Setiap orang pasti pernah merasa tidak percaya diri dengan apa yang dimiliki, dan Taufan sedang merasa tidak percaya diri. Dia seringkali merasakan rasa tidak percaya diri karena melihat Halilintar yang lebih berbakat daripada dirinya.
Sedangkan Halilintar selalu mencoba mengalah pada adik-adiknya sampai menahan diri agar tidak membuat mereka kecewa.
“Kak Hali mau kemana?” Gempa bertanya pada kakaknya yang sedang membawa segelas susu dan dua helai roti tawar dengan selai kacang.
“Ngasih Taufan makan,” ucapnya sembari tersenyum.
Gempa terkejut, “Eh? Dia belum makan?”
Halilintar mengangguk, “Aku pergi dulu.”
Gempa tersenyum hangat seperti biasanya, “Iya Kak.”
Sekarang Halilintar sedang mengetuk pintu kamar adiknya. Namun, tidak ada jawaban dari dalam kamar itu.
Halilintar mengernyit heran, “Taufan nggak ada di kamar?”
“Ngapain di depan kamarku?” Taufan bertanya dengan nada tidak santai, raut wajahnya masih menunjukkan jika dia marah pada Halilintar.
“Eh, aku mau ngasih makan siang.” Sambil menyodorkan apa yang dia bawa tadi, dia tersenyum lalu pergi meninggalkan Taufan yang masih marah padanya.
“Makasih,” ucap Taufan dengan tidak ikhlas.
Halilintar membalas ucapan adiknya tanpa menghentikan langkah kakinya, “Sama-sama.”
Taufan memandangi segelas susu dan dua helai roti yang sudah dilengkapi selai kesukaannya.
Taufan mendengkus kasar, “Aku makan dulu deh, habis ini lanjut latihan lagi.”
Ekspresi Taufan masih tidak berubah, dia cemberut kesal. Taufan mengunyah roti dengan cepat, rasanya dia seperti melampiaskan emosinya pada makanan.
***
Halilintar saat ini sedang berada di belakang rumahnya. Dia menyiram bunga kesayangan mamanya, meskipun dia dibenci oleh orangtuanya. Halilintar merasa punya tanggung jawab untuk membantu pekerjaan orangtuanya di rumah. Orangtuanya sibuk bekerja setiap hari, jadi tidak sempat membersihkan rumah dan merawat bunga yang ditanam di belakang rumah.
Halilintar menata letak pot bunga di belakang rumahnya sambil bergumam, “Habis ini aku harus beli makanan buat makan malam, tapi aku harus bersih-bersih rumah dulu.”
Halilintar menyeka keringat didahinya, “Waktunya nyapu halaman rumah.”
Halilintar menyapu halaman rumahnya yang dijatuhi daun-daun kering. Setelah itu, dia membersihkan debu yang menempel dikursi, meja dan rumahnya.
“Akhirnya selesai juga,” gumam Halilintar.
Gempa terkejut melihat Halilintar membersihkan rumah sendirian lagi.
“Kakak harusnya minta bantuan Gempa tadi,” tutur Gempa sembari menata buku PR nya ke dalam tas.
Halilintar tersenyum lalu menggeleng, “Nggak perlu, kamu kan lagi sibuk ngerjain PR.”
“Um, oke. Gempa mau pergi main ke rumah teman, boleh kan?” Gempa bertanya sembari mengambil topinya.
Halilintar mengangguk lalu menepuk kepala adiknya dengan pelan, “Boleh, tapi jangan pulang larut malam.”
“Siap bos! Assalamualaikum,” ucap Gempa lalu keluar dari rumahnya dengan senyum yang tak pernah hilang.
“Waalaikumsalam,” gumam Halilintar lalu dia duduk di atas sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
eccedentesiast (Halilintar Fanfic)
FanfictionBahagia itu seperti apa? Season 1 & 2 ada dalam satu book Cast : Halilintar Adijaya, Taufan Adijaya, Gempa Adijaya, Solar Andreas, Ice Rachelion, Gentaro, Supra Handika, Sopan Handikara, Fanggio Dhanendra Warning! Boboiboy milik monsta, saya hanya...