"Ayo, pulang sama aku,"
.
.
.
.
.
✧Derap sepatu yang kencang terdengar menyusuri lorong kelas di lantai dua, suara langkah kaki yang berlari itu sempat menarik beberapa atensi murid-murid yang sedang berjalan di lorong itu juga.
Dengan napas yang mulai berat, lelaki itu menuruni anak tangga, sebelah tangannya berpegangan pada pembatas tangga kemudian mempercepat langkahnya sembari turun.
Kini ia tiba di lantai satu, dan lelaki itu mulai kembali berlari, tak jarang pandangan matanya beredar guna mencari keberadaan orang yang ia cari.
Sampai langkahnya terpaksa berhenti saat lelaki itu tak sengaja bertabrakan dengan sang kakak seniornya sendiri tepat di belokan lorong.
Bugh!
"Astaganaga, sorry Kak! Sorry banget." Lelaki itu terdorong ke belakang kemudian berupaya kembali menyeimbangkan tubuhnya, lelaki itu mendekati kakak seniornya kemudian merapikan baju si senior.
"Jastin, kamu kenapa lari-larian di lorong, Dek?" tanya Marshal, lelaki itu baru saja keluar dari ruang guru. "Lagi butuh sesuatu?" Seperti paham dengan air wajah Jastin yang tampak gelisah, Marshal lantas bertanya demikian.
"Itu, Kak. Aku lagi nyari kakak aku,"
"Ashel?"
Jastin dengan cepat mengangguk, "Iya, Kak. Kakak tau di mana dia? Chat aku gak dibales sama Kak Acel."
"Terakhir liat sih dia lagi ngobrol sama Marsha di sekitaran kantin, ada masalah apa? Siapa tau kakak bisa bantu kamu." tawar Marshal pada adik seniornya.
Dengan cepat Jastin menerbitkan senyuman yang tipis sembari menggeleng pelan, "Bukan masalah besar, Kak. Makasih ya infonya, aku mau cari Kak Acel lagi. Permisi, ya, Kak!"
"Ouh, okay. Hati-hati Jastin, jangan lari-larian, bahaya kalo nabrak cewe."
"Iya, Kak!" Suara Jastin memelan karena lelaki itu sudah berlari cukup jauh dari posisi Marshal berdiri, Marshal hanya menatap lelaki itu dengan lekat sebelum akhirnya Marshal melanjutkan perjalanannya ke kelas.
Di sela-sela langkahnya, Jastin sedikit memelankan derap langkah. Sembari bergumam mengingat informasi yang baru disampaikan Marshal padanya tadi.
"Terakhir liat sih dia lagi ngobrol sama Marsha di sekitaran kantin,..."
"Kalau Kak Acel tadi sempat ngobrol sama Marsha ... itu artinya, oh-" Jastin terkesiap, ia langsung berlari menuju ke suatu tempat yang bisa ia pastikan menjadi lokasi kakaknya saat ini.
Melewati beberapa ruangan dan belok ke lorong kiri, ia melewati 4 ruangan kemudian berhenti ke pintu ke-lima. Ia berdiri menatap pintu tersebut yang tertulis di papan nama 'Ruang Osis' kemudian mengetuknya.
Tok.. Tok.. Tok..
Jastin dapat mendengar suara gaduh dari dalam sana, tak lama kemudian seseorang dari dalam ruangan tersebut membukakan pintu untuknya.
Bunyi decit pintu yang sedikit macet itu juga sempat terdengar oleh Jastin.
"Kamu?"
Senyum Jastin merekah, "Ada kak Ashel?"
Mulanya gadis itu hanya menatap Jastin lekat sebelum akhirnya melebarkan setengah pintu untuk si lelaki itu masuk.
Tanpa berucap lagi, Jastin langsung masuk ke sana kemudian mengedarkan pandangannya. Namun belum sempat ia melakukan hal tersebut, ia dibuat terkejut.
"Hiiii!" Jastin mundur selangkah dengan kondisi sebelah matanya berdenyut nyeri. Sungguh pemandangan yang tak pernah ingin ia saksikan.
Beruntung sekali suara Ashel memecah keterkejutan Jastin sehingga lelaki itu bisa memalingkan pandangannya, "Jangan diliat, biarin aja Kathrina sibuk sama pacarnya." ujar Ashel dari kursi yang tak jauh dari arah Jastin berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strategi dan Ambisi (FreFlo)
Teen Fiction[ Completed ] Cinta, Prestasi, dan Hobi. Tiga hal yang selalu terlibat dalam kehidupan manusia di fase remaja. Dari tiga di antaranya, hanya satu yang menurut mereka sangat layak untuk diperjuangkan, namanya adalah prestasi. Sekolah tentunya menjadi...