24.

174 15 6
                                    














Chapter 24
**************
Haruskah aku percaya?












Di sebuah tempat jauh dari perkotaan, Ada dua orang yang sedang berdiri pasrah menatap kantor yang akan mereka tempati ke depannya. Ya, siapa lagi kalau bukan Ranty dan Juna.

Keduanya saling bertatapan karna memang tempat itu tidak sesuai dengan ekspektasi mereka. Benar benar kacau, bahkan papan nama kantor itu pun hampir jatuh.

"Lihatlah... Ini semua salahmu" Ujar Juna sambil mengangkat barang barang nya sambil berjalan meninggalkan Ranty yang berdiri sendiri.

Tak terima disalahkan seorang diri, Gadis itu ikut mengangkat tas berisi barang barang nya dan berjalan lebih cepat dari pria itu.

"Lihat kan,kau bahkan tidak punya rasa bersalah" Teriak Juna melihat Ranty telah masuk duluan.

Saat pertama kali membuka pintu itu, Ranty kaget setengah mati karna didalam kantor tersebut ternyata melebihi ekspektasi nya. Para petugas disana Ramah dan ruangan nya pun wangi. "Hahhhh...." Ranty menghela nafas." Kalau begini aku pasti akan betah bekerja disini"

"Permisi.." Seru seseorang dari belakang gadis itu.

Ranty langsung menoleh kearah sumber suara yang ternyata adalah seorang gadis. "Apa kau Detektif Ranty? Yang dikirim komisaris?" Tanya gadis itu.

"Iya itu aku" jawab Ranty bersemangat.

"Bagus!! Kalau begitu perkenalkan aku Shira,aku akan menjadi junior mu Bu" Ujar nya sambil menghormat kearah Gadis yang baru saja dipindahkan itu.

Ranty terkekeh melihat sosok Shira yang begitu bersemangat bertemu dengannya. Ia sambil tersenyum tentu saja menerima keberadaan orang yang akan jadi partner kerjanya ditempat baru itu.

"Biar aku tunjukkan ruangan mu Bu" Kata Shira mengarahkan Ranty.

Begitu melihat ruangannya, Ranty tersenyum tipis lega dengan keadaan ruang yang tidak terlalu buruk itu. "Hah..untuk apa aku mengeluh, secara kan pak komisaris melakukan ini untuk menghukum ku"

Ia langsung merebahkan punggungnya diatas kursi didepan meja. Saat meraba saku untuk mengambil ponsel, Ranty malah mendapat kan sebuah kertas yang sudah mengering dan keras karna terlalu lama berada disana.

"Apa ini? Aku pasti tidak mengeluarkan kertas ini saat mencucinya"

Tak menunggu lama gadis itu langsung membukanya untuk melihat isi didalam. Sontak ia teringat pada Alex Mengapa pria itu memegang secarik kertas itu bahkan diakhir hayatnya. "Ada sesuatu yang tak beres, Alex seperti ingin memberikan petunjuk padaku" Pikir gadis itu melamun.

"Kuharap ini bukan sesuatu yang mengecewakan"

Ranty pun membaca apa yang ada disitu dalam hati, tulisan yang ditulis pun tidak rapi yang menandakan Alex sangat terburu buru saat menulisnya. "Apa yang sebenarnya terjadi padamu??" Ucap Gadis itu. "Tunggu, bukankah ini sebuah alamat??"

Disitu Semangat Ranty kembali muncul seperti sedia kala karna berpikir bisa mendapat petunjuk lebih dari sana. Ia dengan cepat mengambil komputer nya dan mencari alamat yang tertulis.

Benar saja, Alamat itu menunjukkan sebuah pabrik perusahaan yang terletak jauh dari perkotaan. Ranty tersenyum puas sambil mencari informasi lebih tentang pabrik itu.

"Apa kaitan nya dengan Alex?"

********

Ceklekk!!

Brown eyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang