bab 39

453 60 35
                                    

Happy reading

.

.

.

Kanawa menatap dengan wajah cemberut kepergian sang ayah dan momo-nya, kepergian yang menjanjikan seorang adik untuknya nanti meski tentu saja dia masih harua bersabar cukup lama untuk mendapatkan itu.

" Baby Nawa ingin adik yang tampan atau cantik?".

Kanawa menoleh, menatap sang nenek yang saat ini tersenyum manis padanya.

" Bolehkah Kanawa minta adik yang cantik oma?".

" Tentu saja, tapi kenapa baby ingin adik yang cantik? Kenapa tidak yang tampan saja?".

" Tidak...aku dan daddy cudah cangat tampan oma, jadi aku butuh adik cantik ceperti momo".

Marsha tersenyum mendengar jawaban sang cucu meski wajah kecilnya masih menunjukkan raut wajah sedih.

" Baby Nawa ingin pergi bermain bersama oma?".

" Kemana?".

" Albert sudah menunggu kedatangan anda tuan Kanawa...". Ucap Samuel yang baru saja datang ke sana.

" Albert? Jadi kita akan belmain dengan Albelt dan Alne uncle Camuel".

" Ya baby Nawa...".

Kanawa melebarkan senyumnya, wajah sedihnya tak lagi nampak di sana tergantikan sebuah raut tak sabar saat ini. Berbeda dengan Kayana yang saat ini memasang wajah khawatir di sepanjang perjalanan mereka menuju ke sebuah bandara.

Pria manis itu bahkan terus meremas kedua tangannya sembari menatap pemandangan luar mengabaikan sang suami yang kini menatapnya gemas.

" Kau akan mengabaikan suamimu, Kay".

" Kak Mawa...aku hanya....".

" Jangan khawatir, Baby Nawa juga akan bersenang senang seperti kita sayang...".

" Benarkah?"

" Hmm...Samuel dan ibu akan mengajak baby Nawa ke istal, jadi tenang saja...dia akan bersenang senang dengan Albert dan Arne nanti".

Kayana tersenyum mendengar ucapan Mawangga, rasa khawatir jika Kanawa nanti akan merasa kesepian akhirnya menguap. Kini dia hanya akan memikirkan tentang perjalanannya sebagai pengantin baru dengan Mawangga, sebenarnya bukan Kayana  tak ingin pergi berbulan madu namun entah mengapa rasa gugup seakan kini mulai muncul di hati pria manis itu.

Status istri dari Mawangga tentu saja membuatnya gugup, terlebih saat sosok yang menjadi suaminya adalah sosok yang pernah menjadi alasan dia bersikap kejam pada pria itu, sosok yang dia benci karena menyangka jika sosok itulah yang membuatnya kehilangan dunianya.

Dan kini sosok itu menjadi dunia baru baginya, sosok yang sangat dia cintai, dan juga sosok yang telah memberikannya semua kebahagiaan di dunia ini.

Kayana menyandarkan pundaknya saat kini keduanya sudah berada di dalam pesawat menuju sebuah negara dimana pernah dia tinggali, kembali ke tempat yang bisa saja menjadi kampung halamannya membuat pria manis itu sedikit mengingat rasa sakit yang dia rasakan saat itu.

Kayana melangkahkan kakinya dengan sebuah senyuman, tangannya menggenggam erat tangan Mawangga yang kini hanya menatapnya dengan raut wajah bahagia.

" Kau yakin tidak akan menginap saja di hotel sayang?".

Poison of Flower (Diterbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang