Kumpulan cerita oneshoot tentang Gita x Other member JKT48.
Disclaimer!!!
•Cerita ini 100000% FIKSI!!!
•GxG
•BxG
•Gender Bender
•Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh, latar, typo, dll.
•Kritik/saran diterima dengan senang hati.
Enjoy!
Malam ini, Gita menatap kosong pada sosok wanita yang tengah terbaring di depannya. Namun manik matanya tetap sarat akan cinta dan juga kasih sayang yang kepada sang wanita tersebut.
"Hai, Chik...." Gumam Gita pelan.
Wanita itu tak menjawab. Matanya terpejam rapat seolah-olah tak ingin terbuka lagi. Tak terasa air mata mengalir turun di pipi Gita. Menetes dan membasahi punggung tangan sang istri, Anchika. Tangan besarnya mencoba menyentuh wajah pucat nan dingin sang istri, namun ia urungkan. Ia tak lagi bisa menyentuh wajah cantik nan ayu tersebut.
Tak lama, dari kamar lain terdengar suara tangisan seorang bayi. Dengan cepat Gita segera beranjak dari tempatnya menuju kamar bayi. Ia mengusap air mata di pipinya dengan kasar. Tidak ingin anaknya itu melihat sang ayah yang tampak lemah.
"Sssshhhh~~~" Desis Gita menenangkan anaknya.
Ia meraih bayi yang baru berusia satu bulan tersebut ke dalam dekapannya. Maniknya menatap sedih sang bayi yang masih tak berhenti menangis sekalipun sudah ia timang timang.
"Ssshh.... Tenanglah sayang...." Bisik Gita. "Mulai hari ini ayah yang akan menjagamu. Karena i-ibumu... Ugh-"
Kata-kata Gita terhenti. Matanya berkaca-kaca. Dan semakin berkaca-kaca ketika si anak tak mau berhenti menangis dan malah semakin menjadi.
"Ssshh..... Tidur ya sayang~"
Ini semua salahnya. Kalau saja ia tak melakukan kesalahan seminggu lalu, mungkin Chika tidak akan menghukumnya dan meninggalkannya dengan anaknya sendiri.
Dengan rasa bersalah Gita menepuk-nepuk pelan agar bayinya tersebut bisa tenang dan tertidur. Di tengah-tengah kegiatannya itu, tiba-tiba....
Krieeettt.........
Pintu kamar bayi itu terbuka dan menampilkan sosok wanita muda dengan paras cantiknya yang begitu menawan.
"C-chika..." Ucap Gita lirih.
"Apa?" Tanya Chika dengan ketus.
Gita menggelengkan kepalanya lalu mengusap air mata yang tadi sempat keluar dengan punggung tangannya.
"K-kau tidak jadi menghukumku?" Tanyanya dengan penuh harap.
"Siapa bilang nggak jadi? Tentu saja jadi. Aku kemari hanya untuk memberi asi ke anakku."
"Tentu saja karena sudah seminggu sejak kau tidak memberiku jatah malam sebagai hukuman. Dan kau berencana akan melakukannya selama tiga bulan? Aku bisa mati Chika..." Seru Gita.
Chika hanya mendengus melihat tingkah suaminya yang absurd itu.
"Aku baru saja selesai operasi, bodoh. Kau pikir tidak sakit jika setiap malam harus memberimu jatah?"
Gita hanya memalingkan wajahnya tanpa menjawab. Tangannya menggaruk-garuk pipinya yang tidak gatal.
"Lagipula itu juga hukumanmu karena sudah mengajak sekretaris genit itu ke restoran minggu lalu!"
"Astaga, Chika! Itu hanya rapat!" Elak Gita.
Ya, memang minggu lalu Gita mengajak karyawannya rapat di sebuah restoran. Dan kebetulan sekali, Chika melihatnya sedang berduaan di ruang VVIP bersama dengan sekretarisnya -yang menurut Chika genit padahal biasa saja-. Jadilah seminggu lalu Chika marah dan menghukumnya dengan tidak memberi jatah selama tiga bulan penuh. Dan ia juga harus merawat segala keperluan bayi mereka sendiri.
"Terserah..." Ucap Chika datar. "Oh ya, tadi kau ke kamarku dan bilang 'Hai, Chik' untuk apa? Kau seperti suami yang ditinggal istrinya."
"Kamar kita, Chika." Ralat Gita.
"Itu... Kamarku!" Ucap Chika dengan aura yang mengancam.
"Iya.. iya.. itu kamarmu." Pasrah Gita. Ia tak mau mengambil resiko dan mengiyakan apapun yang dikatakan Chika.
"Sudah tidur." Gumam Chika. Ia menatap bayinya yang sudah kembali tertidur. Kemudian ia meletakkan sang bayi kembali ke dalam box tidurnya.
"Aku mau tidur lagi. Kau seperti biasa tidur di kamar tamu." Ucap Chika datar dan berbalik hendak keluar kamar.
"Ck!" Decak Gita kesal.
Chika yang sudah berjalan beberapa langkah di depan berhenti. Lehernya berputar selidiki dan matanya menatap tajam ke arah Gita.
"Apa kau baru saja berdecak kesal?"
Tubuh Gita menegang, "T-Tidak."
"Bagus."
Gita hanya bisa tersenyum miris sambil menatap murung ke arah Chika yang berjalan keluar dari kamar. Ia menghela nafas pasrah, lagi dan lagi ia tidak dapat berkutik jika di depan istrinya. Sepertinya, selama tiga bulan kedepan malam-malamnya akan terasa tragis baginya.
. . .
~ Malam Tragis ~ . . .
Hmm..... lama juga tidak bersua pasukan babi. Masih ada yang menunggu kah cerita wp