“Hali kok nggak masuk sekolah?” tanya Yaya, dia duduk di bangkunya Halilintar.
Ice menunjukkan pesan yang dikirim Halilintar. “Izin nggak masuk, katanya Taufan lagi sakit,” balasnya.
“Ohh,” gumam Yaya, dia sedikit heran karena Ice kelihatan kesal.
“Cemburu karena nggak diperhatiin sahabatnya ya?” tanya Yaya, mencoba memancing sepupunya agar jujur.
“Dih! Apaan sih? Sok tahu kamu.”
“Oh beneran cemburu ternyata,” gumam Yaya setelah Ice beranjak pergi dari kelas.
“Cemburu dalam persahabatan ribet ya,” celetuk Lulu, dia menghampiri Yaya.
“Iya.”
Yaya dan Lulu melanjutkan percakapan mereka tentang persahabatan dan cemburu. Yaya menceritakan pengalamannya ketika dia pernah cemburu pada sahabatnya karena dia lebih dekat dengan orang lain. Lulu pun berbagi ceritanya tentang situasi serupa.
“Memang ribet ya kalau udah cemburu,” kata Lulu. “Tapi menurutku, yang terpenting adalah komunikasi yang terbuka dan jujur. Kita harus bisa bicara dengan sahabat kita tentang apa yang kita rasakan, tanpa takut dihakimi atau dijauhi.“
Yaya mengangguk setuju. “Iya, benar sekali. Kita harus bisa saling memahami dan saling mendukung.”
Percakapan mereka terhenti ketika bel berbunyi, menandakan bahwa pelajaran akan segera dimulai. Yaya dan Lulu kembali ke tempat duduk masing-masing.
Di sisi lain, Ice sedang duduk sendirian di taman sekolah. Dia merasa kesal karena Halilintar tidak masuk sekolah. Dia khawatir Halilintar tidak punya waktu untuknya.
Di kos tempat Taufan dan Gempa tinggal, Halilintar masih menyuapi Taufan dengan bubur dan sesekali mengganti air untuk mengompres dahi adik kembarnya itu.
Gempa saat ini masih di sekolah meskipun dia ingin merawat Taufan, tetapi sang kakak melarangnya izin tidak masuk.
Keesokan harinya.
Di sekolah, Ice dan Halilintar bertemu kembali. Ice masih merasa kesal karena Halilintar tidak masuk sekolah kemarin.
“Maaf ya, Ice, aku nggak bisa ke sekolah kemarin karena Taufan sakit,” kata Halilintar.
Halilintar melanjutkan ucapannya. “Oh iya, Taufan sama Gempa udah mau maafin aku, sekarang aku udah nggak musuhan lagi sama kembaranku.”
Ice menatap Halilintar dengan dingin. “Aku nggak peduli.”
Ice menunjukkan sikap dinginnya pada Halilintar. Halilintar yang merasa bingung dan kesal pun mulai meninggikan suaranya.
“Hei, apa maksudmu bersikap kayak gitu? Aku udah jelasin alasannya kan?” tanya Halilintar dengan nada kesal.
“Aku nggak peduli,” balas Ice ketus. “Lagian kamu juga nggak pernah peduli sama aku. Cuma Taufan dan Gempa juga Solar aja yang kamu pikirin.”
“Apa? Itu nggak benar!” bantah Halilintar. “Kamu salah besar!”
“Ngapain bawa-bawa nama Tuan muda Solar sih?” gumam Halilintar.
Perdebatan mereka semakin memanas. Halilintar dan Ice saling menuduh dan menyalahkan satu sama lain. Tak ada yang mau mengalah.
“Kamu egois, Hali! Cuma mikirin diri sendiri!” kata Ice.
“Kamu yang egois, Ice! Nggak mau ngertiin situasi aku!” balas Halilintar.
Perdebatan antara Ice dan Halilintar semakin memanas. Suasana di sekitar mereka mulai ramai, menarik perhatian teman-teman sekelas yang lain.
“Ice, Hali, kenapa sih kalian ribut-ribut?” tanya Yaya yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
eccedentesiast (Halilintar Fanfic)
FanficBahagia itu seperti apa? Season 1 & 2 ada dalam satu book Cast : Halilintar Adijaya, Taufan Adijaya, Gempa Adijaya, Solar Andreas, Ice Rachelion, Gentaro, Supra Handika, Sopan Handikara, Fanggio Dhanendra Warning! Boboiboy milik monsta, saya hanya...