bab 36

421 68 34
                                    

Happy reading

.

.

.

Kayana menghela nafas pelan sembari menatap pemandangan luar dari jendela kamarnya, hujan turun cukup deras siang ini membuatnya hanya bisa menghabiskan waktunya di rumah. Ditambah lagi Kanawa memilih bermain dengan putri Tara, Queensha ditemani oleh Madeline membuat pria manis itu semakin kesepian.

Berbeda dengan beberapa hari lalu, Mawangga membuat rumahnya bak sebuah titanic yang menabrak karang es. Dengan penuh percaya diri Mawangga membuat kue ulang tahun yang bahkan Kayana memilih memberikan itu pada segerombolan serangga yang kelaparan di tong sampah di banding dirinya harus memasuki rumah sakit setelah memakannya.

" Sampai kapan kau akan melakukan ini tuan Mawangga?".

" Sampai kau kembali mencintaiku".

Kayana menghela nafasnya pelan saat Mawangga bahkan dengan tiba tiba membawa Arne ke rumahnya membuat Kayana memekik senang meski dia sembunyikan. Tak lupa Mawangga juga membawa putra Aiden di sana membuat Kanawa menatapnya berbinar, anak itu bahkan  membuat Mawangga berjalan memutari halaman rumahnya puluhan kali dengan Kanawa yang berada di atas punggung, Albert.

Ya....Kanawa memanggil putra Aiden dengan nama itu, sebuah nama yang entah sejak kapan anak itu pikirkan. Hingga sebuah kejadian membuat Kayana berteriak kencang hingga saat itu juga Mawangga tak lagi datang ke rumahnya.

" Pergi dari rumah dan hidupku tuan Mawangga....".

Teriakan Kayana membuat Mawangga terdiam dan melangkah pergi tanpa mengatakan apapun lagi.

Pria itu menyerah mendapatkan cinta Kayana.

Itu yang ada di benak beberapa orang termasuk Kayana saat ini, ada rasa aneh yang kini hadir dalam hati Kayana.

Rindu

Ya...sebuah rindu dan juga rasa takut yang masih menjalar di hati Kayana meski dia sudah merenungi semua hal setelah pembicaraannya dengan Marsha. Hingga sebuah pesan kini muncul di benda pipih miliknya membuat tubuh Kayana bergetar dengan air mata yang muncul dengan cepat dari kedua mata Hazelnya.

" Mawangga mengalami kecelakaan Kayana".

Sebuah pesan yang Tara kirimkan itu sontak membuat Kayana seakan bak sebuah daun yang jatuh dari ranting pohon, lemah dan terombang ambing oleh hembusan angin.

Kayana menghela nafas pelan sebelum akhirnya pria manis itu beranjak dari duduknya dan berlari menuju mobilnya, mengendarai mobil itu secepat detak jantungnya saat ini. Pria manis itu bahkan seakan tak lagi perduli dengan semua hal saat ini, satu yang ada di benaknya dia harus bisa melihat Mawangga-nya.

Kayana menuruni mobilnya, dilihatnya banyak sosok korban terluka di sana. Tubuh Kayana luruh dengan air mata yang kini membasahi kedua pipinya, tangannya bergetar saat kini di hadapannya sebuah daftar penumpang tertera.

" Mawangga Juan Sebastian 🆘"

Nafas Kayana tercekat, tenggorokannya kelu saat ini hingga membuat pria itu tak lagi bisa mengatakan apapun. Hanya isakan yang saat ini terus terdengar dari pria manis itu hingga akhirnya Kayana berdiri, memutar tubuhnya mencari sosok Mawangga yang kini entah berada di mana.

" Tidak...bukan pergi seperti ini yang aku inginkan darimu Kak, tidak....jangan meninggalkanku Mawangga, kau berjanji tidak akan pergi menjauh dari kami bukan...penuhi janjimu padaku...my Mawa".

Poison of Flower (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang