Part 34✯ Selamat Idul Fitri

76 8 2
                                    

Ting!

[Kak, aku udah jalan nih, berdua sama Wonu Hyung. Gapapa kan kak?]

Sebuah chat masuk dari Rifki yang mengatakan dia sudah on the way menuju rumah Arum.
Ini lebaran kedua. Arum memutuskan untuk tinggal dirumah dengan kedua orang tuanya.
Sedangkan kak Leo pergi kerumah orang tua angkat kak Yoo Ra. Ya, kak Yoo Ra sempat tinggal sebentar di Indonesia dan mempunyai orangtua angkat muslim.

Kak Aydin? Tentu saja dia sedang berada di rumah calon mertuanya. Ternyata kabar bahagia yang waktu itu akan dibagikan oleh kak Aydin yaitu dia sedang menjalin hubungan baik dengan seorang wanita dan akan mencapai hubungan serius dalam waktu dekat. Kami semua bahagia mendengarnya. Kak Aydin sekarang berada di Malaysia. Wanita itu berkebangsaan Malaysia.
Tapi kalau di pikir-pikir lagi, tidak ada satupun dari keluarga Arum yang benar-benar mendapatkan pasangan satu country. Entah kenapa. Apa karena hubungan bisnis yang luas yang membuat keluarga mereka mengenal lebih banyak orang dari kalangan dan negara manapun. Mungkin karena memang sudah jodoh.

Hari ini Arum sudah memberitahukan kedua orangtuanya tentang kedatangan Rifki, seorang teman yang berasal dari Indonesia dan tinggal di Korea. Arum sudah menceritakan semuanya. Termasuk tentang Wonu juga.
Ibunya tau tentang hubungan Arum dan Wonu, karena Arum sering bercerita melalui telepon. Ibunya pun tau masalah yang terjadi antara Kak Leo dan Arum beberapa waktu lalu beserta penyebabnya. Maka dari itu Arum pun memutuskan berhijab guna mendengarkan nasihat dari ibunya.
Tapi baba, ayah dari Arum tak tahu apa-apa tentang hal itu yang berkaitan dengan Wonu.

"Halo kak, aku udah sampe nih, di depan gerbang no 177 kan kak?" Rifki bertanya melalui telepon di seberang sana.

Arum bergegas turun dari tangga tanpa memutuskan panggilan telepon nya dan menekan tombol untuk membuka pintu pagar dengan otomatis. Karena satpam mereka pulang kampung untuk merayakan idul Fitri.

Mobil sedan berwarna hitam glossy pun masuk ke pekarangan rumah Arum dan Arum sudah menunggu di teras dalam balutan gamis berwarna cream dengan perpaduan peachy pink dan berdiri dengan anggun menunggu Wonu dan Rifki keluar dari mobil tersebut.
Arum tidak sendiri, umma dan baba nya juga menemaninya menyambut teman Arum yang jauh-jauh datang untuk bersilaturahmi di hari yang Fitri ini.

"Assalamu'alaikum pak, Bu, kak Arum. Pak Bu, aku Rifki, temannya kak Arum." Rifki menyalami dengan takzim kedua punggung tangan orang tua Arum. Diikuti Wonu dari belakang.
Wonu sudah tau caranya, karena dia sudah belajar, dia juga menyalami dengan takzim kedua orang tua Rifki sewaktu tinggal di rumah Rifki.

Tapi kali ini tangannya agak basah, keringat dingin karena gugup. Dengan takzim dia pun menyambut kedua tangan orangtua Arum yang tersenyum ramah padanya.

"Pak, Bu, saya Wonu. Teman Arum dari Korea" dia memperkenalkan diri menggunakan bahasa Indonesia yang lumayan lancar. Kira-kira berapa lama dia belajar mengatakannya yaa?

"Silahkan masuk, ayo ayo" ajak baba Arum dengan mereka semua agar masuk ke dalam rumah.

Rumah yang mewah.
Wonu sedikit kagum melihat interior rumah Arum yang keseluruhan berwarna perak dengan langit-langit yang tinggi. Tapi dia tak terlalu menunjukkan nya. Begitupun dengan Rifki, dia melihat ke atas dengan mulut yang terbuka dan bergumam 'woah woah' dalam hati dengan ekspresinya itu.

"Silahkan duduk, nak." Baba Arum duduk di sofa dan mempersilahkan tamu anaknya juga ikut duduk. Dia senang melihat anak perempuannya mempunyai teman selain si indah dan Chae Ra. Arum yang berprestasi itu kurang bisa bergaul dengan berbagai macam orang, entah kenapa dia selalu membatasi diri. Tapi melihat keadaan sekarang sepertinya itu semua sudah berubah, semakin dewasa seseorang semakin dia tahu arah pergaulan yang baik dan memilih teman yang baik. Ada bagusnya berteman dengan laki laki karena sedikit banyaknya pasti bisa melindungi dia.

Arum pergi ke dapur dengan umma nya untuk mempersiapkan makanan dan minuman.

"Itu yang namanya Wonu? Yang selama ini kamu ceritain?" Tanya umma buka suara.

"Iya umma. Tapi, kak Leo gak setuju.."

"Ganteng. Manis. Sopan. Ngapain kamu mikirin kak Leo, umma setuju kok."

"Ya, tapi umma..."

"Iya umma tau apa yang kamu pikirin. Nak, Adam dan hawa saja yang terpisah jauh di belahan bumi dapat bertemu kembali dengan kekuatan jodoh dan kehendak Allah. Allah itu maha membolak-balikkan hati, siapa tau suatu hari nanti dia memilih Allah melalui Arum kan? Umma do'ain yang terbaik buat kalian.." umma mengelus pelan pucuk kepala Arum tanpa memudarkan senyumannya.

"Banyak kok contohnya. Kayak kak Leo kamu juga dapet Yoo Ra dalam keadaan Yoo Ra belum muslim. Tapi lihat sekarang? Dia berhijab. Kayak umma dan baba juga, jauh banget dari indo ke Turki, tapi ketemu juga. Intinya berdoa dan berusahalah.. dengan kehendak Allah semuanya akan mudah, insyaallah.."

"Iya umma, makasih banyak.." Arum memeluk tubuh umma nya. Dengan begini keyakinannya semakin kuat untuk tak melepaskan Wonu.

•••

"Ki, jangan cepet-cepet dong jalannya! Pegel nih!!" Arum misuh misuh dibelakang sambil memijit pelan betisnya yang sudah pegal karena terlalu lama berjalan. Tidak, bukan hanya berjalan biasa, melainkan menanjak!

Rifki mengajak Arum dan Wonu untuk camping di bukit, kaki gunung yang dulu selalu jadi tempat bermain Rifki semasa sekolah. Rifki hobi menanjak dan menaiki gunung. Dan itulah salah satu alasan mengapa Wonu ingin ikut Rifki ke Indonesia. Yaitu ingin merasakan euforia menaiki gunung yang ada di Indonesia dan camping bersama, apalagi saat ini ada Arum juga ikut menemani. Lengkap sudah.

"Sini pegang tanganku, biar aku bantu gendong" Wonu mengulurkan tangannya menggapai Arum yang ada dibawah.

"Gak perlu di gendong, aku cuma butuh istirahat aja. Ki, kita istirahat bentaran yak! Capek banget nih"

"Yaudah kak, duduk aja dulu. Nih mau minum?" Tawar Rifki, tapi Arum sudah memegang botol minum yang diberikan Wonu di detik sebelumnya.

"Nih udah ada kok. Kalian kenapa jago banget sih nanjaknya? Wonu lagi, kamu gak capek apa?" Tanya Arum yang agak heran melihat stamina laki-laki ini tidak ada habisnya.

"Kamu jarang olahraga ya? Cepet banget capeknya?" Tanya Wonu sambil memperbaiki hijab Arum yang sudah agak miring sana sini. Juga peluhnya yang tak henti.

"Iya. Emang jarang kok" Arum menjawab sambil memanyunkan bibirnya dan menatap ke arah lain.

"Kok gitu ekspresi nya? Kan aku cuma nanya sayang.. yaudah nanti kita olahraga bareng ya.." ucap Wonu.

"Kamu kan sibuk, mana ada waktu buat olahraga bareng aku?"

"Bakal aku sempetin! Aku bakal buat jadwal olahraga seminggu sekali sama kamu."

"Jangan di janjiin kalo gak mampu. Lagian aku bisa olahraga sendiri kok. Aku heran deh, kamu saat ini lagi sibuk-sibuknya loh, malah bisa sesantai ini disini sama Rifki"

"Sayang... Yang nyiptain waktu luang itu ya kita sendiri, yang bikin sibuk itupun ya kita sendiri. Jadi harus pintar-pintar mengatur waktu. Kalo gak pintar gimana aku bisa sama kamu saat ini coba? Itu karena aku pintar." Ucap Wonu penuh percaya diri.

"Iya.. pintar mencari kesempatan. Juga pintar merayu Jaehyung oppa biar bisa ngatur ulang jadwal kamu kan?"

"Kamu tau aja. Udah, kamu gak usah mikirin itu yang penting kita nikmatin waktu yang sedikit ini untuk bersenang-senang dan mengukir kenangan."

Rifki yang melihat dua sejoli itu hanya senyam-senyum dan mengangguk-angguk saja, sudah seperti obat nyamuk. Kasian.
Tapi Rifki malah senang, melihat kedekatan keduanya bahkan mengharapkan lebih untuk hubungan keduanya.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju tempat yang sudah di tentukan Rifki sebelumnya. Sambil berpegangan tangan Wonu membantu Arum berjalan hingga sampai di tempat camping mereka.

.
.
.

Idol Dan Translator Muslimah | JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang