Chapter 15: Rahasianya

8.2K 766 293
                                    

"Tolong anggap obrolan kita malam ini sama sekali gak pernah terjadi."
.
.
.
.
.

Samar-samar Freya bisa mendengar suara napas seseorang, ia mulai membuka matanya perlahan dan mengerjab pelan.

Netranya dengan sayu mengedar, memperhatikan sekeliling sekaligus mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

Freya mencoba bangkit namun entah mengapa tubuhnya terasa berat dan tertahan oleh sesuatu, Freya yang kesadarannya masih sedikit menoleh ke arah samping kanan di mana ia mendapati Fisha tertidur pulas sambil memeluknya.

Kening Freya mengerut, ia bahkan menggosok matanya berkali-kali melihat pemandangan ini. Dengan gerakan terburu-buru ia mencoba mengambil posisi yang pas untuk melihat jelas wajah Fisha.

Di saat itu jugalah, kedua kelopak mata Fisha terbuka secara perlahan.

Freya tentu dibuat terpaku karenanya, setelah kedua mata itu terbuka sedikit, Fisha menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum tipis.

"Hai," sapa Fisha dengan lembut.

Gadis mungil itu meringsut kemudian semakin dekat dengan Freya, benar-benar mengikis jarak agar kedua tubuh mereka bisa bersentuhan langsung.

Fisha kembali memeluk Freya lebih posesif dari sebelumnya. Freya yang kesadarannya belum terlalu pulih tentu dilanda kebingungan.

"Ada apa ini? Kenapa ..."

"Kamu ngantukan ternyata orangnya," kekeh Fisha sembari menduselkan wajahnya di lengan Freya.

Sejenak terdiam mencerna ucapan Fisha akhirnya Freya sadar bahwa dirinya pasti tertidur. Fisha baik sekali sampai memindahkannya ke kasur, Freya jadi tak nyaman.

Freya akhirnya mencoba bangkit dan duduk bersandar, ia mengusap matanya beberapa kali sembari mengatur napas. Tak sadar Fisha di sebelahnya juga ikut bangkit dan kini sedang menatapnya lekat. Entah mengapa tubuhnya terasa sangat lelah, kepalanya sempat terasa berat.

Tangan Freya mulai bergerak mengusap perutnya dengan ekspresi yang berubah, alisnya menyatu, "Perutku agak mules, kenapa ya?"

"Mana?" Kali ini tangan Fisha berinisiatif masuk ke baju Freya dan mulai menyentuh perut gadis itu.

Fisha mengusapnya lembut, berusaha membuat Freya nyaman dengan harapan rasa mules di perut Freya ikut memudar.

Freya hanya diam, cukup menikmati usapan lembut dari sang empu yang ditanya.

"Enak?"

Freya hanya memejamkan matanya sambil mengangguk, "Tapi masih mules, kayanya gara-gara es jeruk tadi, deh." beber Freya, masih dengan mata yang terpejam.

"Tunggu sebentar, aku ambilkan minyak kayu putih. Biar perut kamu anget," usul Fisha, belum sempat menyetujuinya gadis itu sudah melenggang pergi dari tempat.

Sekembalinya Fisha ke kamar, gadis itu membawa sebotol minyak kayu putih. Ia segera kembali duduk di dekat Freya.

Freya mengulurkan tangannya, meminta minyak kayu putih di genggaman Fisha. "Biar aku yang pakein, ya?"

"Aku bisa sendiri, aku bukan anak kecil tau." kelakar Freya sambil tertawa kecil. Namun, Fisha tetap kekeuh menolak.

"Kamu tamuku di sini."

Freya sempat tercengang kemudian tersenyum.

Ia sudah terlebih dahulu menuangkan minyak tersebut ke telapak tangannya kemudian mengusapnya, Fisha mulai kembali memasukkan tangannya di baju Freya dan mengusap pelan perut gadis itu.

Strategi dan Ambisi (FreFlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang