Chapter 11: Jealous

8.8K 803 116
                                    

"Dia memang kaya gitu, gausah baper!"
.
.
.
.
.



"Astaga, kalian berdua kenapa bisa sampai basah kuyup gini?!"

Ara dibuat terkejut ketika dirinya membuka pintu dan mendapati adiknya pulang basah kuyup, juga membawa seorang anak SMP bersamanya.

Memang, mulanya Ara mengira gadis yang dibawa Freya adalah anak SMP karena ukuran tubuhnya, namun saat Ara menatap pakaian seragam yang dikenakan gadis mungil itu persis dengan seragam Freya, barulah Ara sadar bahwa gadis itu bukan anak kecil melainkan gadis sepantaran adiknya.

"Katanya cuma pergi ke mall, kok sampe basah kuyup begini?" Ara mempersilakan keduanya untuk masuk.

"Iya, Kak. Tadi aku emang sempat ke mall sebentar sama dia, tapi kami lanjut main ke taman sampe kesorean dan kehujanan." jelas Freya pada sang Kakak. Ara mengangguk sebagai respons, gadis berusia 18 tahun itu langsung mengarahkan keduanya ke kamar mandi.

"Kalian mandi dulu, jangan lupa keramas. Takut masuk angin," tutur Ara. "Kakak buatin kalian susu hangat dulu." tambahnya.

Keduanya hanya mengangguk, Fisha tak lupa mengucapkan terima kasih pada Ara.

Suasana di rumah mereka masih bisa dikatakan sepi karena Ayah dan Bunda mereka masih bekerja. Namun, jika Ayah dan Bunda mereka belum juga pulang di saat jam pulang mereka tiba, itu pertanda keduanya sedang berbelanja bulanan, selalu seperti itu.

Maka orang yang selalu siap sedia untuk anak-anak yang tinggal di rumah itu adalah Ara, si kakak sulung.

Sekitar setengah jam, keduanya sudah menyelesaikan kegiatan bersih-bersih, keduanya berganti pakaian di kamar Freya.

Freya rasanya ingin tertawa karena baju yang dikenakan Fisha terlihat kebesaran. Tak heran, karena itu baju milik Freya yang rata-rata berukuran besar dan panjang.

Singkat cerita, keduanya sudah merasa lebih baik dari sebelumnya. Kini keduanya masih berada di kamar. Freya duduk di atas ranjang sementara Fisha di bawah, karena Freya menawarkan diri untuk mengeringkan rambut Fisha dengan handuk. Jadilah Fisha duduk anteng di bawah sementara Freya sibuk menggosok rambut Fisha.

Tak lama setelahnya Freya menyelesaikan kegiatan tersebut, ia berdiri dan berjalan mendekati pintu kamarnya kemudian menggantung handuk yang sedikit lembap itu di sana.

Fisha ikut berdiri dan merapikan rambutnya, "Ada sisir gak?" Freya kembali berjalan mendekat ke meja di samping lemari pakaiannya kemudian meraih sisir yang langsung ia serahkan pada Fisha, "Nih."

"Makasih."

Freya mengangguk sambil tersenyum tipis.

Dirinya hanya bersandar pada lemari, menatap Fisha yang kini sibuk menyisir rambut dengan telaten. Kalian tau? Bahkan sampai detik ini masih saja ada rasa tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya ini.

Gadis cantik ini, dulunya adalah seseorang yang pernah menjadi alasan Freya selalu bersemangat untuk pergi ke sekolah. Setiap hari tanpa absen, bahkan jika sakit dan harus berakhir di UKS sekalipun, Freya rela demi melihat seorang Flora Nafisha secara langsung.

Tatapan Freya mulai berubah menjadi sayu dengan senyuman tenang yang kembali menghiasi wajahnya. Kedua tangan berpangku di dada dengan kepala bersandar di pintu lemari. Masih menatap kegiatan Fisha, gadis itu juga tampaknya masih sibuk sendiri sehingga tak menyadari tatapan kagum Freya.

Fisha mulai meletakkan sisir tersebut di meja, berganti dengan tangannya yang mulai menyisir rambut ke belakang telinganya.

Senyum Freya semakin melebar, "Gitu udah cantik, kok." pungkasnya. Fisha mengerjab beberapa kali, kepalanya menoleh ke kiri tepat di mana Freya saat ini tengah berdiri.

Strategi dan Ambisi (FreFlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang