2. Bersin (Marsha)

3.9K 160 8
                                        

Aku terduduk dengan lesu dan letih di bangku ku. Kutelungkupkan kepalaku di meja, berharap bisa mengurangi sedikit rasa pusing yang kurasakan. Hidungku pasti terlihat berwarna merah saat ini. Apalagi ingusku yang kadang keluar dari sana.

Ini semua gara-gara ashel yang tadi malam mengajakku keluar untuk menemaninya mencarikan kado pacarnya. Padahal malam kemarin hujan dan dingin banget. Sempat terpikir untuk menolak ajakannya. Tetapi tidak tega saat kupandang wajahnya yang sangat memelas itu.

Alhasil hari ini aku terkena flu yang cukup parah.

"Aduhh sha sorry banget. Gara-gara gue lo jadi kayak gini." Ucap ashel dengan rasa bersalah dan khawatir.

"Kayaknya kamu lebih baik ke uks deh sha." Indah, kakakku memberiku saran.

"Iya sha udah parah banget ini." Tambah Kathrin, sahabatku.

Mau tidak mau aku akhirnya pergi meninggalkan kelas dan berjalan dengan gontai menuju UKS. Kak indah awalnya menawarkan diri untuk mengantarku, tetapi aku tolak. Toh, bentar lagi juga bel masuk. Bisa-bisa malah dia telat lagi gara-gara aku.

Aku mengeluarkan tisu yang sengaja kubawa dari rumah dan memakainya. Hahh gini amat. Kulangkahkan kakiku memasuki koridor ruang kelas 12. Mataku berkeliling melihat-lihat ke dalam kelas-kelas tersebut. Mencari tau apakah ada kakak kelas yang cakep untuk sekedar mencuci mata hehe.

Tak lama setelah itu, hidungku terasa sangat gatal dan menggelitik. Ahh lagi?

Hachiii!!

Bersin yang keluar tiba-tiba tentu tak bisa kuhindari. Kuusap hidungku untuk membersihkan sisa bersin. Kepalaku sedikit pusing karena itu. Aku kembali melangkah ke depan hendak melanjutkan perjalanan menuju UKS. Tetapi langkahku terhenti saat netraku dihadapkan dengan seragam sekolah yang sama dengan seragamku.

Kudongakkan kepalaku untuk melihat siapa sosok yang menghalangiku ini. Terkejut bukan main saat mataku bertatapan dengan mata orang yang menghalangi jalanku. Terlihat di netraku mata yang terlihat dingin dan tajam itu, serta kurasakan auranya yang cukup menyeramkan. Kalo tak salah ingat dia kan kakak kelas yang paling populer disini.

"Lo- berani beraninya!"

Aku hanya melongo heran melihatnya yang seperti marah kepadaku. Memangnya apa salahku? Kutolehkan kepalaku ke sekitar berharap kalo dia bukan berbicara kepadaku, tetapi nihil. Tidak kutemukan siapapun di sekitar. Kuarahkan lagi pandangan ku kepadanya. Ah siapa ya namanya? Oh iya Gita Sekar.

"Kak gita ngomong sama aku?"

Kulihat keningnya mengerut saat aku menanyakan pertanyaan itu. Kenapa lagi sih? Aku salah apa ya tuhan. Tubuhku sedikit gemetar ketakutan saat tatapannya semakin menajam kepadaku.

"Siapa lagi kalo bukan lo?" Ucapnya dengan nada kesal.

"Loh git? Ngapain lo berdiri disini?" Sebuah suara datang dari arah belakang kak gita. Membuatku dan kak Gita mengalihkan atensi ke arah sumber suara tersebut. Terlihat seorang kakak kelas yang sepertinya teman kak gita.

"Diem lo niel. Masuk aja sana. Gue masih ada urusan disini." Ucap kak gita dengan kesal. Mata kakak kelas yang bernama oniel itu pun beralih ke arahku.

"Hei adik manis, boleh kenalan nggak?"

Apasih ini kakak kelas. Genit amat. Ingin rasanya tidak kujawab pertanyaan itu, tetapi aku takut kalo dia malah ikutan marah seperti kak gita. Hei hei bukankah ini pembulian terhadap adik kelas?

"M-marsha kak." Ucapku sedikit terbata.

"Marsha? Adiknya indah?"

Eh ternyata dia mengenal kakakku.

Gita & Cerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang