13 Figuran

74K 4.4K 97
                                    

Jauh dari parkiran, Azella yang sadar tanganya masih di genggam majikanya segera melepas pegangan Ethan pelan. Tak lupa memberikan cengiran yang menampilkan deretan giginya.

"Terima kasih tuan" ucapnya tulus

Ethan berdehem singkat, ia menatap Azella dari atas hingga bawah. Gadis tersebut hanya memakai celana panjang serta baju yang  nampak mulai pudar.

Dengan aksi Ethan yang mengakui Azella adiknya, Ethan yakin setelah ini Azella tak lagi hidup layaknya gadis biasa. Pastinya akan banyak yang memperhatikannya, mengkritik penampilannya dan berujung nama Ethan menjadi sedikit buruk. Memiliki adik seperti gembel.

Nantinya juga pasti ada beberapa musuh Ethan mulai menargetkan Azella.

Ethan tak peduli sebenarnya, mau nantinya gadis ini di culik atau apa tapi ia memikirkan bi Maria.

"Jam berapa kau pulang?" Tanya Ethan, masih dengan wajah datarnya.

Azella terdiam sejenak, jarinya ia letakkan di kening mulai memejamkan mata, mengingat jam berapa ia selesai nantinya.

Setelah semenit, Azella menyudahi acara memikirnya ia beralih menatap Ethan yang dengan bodohnya menunggu Azella berfikir.

"Kemungkinan sekitar jam 1, kenapa tuan? Mau mengajakku kencan? Atau mau menjemputku?" Goda Azella berani.

Sepertinya ia akan berusaha mendapatkan hati Ethan sesuai dengan rencana B, tapi Azella tak yakin itu akan berhasil.

"Jangan terlalu percaya diri"

Ethan melenggang meninggalkan Azella yang ke ingungan, pria itu bertanya, dan Azella hanya menebak apa tujuan pria itu menanyakan kepulangannya.

Tak mau ambil pusing, Azella segera melangkah menuju kelasnya.  Sepertinya hari ini Azella harus mencari teman untuk membantunya mempelajari tentang materi perkuliahan mereka dari awal.

Walau Azella yakin, ia bisa dengan mudah lulus dengan bantuan bi Maria, namun Azella tak mau itu. Ia akan serius belajar dan membuktikan bahwa ia tak lagi gadis manja bernama derisa.

"Hey, perhatikan jalanmu... Mau mati jangan di sini"

Azella yang merasa di teriaki sontak tersadar dari lamunannya, ia menatap ke depan di mana Tampa sadar ia sudah berada di ujung koridor di lantai dua. Sebenarnya Azella tak akan jatuh, jikalaupun dia sampai di ujung karna memang ada pembatasnya.

Azella menoleh pada gadis yang menyuarakan ya, gadis itu duduk di pembatas tersebut sambil mengulum sebuah permen.

"Kau juga, kalo mau bunuh diri lansung saja jangan tanggung-tanggung" ucap Azella santai, melipat kedua tanganya di dada.

"CK, aku hanya memperingatimu, tidak mau ya sudah lanjutkan saja langkahmu" ucap gadis itu kesal, kembali memasukkan permennya kemulut.

"Terima kasih sudah mengingatkanku, tapi aku juga mengingatkan mu, gadis aneh" ucap Azella tak mau kalah.

"Hey, kau yang aneh malah mengatakan ku aneh"

"Kau yang aneh"

"Kau lebih aneh"

"Enak saja, aku tidak aneh...kau yang aneh"

"Kau...."

"Sudah- sudah, kalian ini kenapa? Aneh sekali"

Azella dan gadis permen itu menatap asal suara "kau juga aneh" kompak kedua gadis itu bersamaan,  sontak mereka saling tatap denga tatapan tajam.

"Ralin, apa yang kau lakukan di situ? Turun, atau kau ku laporkan pada kakak mu" ucap gadis yang mengacaukan perdebatan Azella dan si gadis permen tadi.

Figuran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang