bab 4

424 61 18
                                    

Happy reading

.

.

.

.

Disinilah Mawangga berada, menatap lurus pada sosok yang kini sedang fokus mengendarai kuda pacunya memutari area balap kuda, ini sudah putaran akhir dari sejak wasit menyembunyikan peluit tanda dimulainya perlombaan.

Dan Mawangga sudah menghela nafas ratusan kali saat itu hingga membuat wanita cantik di sampingnya kesal dan memasang wajah cemberut.

" Kenapa kakak sangat menyebalkan".

" Memang apa yang aku lakukan? Aku tak melakukan apapun Monica".

" Aku tahu kakak tidak melakukan apapun saat ini, tapi hembusan nafas yang terus kakak lakukan itu membuatku kesal. Bisa tidak kakak lihat perlombaannya setenang mungkin, lihat kak bahkan Kayana bisa melakukan itu meski sedang berlomba".

" Kayana...Kayana....Kayana, selalu saja dia yang kau sebutkan...hah apa hebatnya dia bagimu?".

" Kakak tidak lihat dia sangat hebat berkuda? Lihat tubuh tingginya bahkan tetap terlihat gagah meski penuh keringat...dia benar benar terlihat sangat...".

" Seksi...dia terlihat seksi bukan Monica?". Ucap Bagaskara yang kini sudah ada di belakang mereka dengan mata yang menatap puas pada Kayana.

" Benar dia terlihat sangat seksi di atas kudanya...dia".

" Monica...".

Mawangga menyebut nama tunangannya dengan nada bicara yang terdengar menekan membuat gadis itu menoleh dan menunjukkan wajah yang sedikit terkejut begitu juga Bagaskara.

" Cukup...lagipula sejak kapan kau suka melihat balap kuda seperti ini".

" Sejak Kayana menjadi temanku".

" Hah? Teman? Kau berteman dengan pria itu?".

Monica mengangguk pelan, wajah wanita itu bahkan menyunggingkan senyum saat kembali menatap Kayana yang sebentar lagi akan tiba ke garis finish.

" Teman? Sejak kapan?".

Mawangga menoleh pada Bagaskara yang kini hanya bisa mengedikkan bahunya atas pertanyaan yang Mawangga ajukan saat ini, sedangkan Monica tak lagi mengindahkan ucapan sang tunangan saat ini. Wanita cantik itu sibuk bersorak senang saat kini Kayana telah keluar menjadi pemenang dari lomba balap kuda itu, Monica bahkan mulai melambaikan tangannya antusias saat Kayana menatapnya dengan penuh senyuman.

*** 2 bulan lalu

Kayana menatap benda pipih miliknya seakan sedang memikirkan hal yang bertentangan dengan hatinya, pria itu terus menghela nafas pelan sebelum akhirnya dia mengangguk pelan seakan meyakinkan dirinya jika apa yang akan dia lakukan itu benar.

Pria manis itu mulai membuka sebuah aplikasi pesan yang ada di benda pipihnya saat ini, jarinya mulai menari menulis sebuah pesan di aplikasi itu untuk seseorang hingga akhirnya dia kembali menghapus pesan itu tanpa berniat mengirimnya.

Poison of Flower (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang