Part 18✯ Kunjungan

67 10 0
                                    

Dalam beberapa hari ini Wonu bolak balik rumah sakit. Setelah menyelesaikan jadwalnya dia pergi ke rumah sakit untuk menemani Arum. Butuh waktu tiga hari untuk Arum siuman dari pingsannya. Bukan hanya pingsan, tapi jantung nya hampir berhenti berdetak dan organ lainnya hampir berhenti berfungsi jika tak diselamatkan dengan cepat. Saat ini Arum terbangun dan melihat Wonu yang sedang sibuk menyusun pakaian di rak di samping tempat tidurnya.

"Eh, kamu udah bangun? Ada yang sakit? Mana yang sakit? Sini kasih tau aku" Wonu mulai duduk dan memperhatikan setiap inci tubuh Arum. Arum menggeleng pelan kepalanya. Ia menatap dalam mata Wonu dan perlahan ada yang menetes dari pelupuk matanya. Di sentuhnya wajah Wonu dengan tangannya yang lemah itu, perlahan Wonu menggenggam tangan itu dan mengecupnya lembut.

"Maaf.. maaf.. aku yang buat kamu jadi begini. Aku.. jahat ya? Kamu boleh kok gak maafin aku. Aku juga gak bisa maafin diri aku sendiri setelah apa yang terjadi sama Kamu sekarang." Wonu menunduk. Sesak dada nya melihat kondisi Arum saat ini akibat dia lalai. Perlahan dia merasakan ada tangan yang mengelus lembut kepalanya, dia melihat ke arah tangan itu. Ya, Arum tersenyum dan mengatakan dia baik-baik saja. Tidak ada yang salah disini. Jangan menyalahkan diri sendiri.

Saat Arum hendak duduk, segera dibantu oleh Wonu. Disuapi nya Arum makanan yang telah disediakan oleh Rumah Sakit dan mereka sedikit berbincang.

"Eomma sama appa boleh jenguk kamu disini? Aku... udah ceritain tentang hubungan kita. Kamu gak marah kan? Kalau aku beritahu mereka tentang kita?" Tanya Wonu perlahan.

"Aku Gak marah kok. Tapi kenapa mendadak sekali kamu beritahu mereka? Apakah mereka gak bakal marah? Atau mereka gak setuju? Aku takut.. takut mereka gak suka denganku " Ucap Arum.

"Kamu tenang aja.. mereka merasa senang malah. Selama ini mereka pikir aku gak normal, karena selalu bekerja, bekerja, dan bekerja. Gak punya satupun teman perempuan. Mereka kemarin berkunjung ke apart, jadi aku menceritakan semuanya. Dan mereka memutuskan hendak menjenguk calon menantu mereka disini, hari ini" ujar Wonu.

"Tapi aku bau gak ya? Aku kucel gak? Aku malu ketemu orang tua kamu dengan penampilan kayak gini..."

"Arum ku, kamu tetep cantik mau gimanapun penampilan kamu. Dan kamu...." Wonu mendekatkan hidungnya ke leher Arum. Menghirup aroma khas Arum. Hanya mendekat, tapi tak sampai bersentuhan. "Gak bau sama sekali kok" lanjutnya.

"ih, apasih. Hampir aja aku gak nafas karena kaget. Tiba-tiba kamu Deket banget kayak gitu." Ucap Arum sambil memukul kecil lengan Wonu. Mereka akhirnya tersenyum kembali setelah masa-masa menegangkan terlewati.

.

Setelah ia selesai membersihkan diri di kamar mandi, sekarang ia tampak lebih cantik dan rapi. Dia bersiap untuk bertemu dengan orang tua Wonu yang katanya sebentar lagi akan tiba untuk menjenguknya.

Tok tok~

Suara pintu terbuka dan menampilkan wanita paruh baya memasuki ruangan diikuti oleh suaminya dan Wonu di barisan paling belakang.

"Aiguuu.. kamu tidak apa-apa kan? Maaf ya eomma datang terlambat.." kata-kata pertama yang keluar dari mulut wanita paruh baya itu terdengar sangat hangat. Wanita itu ibunya Wonu. Seorang yang telah melahirkan sosok Wonu yang dipuja banyak orang. Bukan hanya wajah, melainkan kepribadian juga.

"Ini appa Wonu, saya eomma Wonu yang mulai sekarang akan jadi orang tua kamu juga.. terimakasih telah perhatian padanya disaat kami tidak ada ya.. dan eomma sedih mendengar apa yang terjadi sama kamu beberapa hari yang lalu, sedikit banyaknya kamu pasti tertekan menjalin hubungan dengan dia yang berprofesi seperti itu.." ujar eomma sambil mengelus pelan lengan Arum dengan tatapan hangat yang sangat dalam saat memandang lawan bicaranya sehingga tanpa sadar Arum meneteskan air matanya, sekujur tubuhnya merasa meleleh dengan kehangatan.

"Loh, ada apa? Kenapa menangis? Eomma salah bicara ya? Aduduhh.. maafin eomma, maaf.. duh sini sini sayang" eomma menghapus air mata Arum dan memeluknya, mengelus punggung Arum dengan lembut selayaknya anak sendiri. Karena memang mereka tidak memiliki anak perempuan sehingga ketika bertemu dengan Arum dia merasa seperti menemukan anak perempuan yang telah lama hilang sehingga tidak bisa menahan diri untuk tidak memberi Arum kasih sayang dan kehangatan yang berlimpah secara tiba-tiba. Kalau saja tidak memikirkan profesi Wonu yang sebagai idol, mungkin saja saat ini mereka sudah disuruh menikah dan memberikan cucu perempuan karena saking senangnya dia mendengar anaknya sudah memiliki pasangan.

Setelah tangisan haru itu mereda, barulah mereka berbincang-bincang dan mendekatkan diri satu sama lain. Kehangatan di ruangan itu menyeruak kemana-mana yang membuat Arum merasa mempunyai rumah kedua setelah orangtuanya.

Tak berapa lama dokter masuk dan memeriksa kondisi Arum.

"Kondisinya sudah stabil dan mulai besok sudah bisa pulang ya. Malam ini tinggal disini dulu untuk pemeriksaan terakhir." ucap dokter tersebut dengan senyum ramahnya.

"Sudah bisa pulang dok? Syukurlah..." ucap Wonu. "Terimakasih dok" lanjutnya.

"Iya sama-sama. Jangan lupa pakai pakaian hangat ya, karena sudah memasuki musim dingin dan suhu di Korea sangat minim, jadi harus pakai pakaian yang tebal agar tak terjadi hal serupa " lanjut dokter tersebut kemudian keluar dari ruangan.

"Malam ini biar eomma jaga disini, kamu gak perlu bolak-balik lagi, kamu dan appa pulang saja ke apartemen. Besok pagi jemput kami ya." Ujar eomma pada Wonu "Dan Kamu bilang apartemen kalian berhadapan, jadi Arum untuk sementara ini mulai besok tinggal di apartemen Wonu dulu ya, selama eomma ada disini eomma akan temani kamu sampai kamu benar-benar sembuh. Setelah nya baru kamu boleh pulang ke apartemen kamu." Lanjut eomma.

"Iya eomma.."

*

Sesampainya di apart, gorden jendela belum terbuka dan semua lampu mati yang membuat suasana menjadi gelap mencekam seperti malam hari.

"Wonu-yaa! Kenapa rumah ini menjadi gelap seperti rumah hantu?! Eomma kan menyuruhmu untuk menyiapkan rumah karena Arum akan tinggal disini sama eomma! Ini mana lagi nih saklarnya?!" Eomma mengomeli Wonu sambil berjalan memegang dinding mencari saklar.

"Chagi disini dulu ya" ucap Wonu pada Arum.

"Maaf, aku tiba-tiba tidak sempat untuk membereskan rumah terlebih dahulu. Eomma berdiri disini dulu temani Arum, biar aku yang menghidupkan lampu dan membuka gordennya"

Tak berapa lama gorden terbuka otomatis dan beberapa lampu hidup secara bersamaan dengan letusan surprise dari pernak-pernik yang menampilkan kejutan meriah, menyambut kepulangan Arum dari rumah sakit.  Wonu menghampiri Arum yang terkejut, dan membawanya ke arah meja tempat makanan dan cake yang tertata rapi dan cantik.

Arum lebih terkejut setelah melihat tulisan di cake itu "Happy 155 days". Dia sama sekali tak mengingat sudah berapa lama dia menjalin hubungan dengan Wonu. Malah Wonu yang sangat sibuk itu mengingat semuanya. Dan kenapa 155 days?

"Seharusnya kan peringatan 100 days yang biasa dilakukan di Korea. Tapi saat itu jadwal grup aku masih padat. Dan aku punya kesempatan saat sudah mau mendekati 150 days, itulah mengapa aku mengajak bertemu diluar karena ingin memberikan surprise dan dinner romantis sama kamu. Tapi... karena kelalaian aku...." Wonu menunduk tak bisa melanjutkan penjelasannya karena itu sangat menyakitkan. Mengenang bagaimana Arum berakhir di rumah sakit semua gara-gara dia.

Arum memeluk erat Wonu, mengerti apa yang dimaksudkan hati dan paham apa yang Wonu rasakan saat ini. Dia tak tega melihat Wonu yang menyalahkan diri seperti ini karena hal sepele yang sudah berlalu itu. Dia terharu tapi tak ingin menangis, ia menahannya agar Wonu tak merasa bersalah lagi.

"Gomawooo sayang.. aku.. bahagia sekali" ucap Arum dengan senyuman.

Ternyata Eomma dan appa ikut terlibat dalam rencana memberikan surprise ini, sehingga surprise bisa berjalan dengan hangat dan menyenangkan.

**

Idol Dan Translator Muslimah | JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang