bab 11

356 61 16
                                    

Happy reading

.

.

.

.

      Mawangga tersenyum kala kini di lihatnya sosok Kayana sedang menatap sekumpulan bunga matahari dari balik kursi restoran yang pernah mereka datangi.

" Aku tahu kau pasti ada di sini".

      Kayana menoleh saat mendengar suara Mawangga di sana, tatapan tak suka kini bahkan pria itu pancarkan pada sosok di depannya. Kayana bahkan segera beranjak dari tempatnya duduk dan mulai melangkah pergi sebelum tangannya di genggam erat oleh Mawangga.

" Jangan pergi lagi Kayana, aku mohon...".

      Kayana menatap diam sosok Mawangga yang kini menatap dirinya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

" Lepaskan aku tuan, kau tak lihat semua orang menatap ke arah kita?".

" Aku tak perduli...aku".

" Jika kau ingin bicara maka jangan di sini, aku tak suka menjadi tontonan semua orang".

      Mawangga melepaskan genggamannya pada tangan Kayana membuat pria itu kini mulai melangkah pergi diikuti oleh Mawangga, tak ada sepatah katapun yang mereka ucapkan hingga kini mereka sudah berada di sebuah tempat di tepi danau.

      Sebuah tempat yang sering Kayana datangi bersama Aiden kini akan menjadi saksi sebuah perdebatan tentang perasaan.

      Kayana berdiri menatap danau di depannya sebuah pria itu harus dikejutkan dengan sebuah ciuman memaksa dari seorang Mawangga.

Plak

      Sebuah tamparan Kayana layangkan pada sosok Mawangga saat ini membuat pria itu menatap Kayana dengan wajah terkejutnya.

" Kenapa kau menamparku?".

" Lalu apa yang harus aku lakukan pada pria kurang ajar sepertimu?".

" Kurang ajar? Aku hanya ingin mengembalikan ciumanmu padaku..lalu...".

" Tapi aku bukan pria murahan yang bisa kau cium kapanpun tuan Mawangga".

      Mawangga terdiam, pria itu kini mengeryitkan keningnya mendengar ucapan Kayana.

" Lalu apa kau pikir aku pria murahan karena hanya diam saja saat kau menciumku berulang kali?".

" Tidak...aku tak pernah menganggap dirimu seperti itu, aku menciummu karena aku sangat menyukaimu. Lalu kau? Kau mencium ku hanya karena ingin mengembalikan semua ciuman yang ku berikan padamu...kau brengsek tuan Mawangga, lagi pula aku tak suka saat pria pembohong sepertimu mencium ku dengan paksa".

" Pembohong? Apa maksudmu aku pembohong, kau ingin aku menunjukkan rasa sukaku padamu bukan. Maaf jika aku mengatakan hal yang salah, tapi alasan sebenarnya aku...".

" Cukup...aku memang menginginkan hal itu tapi apa kau pikir aku sebodoh itu hingga menerima cinta dari sosok yang bahkan tak bisa memastikan hatinya untuk siapa?".

" Apa maksudmu?".

" Katakan tuan Mawangga, apa kau mengenalku? Apa kau tahu kenapa aku menyukaimu? Lalu apa kau pernah berpikir apa yang akan monica pikirkan terhadapmu setelah kau mengatakan hal ini padaku?"

Poison of Flower (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang