29.

179 15 5
                                    
















Chapter 29
*************
Theo Dan Frances Dyson




































Hari mulai gelap dan Theo hanya sendiri di meja makan meminum secangkir teh serta sepotong sandwich disampingnya. Ia tampak nyaman sambil membaca berita terbaru di ponsel tanpa menyadari Viviane telah pulang dan duduk dihadapan nya. "Dimana kakak?" Tanya gadis itu menatap tajam Theo.

"Dimana lagi? Kakakmu ada dikamar" Jawab Theo masih asik menatap layar kaca canggih itu.

"Kau bercanda? Kau meninggal kan dia sendirian?"

"Dia tertidur Vivi"

"Lalu kenapa kau disini? Bukan kah seharusnya kau berada dikamar mu? Bersama kakak?"

Mendengar itu Theo tampak kesal dan menyimpan ponsel yang ia pegang untuk menatap lawan bicaranya itu. "Kenapa kau cerewet sekali hah? Apa selain dilarang bertemu ibuku aku juga dilarang makan saat aku lapar?" Theo mulai serius dengan ucapannya.

 "Kenapa kau cerewet sekali hah? Apa selain dilarang bertemu ibuku aku juga dilarang makan saat aku lapar?" Theo mulai serius dengan ucapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walau begitu, batin gadis itu tidak juga terguncang. Ia merasa biasa saja bahkan setelah mendengar perkataan Theo yang mengungkapkan perasaannya.

Sambil memutar bola matanya Viviane menopang dagunya dan menatap sang kakak ipar didepan. "Jangan terlalu menyalahkan kami, kau sendiri juga bukan siapa siapa jika bukan karna kakak ku Jane"

Disitu lah emosi Theo memuncak namun tidak bisa ia luapkan. Terlihat jelas tangan dan matanya ingin sekali membalas ucapan Viviane yang begitu menyakiti nya itu. Tangan nya mengepal sementara gadis itu malah semakin senang menyaksikan nya.

"Biar aku tanyakan satu hal kak Theo, bukankah kau duduk disini karna menunggu wanita itu?"

"CUKUP!!" Theo bersuara keras dan bangun dari kursi nya.

"Hahaha ternyata benar kan, tidak salah aku kuliah Psikologi" Balas Viviane terkekeh lalu dengan santainya ia pergi dari sana untuk masuk ke kamarnya meninggalkan Theo seakan tidak terjadi apa apa.

Theo yang marah melempar cangkir teh dengan keras kelantai membuat semua pelayan yang ada disana kaget serta khawatir pada pria itu. Ia mengacak acak rambutnya kuat karna tak bisa membalas semuanya.

"T-tuan? Apa anda baik baik saja?" Tanya para pembantu sambil membereskan semua kekacauan yang terjadi.

Pria itu tak menjawab, dalam hatinya tertanam jelas bahwa suatu hari nanti ia akan membalas semua kesengsaraan yang keluarga itu ciptakan untuknya. Namun tiba tiba...

"Theo?"

Terdengar suara yang membuat pria itu terpaku dan menghela nafas nya. Perlahan ia mulai berbalik menghadap sumber suara yang menyebut namanya itu.

Brown eyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang