35. Kalian mau aku mati?

477 65 0
                                    

Rahasia tentang Solar yang bukan adik kandung dari Rion dan Rain terbongkar. Seluruh siswa siswi kelas X ramai membicarakan hal itu.

“Tuan mu-” perkataan Halilintar terhenti karena Solar menepis tangan Halilintar.

“Kenapa ... Kenapa rahasiaku bisa bocor ke sekolah? Kamu ngasih tahu orang lain?” tanya Solar, dia mendorong Halilintar karena marah.

Halilintar menggeleng cepat. “Bukan saya!” teriaknya dengan panik, semua murid berbondong-bondong berkumpul di kelas X IPS, kelasnya Solar.

Sumpah, bukan Halilintar yang memberitahukan hal itu. Ini adalah rahasianya Solar, tidak mungkin dia menyebarkannya pada orang lain.

“Hahaha, pembohong!” seru Solar dengan sinis, dia tertawa hambar.

Solar berbalik ingin keluar dari kelas, tetapi kerumunan siswa siswi yang menghinanya dengan kata ‘Anak haram’ membuat Solar menunduk.

Baru kali ini semua orang melihat Solar menunduk di depan orang banyak.

Ice merasa tidak tega. “Bubar kalian! Dasar manusia nggak ada kerjaan!” teriakan Ice terdengar kencang membuat beberapa orang di sana memandangnya dengan tatapan tak suka.

“Kalian kalau cuma mau bikin rusuh di kelas orang lain mending angkat kaki dari kelas ini,” kata Yaya dengan tegas, dia adalah salah satu anggota osis yang disegani.

Tentu saja setelah Yaya mengatakan itu, beberapa siswa siswi ada yang lari ketakutan. Katanya takut dihukum Yaya, dia sadis kalau menghukum murid yang bermasalah.

“Anak haram!”

“Ibunya murahan ya!”

“DIAM!” bentakan dari Solar membuat suasana hening seketika.

“Jangan hina ibuku!” bentakan Solar keluar sekali lagi.

“Loh, kan bener kenyataannya gitu. Selama ini kamu selalu menghina kami kan, sekarang gantian kami yang menghinamu!”

Solar memukul meja di sampingnya dengan keras. Suara gebrakan meja itu membuat beberapa siswi lari ketakutan. Sisanya masih bertahan di sana untuk menghina Solar.

“Enak ya numpang hidup dikeluarganya Rion,” kata seorang siswa.

“Kayak benalu,” celetuk siswi di sampingnya.

Halilintar geram, dia ingin maju membela Solar. Namun, tatapan benci yang ditujukan padanya dari Solar membuatnya mengurungkan niatnya.

Halilintar lupa jika Solar salah paham padanya.

“Hidupku bukan urusan kalian, jadi lebih baik kalian pergi,” kata Solar, suaranya dia tahan agar tidak meninggi.

“Ngapain kamu hidup kalau cuma jadi benalu? Mending mati aja sana!”

“Iya, mati aja.”

“Cepetan mati nyusul ibumu sana!”

Keterlaluan, ucapan mereka itu. Rasanya Halilintar dan Ice ingin merobek-robek mulut mereka. Namun, itu tidak boleh mereka lakukan.

Solar menunduk lagi, dia berlari keluar kelas menabrak beberapa siswi yang ada di sana.

“Solar!” teriakan dari teman-temannya Halilintar tidak dipedulikan.

Halilintar dan Ice mencari Solar, mereka sampai berpencar dari lantai satu ke lantai dua. Di lantai tiga Yaya, Lulu dan Fifi juga mencari keberadaan Solar.

Solar itu masih 15 tahun, mentalnya tidak sekuat itu, dia masih remaja labil. Loncat kelas dengan kepintarannya sendiri membuatnya merasa dia unggul dalam segala hal.

eccedentesiast (Halilintar Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang