dari rumah besar Ethan dan aku pasti akan selamat kan?"

Azella tertawa dengan rencananya, ini akan berjalan lancar kan? Lihat saja nanti.







Vote comen gaes

Spam 550 comen di sini 👉

Vote 550 oke

Terima kasih sudah membaca.....

Semoga suka....

Figuran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang