44. Ujian (Flora)

1K 122 10
                                        

Flora menghela nafas dengan kasar. Kepalanya terasa pusing sekali. Ia bolak-balik melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan mungilnya. Waktu ujian hanya tersisa 30 menit lagi, namun masih ada 10 soal ujian yang belum bisa ia jawab. Ia menengok ke arah depan dan melihat gurunya sedang sibuk menata beberapa berkas di mejanya.

Kesempatan emas!

"Ssstttt.... Del! Adel!" Bisik Flora.

Ia berusaha memanggil Adel yang duduk di bangku belakangnya. Karena cukup lama tidak mendapat balasan, Flora diam-diam melirik ke arah belakang. Ia menepuk jidatnya ketika melihat temannya itu malah sedang tertidur dengan nyenyaknya.

"Buset nih anak! Bisa-bisanya tidur pas lagi ujian." Gumamnya tak percaya.

Dengan helaan nafas lelah, Flora kembali menoleh ke kanan kiri dan berkali-kali berbisik memanggil nama teman-temannya, namun tak satu pun yang memperhatikannya. Flora benar-benar merasa kesal.

"Baik, anak-anak. Waktu ujian tinggal 10 menit lagi."

Dalam sekejap Flora menjadi begitu panik. Ia dengan frustasi memanggil semua teman yang ada di dekatnya dengan cukup keras, namun terhenti ketika sebuah gulungan kertas kecil mendarat di mejanya. Diliriknya aasal kertas itu, seketika raut wajahnya berubah menjadi kesal. Kertas itu berasal dari siswa yang duduk di depannya, Gitasena. Siswa menyebalkan yang selalu mengganggunya setiap waktu. Dengan dengusan kesal, Flora membuka kertas tersebut.

'Jangan berisik, bodoh!'

Perempatan siku-siku muncul di kening Flora. Seenaknya saja ia mengatai dirinya bodoh.

"Dasar kulkas dua pintu." Bisik Flora kesal.

Tentu saja Gita mendengar perkataannya itu. Gita kemudian melemparkan sebuah kertas lagi pada Flora. Flora membuka kertas tersebut.

'Botol yakult!'

Hah?! Setelah mengatainya bodoh, sekarang ia mengatai Flora botol yakult? Benar-benar menyebalkan.

Dengan kesal Flora melemparkan pensil yang ia gunakan untuk ujian tepat ke kepala Gita. Gita meringis kesakitan ketika merasakan sesuatu mengenai belakang kepalanya, segera ia menatap Flora dengan tatapan tajamnya.

Tidak takut, Flora menatap balik Gita dengan sengit sampai akhirnya Gita mengalihkan tatapannya ke arah sebuah pensil yang jatuh tergeletak di bawah kursinya. Diambilnya pensil itu sambil melirik sinis ke arah Flora. Lalu tanpa rasa kasihan sedikitpun, Gita melempar pensil Flora keluar jendela dan tersenyum penuh kemenangan.

"Pensilkuu....." Cicit Flora dengan pelan. Ia menatap jendela tempat pensilnya dibuang kemudian menatap penuh amarah ke arah Gita. Belum sempat meledakkan anarahnya, suara gurunya mengintrupsi mereka.

"Baik, waktunya telah habis. Tinggalkan pekerjaan kalian di meja dan segera keluar dari ruangan ini."

"Eh?! T-tapi pak, saya belum sele-"

"Tidak ada tapi tapian, Flora. Letakkan pekerjamu dan keluarlah dari kelas ini."

Flora dengan terpaksa meninggalkan ruangan dengan langkah gontai. Ia yakin pasti ujian kali ini nilainya akan jelek. Ditengah kesedihannya, Flora kembali teringat akan Gita. Sosok pemuda menyebalkan yang telah membuang pensilnya.

"Hei, Kulkas dua pintu!" Teriak Flora sambil menunjuk-nunjuk pemuda itu. Gita yang merasa dipanggil hanya menoleh sambil memasang raut datarnya.

"Apa?"

"Apa matamu! Gara-gara kau, aku jadi tidak bisa menyelesaikan ujianku! Dasar tidak punya hati!" Teriaknya tepat di depan muka Gita.

"Hmm.... Meskipun aku mengembalikan pensil itu padamu, kau tetap tidak bisa menjawab sisa soal itu, kan? Jadi, lebih baik aku buang saja." Jawab Gita dengan kalem.

"H-hikss... T-tapi aku...." Flora mulai terisak.

Gita yang tidak tega mengusap-usap kepala gadis itu.

"Sudah-sudah jangan menangis, maafin aku. Tenang saja....." Gita menjeda kalimatnya.

".......kau kan masih bisa mengikuti remedial, botol yakult. Hahaha."

Dengan tanpa dosa, Gita berlari kencang sambil tertawa mengejek ke arah Flora. Flora hanya menatap kepergiannya dalam diam. Ia kemudian mengusap air mata yang tadi sempat mengalir di pipinya. Sebuah seringaian lalu muncul menghiasi wajah cantik gadis itu.

"Fufufufu, sayang sekali, Gitasena-chan. Tapi, kali ini aku yang menang."

.
.
.

~ Ujian ~
.
.
.

Epilog:

"Baik, waktunya telah habis. Tinggalkan pekerjaan kalian di meja dan segera keluar dari ruangan ini."

"Eh?! T-tapi pak, saya belum sele-"

"Tidak ada tapi tapian, Flora. Letakkan pekerjamu dan keluarlah dari kelas ini."

Flora dengan tidak semangat, tanpa sengaja menoleh kebelakang dan melihat Adel sedang membereskan peralatannya. Ia lalu melirik Gita yang berjalan meninggalkan kelas dengan langkah angkuhnya. Sebuah ide terlintas di benak Flora.

"Del, pinjam pensil buruan!" Sergah Flora ke Adel.

Adel yang terkejut segera memberikan pensilnya pada Flora sebelum ia meninggal ruang ujian. Lalu dengan cekatan, Flora mengambil lembar jawaban di meja Gita dan mengganti nama disana menjadi 'Flora Shafiqa'. Ia juga mengganti nama di lembar jawabnya dengan nama Gita. Setelah itu ia segera meninggalkan ruang ujian sebelum guru mengetahui apa yang ia lakukan.

'Hahaha, makanya jangan pernah macam-macam dengan Nona Flora.' Batinnya sambil tersenyum penuh kemenangan.

.
.

End.
.
.

Fufufufu, lucu juga ngebayangin tingkah jahil kedua insan ini.

Seperti biasa, jangan lupa vote ya babi 🐷

Adiosss

© MgldnMn

Gita & Cerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang