Choi Seungcheol.

214 18 2
                                    

Ku lempar tas sekolah ku ke sembarang arah, aku berlari menuju dapur, mencium wangi aroma masakan bi Ina membuat perutku terasa lapar. Aku duduk kemudian kembali membaca buku sekolahku.

"Makan dulu non" sapaan bi Ina membuat ku menghentikan aktivitas ku.

"Iya bi" Aku tersenyum, "Ya sudah, saya pamit ke belakang ya non" mendengar itu aku pun mengangguk.

Sendok dan garpu tengah beradu membantuku untuk mengisi perut, ditengah asyiknya makan, sebuah surat diberi ke arahku. Aku pun sontak menoleh, ternyata itu Mama.

Mama memberi isyarat untuk membuka surat tersebut, wajah dinginnya masih sangat ku kagumi.

Lidahku kelu, sesaat aku terpikir apakah ini mimpi?

"Kau pernah bilang, kau akan selalu menuruti mama, apapun itu. Untuk membanggakan mama"

"Terima surat itu, nak"


***



Air mataku kembali jatuh, mengingat betapa berusaha kerasnya aku untuk membanggakan Mama, kejadian tersebut sudah setahun lalu.

Kini aku duduk di jendela kamarku sembari merengkuh kaki, ku tatap seluruh isi ruangan ini, ruangan gelap, dingin dan tak punya sedikitpun kasih sayang.

Ya, surat yang setahun lalu diberikan mama merubah seluruh hidupku demi membanggakan dia. Surat itu berisi lamaran pernikahan.

Aku dinikahkan dengan orang dari keluarga yang telah membuat hidup Kakak ku hancur, yang telah merubah hidup ku, memberiku luka kehilangan yang begitu hebat. Kakak ku, Sherin. Seorang wanita cerdas lebih dariku, dia memiliki kekasih yang sangat menyayanginya, namun hanya sampai mengetahui bahwa kakak ku tengah mengandung anak kekasih nya.

Ia ditinggalkan oleh seluruh orang, mama yang kemudian membencinya, kekasih yang meninggalkannya, aku hidup dalam bayang-bayang kakak ku. Ia tak lama bertahan dan ia pergi ke surga bersama bayi kecilnya, tidak. Kakak ku tidak bunuh diri, ia hanya tak kuat dengan fisiknya yang lemah. Tidak ada satupun yang peduli pada kakak ku, hanya aku. Sampai saat ini aku masih menyimpan dendam pada keluarga ini.

"Naina..." Mendengar namaku dipanggil, aku menoleh ke arah pintu, pria itu tengah berdiri di sana. Dia suamiku.

"Ayo makan, kamu lapar kan?" aku tak menggubrisnya. Ia kembali pergi, namun tak lama kemudian membawa nampan makanan.

"Aku pergi dulu, kalau ada apa-apa telpon aku" lagi-lagi aku hanya diam dan kembali menatap ke arah luar, seperkian menit, mobil pria itu melaju pergi.

Ia Seungcheol, suami ku. Ketakutan serta dendam ku sangat besar padanya, sifatnya yang terkadang dingin dan sesekali hangat seperti tadi membuat ku bingung, apa memang pribadinya yang seperti itu atau hanya berpura-pura?. Sudah setahun sejak aku menikah dengannya, tidak sedikitpun aku menerima dirinya, dia terlihat lembut nampun sangat angkuh. Sifatnya bagaikan tirani yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
Pernikahan ini masih tidak berujung, tidak ada kontrak apapun. Aku tak tau sampai kapan harus menjalani hubungan yang tidak jelas, bahkan kami tidak berbagi kamar, makan bersama, maupun bertegur sama.

Dia memberiku ruang, agar aku terjauh dari keluarganya dan juga keluargaku. Ia sengaja mengisolasi ku dari masa lalu, namun hal itu tak membuat ku tenang, malah aku semakin takut Pria ini akan membunuhku.

"Ah, kabar mama bagaimana ya" aku menggerutu sembari membuka ponselku, mencari-cari kabar mama, namun aku tak menemukannya, sial. Aku sangat membenci semua ini.

Imagination(You x Kpop Idol's) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang